Dark/Light Mode

Berdikari Di Atas Lahan Gambut

Sabtu, 24 Agustus 2019 18:58 WIB
Kelompok Tani Tunas Makmur. (Foto: Ist)
Kelompok Tani Tunas Makmur. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kebakaran lahan gambut berkepanjangan terjadi di sebagian besar wilayah provinsi Riau pada 2012-2015. Salah satu lahan gambut yang terbakar ada di Kelurahan Sungai Pakning, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Kondisi ini membuat wilayah tersebut diserbu asap. 

Dengan alasan itu, Sadikin, warga yang tinggal di RW 06 di kelurahan tersebut pun tergerak menjadi  relawan Masyarakat Peduli Api (MPA) untuk memadamkan api. Sebab, kebakaran tersebut  mengakibatkan bencana asap yang tidak hanya mengganggu aktivitas masyarakat, namun juga merugikan secara materiil dan moril. 

“Saat itu, panen pertanian dan perkebunan warga hilang begitu saja. Banyak masyarakat terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA),” ujarnya.

Walaupun lahan gambut yang dimilikinya tidak ikut terbakar, sebagai relawan MPA, ia bersama beberapa warga RW 06 yang biasa disebut Kampung Jawa tersebut berinisiatif melanjutkan pemadaman dengan membentuk tim Masyarakat Gotong Royong Pencegah Karlahut (Kebakaran Lahan Gambut) yang dibina oleh  Polsek Bukit Batu. 

“Karena di Kelurahan Sei Pakning ada dua tim relawan pemadam Karlahut yang fungsinya sama, akhirnya disepakati digabung dengan nama Masyarakat Peduli Api (MPA) hingga saat ini,” jelas Sadikin.

Baca juga : Di DPR, Jokowi Minta Izin Pindahkan Ibukota

Dia bersyukur, kebakaran lahan gambut di Kampung Jawa dapat dipadamkan. Agar produktif kembali, masing-masing pemilik lahan menanami kembali. Ada yang menanami dengan kayu hutan, karet, dan sawit, sedangkan sebagian lainnya secara berkelompok menanam nanas dan tanaman buah lainnya. 

“Lahan di RW 06 tidak semuanya milik warga Kampung Jawa. Jadi tidak semua lahan gambut di RW 06 ditanam nanas,” jelas Sadikin.

Sadikin bersama warga Kampung Jawa lainnya yang tergabung dalam Kelompok Tani Tunas Makmur menanam nanas dan tanaman buah lainnya di atas lahan 14,5 hektar  milik salah satu warga Kampung Jawa. “Kami terdiri dari 15 orang dan lima di antaranya adalah anggota MPA,” imbuhnya.

Bukan tanpa alasan Kelompok Tani Tunas Makmur menanam nanas di atas lahan gambut. Karena jenis tanaman ini merupakan tanaman yang paling tahan terhadap lahan masam, sesuai kateristik lahan gambut. Pada tanah PH 3,0, nanas tumbuh dan berproduksi dengan baik, padahal tanaman lain pasti mendapat gangguan pertumbuhan dan hasil.

“Dengan menanam nanas, kita tidak perlu melakukan pembakaran lahan seperti yang dilakukan jika menanam pohon jenis lainnya.  Perawatannya pun  mudah,” tukas Sadikin. 

Baca juga : ESDM-Pertamina Atasi Tumpahan Minyak PHE ONWJ

Upaya Sadikin dan Kelompok Tani Tunas Makmur membuahkan hasil yang menggembirakan. Nanas yang ditanam sejak 2015, 14 bulan kemudian berhasil panen. Setelah itu, berturut-turut enam bulan kemudian mereka panen kembali, disusul panen tiga bulan kemudian. 

“Setelah panen ketiga, kita harus meremajakan lagi kebun nanas agar buah yang dihasilkan tetap besar dan bagus. Hasil panen ada yang dijual segar, ada juga yang diolah menjadi kripik nanas, dodol, manisan, wajik nanas, selai, sirup, dan olahan lainnya oleh para istri petani nanas,” ungkap Sadikin. Agar hasil jerih payah warga Kampung Jawa dikelola dengan baik, warga Kampung Jawa sepakat membentuk Koperasi Tunas Makmur.   

Hibahkan Lahan Pribadi

Salah satu obsesi Sadikin menjadikan lingkungan di sekitarnya bebas dari kebakaran lahan gambut dan sebagai bentuk kerinduannya pada sang puteri, dia membuat taman bermain di atas lahan gambut yang dimilikinya seluas 1 km. “Selain ada fasilitas bermain, lahan tersebut saya tanami pohon buah-buahan seperti jambu air, rambutan, mangga, jeruk kwini, durian, dan cempedak. Lahan tersebut menjadi sejuk dan dapat menajdi tempat bermain anak-anak Kampung Jawa,” tuturnya. 

Seiring berjalannya waktu, pada 2016, taman bermain tersebut diubah menjadi Arboretum gambut pertama di Sumatera. Arboretum Gambut tersebut memiliki daya tarik tersendiri karena menyimpan lima tanaman endemik Sumatera yang salah satunya tercatat sebagai hampir punah (vulnerable) di IUCN, yaitu Kantung Semar (Nepenthes Spectabillis).

Baca juga : Besok, Bowo Sidik Mulai Diadili atas Kasus Suap dan Gratifikasi

“Arboretum gambut ini diberi nama Marsawa yang berasal dari singkatan Marsela, Sadikin, Wati, Wahyu. Arboretum ini menjadi salah satu sarana eduwisata yang dikelola oleh Koperasi Tunas Makmur sehingga selain memberikan dampak ekonomi bagi warga Kampung Jawa,  juga memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan dengan dijadikan penelitian dan kunjungan studi,” tukas Sadikin. 

Sadikin sangat senang karena makin banyak masyarakat berbagai kalangan yang berkunjung ke Arboretum Gambut Marsawa. Setiap hari, ia dan beberapa anggota koperasi  membuka ekowisata ini mulai pukul 14.00 – 17.30 WIB pada hari Senin - Kamis, dan pukul 08.00 – 17.30 WIB pada Sabtu – Minggu. “Jika ada siswa atau mahasiswa yang mau melakukan penelitian atau kepentingan pendidikan lainnya, kami bisa melayani kapan saja,” pungkasnya. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.