Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung upaya pemerintah Kabupaten Karanganyar mengembangkan produksi ubi jalar di wiliayah Tawangmangu, yang merupakan destinasi pariwisata. Petani di Tawangmangu memproduksi ubi jalar sebagai makanan ringan yang lezat untuk cemilan pengunjung wisata hingga diekspor ke Korea.
Hal ini terungkap saat kunjungan kerja Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, ke Kabupaten Karanganyar, Jumat (18/10), saat meninjau usahatani ubi jalar di Desa, Karanglo Kecamatan Tawangmangu. Suwandi mengatakan, ubi jalar sebagai pangan alternatif mulai dilirik sebagai usahatani yang menguntungkan. Karena itu, kementan sangat mendukung apa yang dilakukan petani di Tawangmangu.
"Mari kita manfaatkan pangan lokal, pangan lokal itu punya nilai gizi tinggi. Tinggal bagaimana kita bisa mengolahnya supaya ada nilai tambah dan sudah ekspor ke Korea," ujarnya.
Baca juga : Pantesnya Prabowo Menhan, Sandi UMKM
Sugiarto, salah petani ubi jalar, menceritakan hasil panen ubi jalar 40 ton per hektar, dengan harga jual Rp 3 ribu per kilogram. Alhasil, penerimaannya kurang lebih Rp 120 juta.
"Biaya produksi sekitar Rp 40 juta. Jadi untung Rp 80 juta selama periode 6 bulan. Usaha ubi jalar di daerah ini menjanjikan sekali karena karena rata-rata pendapatan petani per bulan bisa Rp 12 juta," kata Sugiarto.
Wagimin, koordinator penyuluh pertanian kecamatan Tawangmangu, menyebutkan varietas yang diusahakan petani disini biasanya manohara dan ubi Jepang, karena memang varietas ini yang selama ini laku di pasaran. Usaha ubijalar ini tumpang sari dengan bunga kol dan cabe. Waktu panen bunga kol 58 hari setelah tanam.
Baca juga : Samsung Galaxy A30s: Kamera Mantap, Tampang dan Performa Biasa
"Dengan Produksi bunga kol 16 ton dan harga jual Rp 10 ribu per kilogram. Hasil dari bunga kol bisa menutupi biaya untuk ubijalar," bebernya.
Selain mengunjungi lokasi panen, Suwandi bersama rombongannya ikut melihat usaha pengolahan ubi jalar menjadi produk keripik dan kremes. Suyatno, pengusaha yang berkecimpung di usaha ubi jalar, mengatakan keperluan bahan baku ubi jalar segar sekitar 15 ton per hari.
"Sebanyak itu dipakai untuk 29 pengusaha pengolahan ubijalar yg produknya yang dipasarkan ke Jakarta, daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur," ungkapnya.
Baca juga : KNPI Maluku Harap Jokowi Segera Tinjau Korban Gempa Ambon
Kunjungan berikutnya ke usahanya Widodo pemilik CV. Makmur Abadi Jaya di desa Puntuk Rejo kecamatan Ngargoyoso yang puluhan tahun menjadi eksportir olahan ubi jalar dalam bentuk stik. Widodo menjelaskan produknya 100 persen diekspor ke Korea, sekitar 1.800 ton pertahun. Suplai bahan bakunya berasal dari petani ubi jalar di wilayahnya. Pasokan dari petani lancar dan harga bagus, buktinya sudah rutin masuk Korea.
"Usaha pengolahannya mampu membuka lapangan pekerjaan. Ada tenaga kerja warga sini cukup banyak sekitar 60 orang yang kami pekerjakan di sini," sebutnya. [KAL]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya