Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Ini Empat Cara Hindari Risiko Gagal Bayar Perusahaan
Minggu, 6 Oktober 2019 08:51 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Perusahaan harus meningkatkan kewaspadaan di tengah ketidakpastian global, guna mencegah risiko gagal bayar yang tinggi.
Laporan Moody’s Investors Service menyebutkan, perusahaan-perusahaan di Indonesia memiliki ketidakmampuan membayar utang yang cukup tinggi.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, selama ini korporasi di Indonesia bergantung pada pendapatan sektor komoditas.
Sementara, dampak perlambatan ekonomi membuat menurunnya harga komoditas terutama pertambangan dan perkebunan.
"Kondisi ini diperparah oleh fluktuasi kurs rupiah. Jadi semakin terdepresiasi. Korporasi yang utangnya dominan Utang Luar Negeri (ULN) akan menghadapi kesulitan bayar. Kondisi makin sulit ketika tidak semua ULN swasta hedging,” ujarnya.
Bhima mengatakan, perusahaan-perusahaan di Indonesia juga telah mengalami efisiensi operasional secara besar-besaran. Salah satunya, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal khususnya sektor padat karya.
Baca juga : KPK Ingatkan Rommy Jangan Bawa Nama Tuhan dan Rasul
Ke depan, kata Bhima, pemerintah memiliki empat solusi mencegah gagal bayar perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Pertama, Bank Indonesia perlu meningkatkan monitoring terhadap utang luar negeri yang tidak menggunakan fasilitas hedging atau lindung nilai.
“Hal ini karena bisa berdampak ke gagal bayar yang menganggu kepercayaan investor dan kreditur internasional,” katanya.
Kedua, menjaga stabilitas kurs rupiah. Sehingga, depresiasi kurs tidak memperparah kondisi korporasi yang meminjam utang dalam valas.
Ketiga, mempercepat stimulus ke sektor yang berorientasi ekspor dan bernilai tambah, sehingga penerimaan valas meningkat dan rasio debt to service ratio (DSR) membaik.
“Terakhir, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomunikasi dengan bank dan lembaga keuangan domestik, untuk menjaga risiko kredit yang naik, karena adanya korpo- rasi yang gagal bayar utang. Sekaligus mencegah krisis utang secara sistemik,” jelasnya.
Baca juga : Ini Poin-poin Pokok Revisi UU KPK yang Disahkan DPR
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai, studi yang dilakukan Moodys masih terlalu jauh untuk menjadi kenyataan.
“Kalau benar terjadi gagal bayar, maka kejadiannya tidak akan jauh beda dengan kejadian tahun 1997. Tapi, kalau lihat statement Moodys, yang perlu di-bold itu potensi,” katanya.
Menurut Alfred, jika bicara potensi, maka kondisi serupa juga terjadi di negara berkembang lainnya. Dalam laporan bertajuk "Risks from Leveraged Corporates Grow as Macroeconomic Conditions Worsen" tersebut, Moody’s meneliti risiko kredit dari 13 negara di kawasan Asia Pasifik.
Di mana Indonesia dan India menjadi negara yang terpapar risiko gagal bayar, atas utang perusahaan paling tinggi.
Sebelas negara lainnya yang juga turut dianalisis risiko kreditnya adalah Australia, China, Hong Kong, Jepang, Korea, Malaysia, Selandia Baru, Australia, Singapura, Taiwan, dan Thailand.
Apalagi, menurutnya, Moodys menggunakan skenario stress test yakni penurunan pendapatan sebesar 25 persen.
Baca juga : Poempida: Habibie Banyak Beri Inspirasi pada Bangsa
Hal ini tentu saja akan diikuti dengan turunnya margin, sementara beban bunga utang korporasi tidak turun. Akibatnya, korporasi mempunyai tingkat kegagalan bayar utang yang meningkat.
“Apakah memungkinkan penurunan pendapatan kurang lebih 25 persen, secara keseluruhan untuk populasi kita? Menurut kami, sebetulnya terlalu jauh, kalau mereka ambil stress test-nya pemangkasan pendapatan 25 persen,” tutur Alfred.
Bahkan, dia menilai, negara berkembang lain akan mempunyai potensi peningkatan gagal bayar utang yang sama. Jika indikatornya adalah pendapatan berkurang 25 persen.
“Ketika ini diangkat sebagai kemungkinan yang besar, kita pertanyakan," ujarnya. [KPJ]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya