Dark/Light Mode

Turunkan Target Pertumbuhan Ekonomi Dari 5,3 Persen Ke 5,1 Persen

Sri Mulyani Mencium Aroma Ketidakpastian

Jumat, 9 Juni 2023 09:10 WIB
Menkeu Sri Mulyani dan jajaran menghadiri rapat kerja dengan Komisi XI DPR. (Foto: Instagram)
Menkeu Sri Mulyani dan jajaran menghadiri rapat kerja dengan Komisi XI DPR. (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Keuangan, Sri Mulyani merevisi target pertumbuhan ekonomi 2024 dari 5,3 persen menjadi 5,1 persen. Kenapa demikian? Alasannya, Sri Mul mencium ada aroma ketidakpastian ekonomi global.

Revisi pertumbuhan ekonomi itu, dibahas Sri Mul dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR, di Gedung DPR, kemarin. Mereka menyetujui asumsi dasar makro dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024. Salah satunya menurunkan target pertumbuhan ekonomi dari semula sekitar 5,3-5,7 persen menjadi 5,1-5,7 persen.

"Pertumbuhan yang lower end memang bagian bawahnya diturunkan. Saya rasa itu sesuai dengan assessment Pemerintah, Bappenas, BI, dan Kemenkeu yang melihat risiko global akan meningkat. Nanti kita coba padukan dengan laporan 2023 untuk memberikan akurasi proyeksi 2023 dan sebagai pijakan 2024," ucap Sri Mul.

Menurut Sri Mul, pihaknya sebenarnya tidak hanya ingin merevisi batas bawahnya saja, tapi juga batas atas pertumbuhan ekonomi yang saat ini masih di patok di 5,7 persen. Menurut dia, perlu ada konsistensi untuk mencapainya.

Revisi target pertumbuhan ekonomi itu tak terlepas dari kondisi ekonomi dunia. Terlebih, sejumlah lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia telah melaporkan prediksinya.

Baca juga : Patungan Jet Tempur KF-21 Baru 17 Persen, Korsel Minta Kepastian Indonesia

"Range bawah merefleksikan risiko peningkatan dan dari assessment lembaga internasional menggambarkan bahwa perekonomian melemah di semester II tahun ini dan berlanjut di 2024," kata Sri Mul.

Untuk diketahui, tiga lembaga internasional; Bank Dunia, IMF dan OECD memperbarui prediksi mereka terkait kondisi perekonomian dunia. Mayoritas menurunkan sedikit proyeksi pertumbuhan ekonomi, di tengah kuatnya tekanan ketidakpastian akibat tren kenaikan suku bunga acuan.

Bank Dunia merupakan yang terbaru merilis proyeksinya. Mereka memberi peringatan perekonomian dunia masih dalam kondisi genting, meski pandemi Covid-19 telah usai. Dengan kata lain, perekonomian global masih akan terus melambat hingga 2024.

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 masih lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan 2022. Yakni dari 3,1 persen menjadi 2,1 persen. Lalu, pada 2024 perkiraannya mulai membaik menjadi tumbuh 2,4 persen, dan pada 2025 mampu kembali ke posisi 3 persen.

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) sedikit menaikkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia seiring dengan mulai meredanya inflasi dan pencabutan pembatasan ketat Covid di China. Kepala Ekonom OECD Clare Lombardelli mengingatkan, proses pemulihan masih akan menghadapi jalan panjang.

Baca juga : Sarasmut Pertahankan Posisi, Persaingan Seru Menanti di Kelompok Putri

Lombardelli memproyeksi, ekspansi ekonomi tahun ini sebesar 2,7 persen, naik dari 2,6 persen dalam laporan sebelumnya pada Maret. Namun, secara keseluruhan proyeksi ekonomi global ini masih lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan pada 2022 sebesar 3,3 persen.

IMF juga telah merilis proyeksi terbaru untuk 2023 dan 2024. Termuat dalam World Economic Outlook edisi April 2023 yang dirilis Selasa, 11 April 2023.

Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas memprediksi, perekonomian global melambat dari 3,4 persen pada 2022 menjadi 2,8 persen pada 2023. Proyeksi ini turun 0,1 poin dibanding proyeksi Januari, meski selanjutnya membaik ke level 3,0 persen di 2024.

Sementara, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, 5,1 persen lebih rasional dibandingkan 5,3 persen. Bisa dilihat negara tujuan ekspor utama Indonesia, seperti China, Amerika, Jepang, dan Eropa, proyeksi ekonominya justru tumbuh rendah tahun depan.

Menurutnya, hal itu dikarenakan efek naiknya suku bunga dan tahun politik membuat investasi langsung bisa tumbuh lebih rendah. Berakhirnya booming harga komoditas ikut menurunkan tenaga ekonomi, lantaran permintaan global memang sedang rendah.

Baca juga : DPR: Perbaiki Dong Kualitas Perpajakan

Begitu juga dengan ruang fiskal, trennya semakin sempit karena belanja pembayaran bunga utang bisa meningkat Rp 40-50 triliun tahun depan, dibarengi kebutuhan belanja pegawai dan barang yang tinggi. "Selain itu ada kekhawatiran naiknya bansos di tahun politik menambah berat APBN," ulas Bhima.

Ia memprediksi, ekonomi tahun depan akan ditopang kenaikan jumlah wisawatan, baik domestik maupun asing, region seperti Bali dan Nusa Tenggara akan diuntungkan. Inflasi juga mulai melandai karena turunnya harga komoditas memberikan efek positif bagi daya beli masyarakat. "Konsumsi rumah tangga tetap menjadi motor utama sepanjang 2024," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.