Dark/Light Mode

Sinar Mas Dukung Pengembangan Minyak Sawit Jadi Bahan Bakar Pesawat

Jumat, 8 September 2023 14:39 WIB
Chairman Sinar Mas Agribusiness  Food, Franky Oesman Widjaja (kanan) saat memberikan pemaparan di acara kegiatan Indonesia Sustainability Forum, di Jakarta, Kamis (7/9). (Foto/Ist)
Chairman Sinar Mas Agribusiness Food, Franky Oesman Widjaja (kanan) saat memberikan pemaparan di acara kegiatan Indonesia Sustainability Forum, di Jakarta, Kamis (7/9). (Foto/Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Chairman Sinar Mas Agribusiness & Food, Franky Oesman Widjaja optimistis, bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit bisa menjadi bahan bakar pesawat udara yang ramah lingkungan. 

"Kami di Sinar Mas selalu berfokus pada pertumbuhan yang berkelanjutan. Dengan bahan bakar penerbangan yang ramah lingkungan ini, kita berharap langit kita bisa menjadi biru kembali," ujarnya dalam gelaran diskusi bertemakan Fuels of the Future for Low Carbon Industri Solution yang ditajak Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi bersama Kadin Indonesia di Jakarta, Jumat (8/9).

Dalam paparannya, Franky menjelaskan, komoditas kelapa sawit, adalah salah satu sumber daya alam terbesar Indonesia. Komoditas ini mampu menyediakan mata pencaharian bagi lebih dari 17 juta orang, yang sebagian besar berada di pelosok pedesaan.

Baca juga : Moderasi Beragama Penyelamat Generasi Muda dalam Hadapi Polarisasi

Selain itu, minyak kelapa sawit juga menjadi kontributor utama ekspor Indonesia yang 2022 tercatat bernilai sekitar 40 miliar dolar AS. Capaian tersebut berasal dari karakteristik minyak kelapa sawit sebagai minyak nabati paling produktif yang mampu menghasilkan lima hingga 10 kali lebih banyak per hektar perkebunan, dibandingkan dengan minyak nabati lain yang ada.

Franky menambahkan, hanya dengan luasan delapan persen dari total lahan yang digunakan untuk memproduksi minyak nabati, setidaknya dapat memasok 40 persen dari kebutuhan minyak nabati dunia saat ini. Artinya, kelapa sawit berperan sebagai potensi biosolusi yang dimiliki Indonesia yang juga dapat menjadi jawaban bagi kebutuhan dunia akan bahan bakar nabati rendah karbon berkelanjutan.

Indonesia, lanjut Franky, telah mendekarbonisasi ekonominya melalui program B35, yang merupakan kebijakan pencampuran bahan bakar nabati terbesar di dunia dengan target penyaluran hingga 13,15 juta kiloliter biodiesel di tahun ini berikut potensi peningkatan lebih jauh, memanfaatkan teknologi seperti dalam produk hydrotreated vegetable oil yang lebih efisien.

Baca juga : Bank Mandiri Kantongi 5 Penghargaan Di Southeast Asia Awards 2023

Pemaparan Franky selaras dengan apa yang tengah berlangsung di lingkup industri penerbangan. Pada kesempatan yang sama, President Airbus Asia-Pacific, Anand Stanley mengatakan Airbus sebagai perusahaan penerbangan ramah lingkungan telah berkomitmen mengurangi konsumsi bahan bakar sebesar 80 persen selama 50 tahun terakhir.

"Kami juga berkomitmen menekan jejak karbon tak hanya dari hasil pembakaran bahan bakar di udara namun juga termasuk seluruh siklus bahan bakar itu mulai dari produksinya," tuturnya.

Ia mengatakan, tantangan yang dihadapi Airbus dan juga perusahaan penerbangan lain saat ini dalam mewujudkan penerbangan ramah lingkungan adalah suplai bahan bakar penerbangan ramah lingkungan yang masih sangat minim. "Pada tahun 2030 kami berharap seluruh penerbangan dapat 100 persen menggunakan bahan bakar ramah lingkungan," tegasnya. 

Baca juga : Bos Sinar Mas: Minyak Kelapa Sawit Jadi Solusi Bahan Bakar Nabati

Untuk mencapai tujuan tersebut, Airbus berharap dapat bekerja sama dengan banyak stakeholder, khususnya di Asia-Pacific untuk terus berinovasi mengembangan bahan bakar penerbangan ramah lingkungan dan mengatur agar kapasitas produksi dapat memenuhi kebutuhan.

Sebelumnya di forum yang sama, CEO Pertamina, Nicke Widyawati juga mengatakan, untuk mencapai pemenuhan bahan bakar rendah karbon membutuhkan pendekatan holistik yang meliputi pemerintah, pihak swasta, investor serta masyarakat. “Kita tidak boleh menyerah meskipun ada harga yang tinggi untuk menciptakan bahan bakar rendah karbon. Dengan pengembangan teknologi, ekosistem, regulasi serta kesiapan masyarakatnya, kita setidaknya bisa mengurangi tantangan ini dalam 10 tahun mendatang,’’ ucapnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.