Dark/Light Mode

Bahana TCW Optimis Pertumbuhan Kredit 10 Persen Tahun Ini Tercapai

Kamis, 6 Juli 2023 10:11 WIB
Ekonom Bahana TCW Emil Muhamad. (Foto: Ist)
Ekonom Bahana TCW Emil Muhamad. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) optimis kredit perbankan sepanjang tahun ini mampu tumbuh pada kisaran yang ditargetkan oleh Bank Indonesia (BI). 

BI memperkirakan penyaluran kredit dari perbankan sepanjang tahun ini akan berada pada kisaran 10-12 persen. Pada Mei 2023, industri perbankan berhasil mencatat pertumbuhan kredit sebesar 9,39 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini, semakin menguat dari pencapaian bulan sebelumnya yang tumbuh 8 persen secara tahunan.

‘’Kredit konsumsi masih akan menjadi penopang utama penyaluran kredit di sepanjang tahun, di tengah-tengah tahun politik saat ini,’’ papar Ekonom Bahana TCW Emil Muhamad, Kamis (6/7).

Baca juga : Jadikan Perpustakaan Pusat Pendidikan, Informasi, Dan Rekreasi

Menurut dia, biasanya korporasi ataupun investor menahan diri untuk melakukan ekspansi usaha sebab terdapat ketidakpastian akan perubahan kebijakan dengan adanya pemerintahan yang baru, sehingga akan mempengaruhi laju penyaluran kredit investasi dan modal kerja, tambahnya.

Kredit yang tumbuh sekitar 10 persen ini masih selaras dengan nominal pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada kuartal satu sebesar 12,49 persen. Belum terlihat adanya indikasi overheating perekonomian. Bahkan jika ingin mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, bisa dipahami jika BI menjadi lebih akomodatif pada paruh kedua tahun ini.

Kata dia, Bank sentral siap memberikan stimulus melalui kebijakan makroprudensial berupa pemberian insentif likuiditas kepada bank-bank penyalur pembiayaan untuk sektor hilirisasi pertanian, pertambangan, perkebunan dan perikanan. Artinya, pelonggaran giro wajib minimum (GWM) untuk sektor hilirisasi tersebut berpeluang akan disesuaikan.

Baca juga : Bahana TCW: Peluang Reksa Dana Masih Menjanjikan

Bila dilihat dari perekonomian secara makro, tekanan inflasi pada paruh kedua tahun ini cenderung semakin landai, yang berdampak pada tingkat suku bunga acuan. Memang dari sisi tekanan inflasi, terbuka ruang bagi kebijakan moneter untuk memotong suku bunga, namun hal tersebut harus sangat hati-hati dilakukan sebab akan berdampak pada stabilisasi nilai tukar. Nilai tukar yang volatile akan mengganggu pelaku usaha.

Suku bunga acuan atau yang lebih dikenal sebagai BI-7day (reverse) repo rate tetap pada kisaran 5,75 persen, sejak Februari hingga Juni 2023, dengan suku bunga dasar kredit (SBDK) per juni pada kisaran 13,06 persen. Bila dibandingkan dengan tahun lalu, angka ini memang lebih tinggi namun besaran kenaikan SBDK kian melandai setiap bulannya. Hal ini akan berdampak positif bagi penyaluran kredit konsumsi sebab masyarakat pada umumnya sensitif terhadap kenaikan harga dan suku bunga.

Dengan suku bunga yang stabil, risiko kredit bermasalah juga terus memperlihatkan perbaikan. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperlihatkan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) secara gross pada akhir Mei 2023 sebesar 2,52 persen, lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 3,04 persen.

Baca juga : BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Mei Terindikasi Naik

‘’Dengan kondisi global yang masih penuh ketidakpastian, Indonesia mampu menjaga inflasi yang cenderung menurun, dan kredit masih memperlihatkan penguatan, sehingga tidak ada alasan khawatir terhadap pertumbuhan ekonomi,’’ papar Emil. Saham-saham big-cap cukup menarik untuk diperhatikan bila investor mulai melirik pasar saham, ujarnya lebih lanjut.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.