Dark/Light Mode

John Riady: Rasio Utang Rendah, LPKR Siap Kebut Rencana Bisnis

Selasa, 29 Oktober 2019 07:43 WIB
John Riady (Foto: Facebook)
John Riady (Foto: Facebook)

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) diproyeksikan menjadi pengembang dengan raihan pendapatan tertinggi dan dengan rasio utang yang rendah di tahun 2019. Pencapaian kinerja keuangan LPKR tahun 2019 ini akan melanjutkan catatan positif yang diraih di tahun sebelumnya.

Dari sisi likuiditas, LPKR juga solid. Merujuk data bursa efek, Net Debt to Equity Ratio alias rasio utang (per Juni 2019) LPKR saat ini jauh lebih rendah dibanding pengembang lain, yaitu di angka 29 persen. Sebagai perbandingan, rasio utang Summarecon mencapai 76 persen, Modern Land 77 persen, Jababeka 56 persen, dan Citra Land 32 persen.  

Rendahnya rasio utang menunjukkan kesehatan perseroan yang sangat baik dan kemampuan untuk berkembang di tahun-tahun mendatang. Ini juga menjadi bukti, di bawah kepemimpinan John Riady, operasional dan kinerja LPKR ke depan akan semakin baik.    

“Dengan rasio utang yang terjaga. Kami optimis sejumlah rencana bisnis perusahaan dapat diwujudkan. Ini juga menjadi cerminan dari sisi struktur permodalan sangat kuat. Dukungan konsumen juga menjadi pendorong utama kinerja kami tetap positif,” ujar John Riady, Senin (28/10).   

Baca juga : Kapolda Papua: Pengungsi Wamena Siap Dialog Dengan Presiden Jokowi

Rasio utang rendah sejatinya juga menjadi sinyal LPKR akan mampu mewujudkan rencana bisnis pada tahun depan. Apalagi, likuiditas terjaga. Belum lagi, ada pendapatan berulang dari PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).

Kinerja LPKR juga akan semakin baik ketika sektor properti di tahun depan kembali bangkit setelah momentum politik selesai.   

Perseroan yang aktif dalam membuat kebijakan strategis juga menjadi salah satu faktor yang membuat pergerakan saham LPKR akan terus terangkat. Apalagi LPKR juga menggandeng beberapa mitra strategis dalam melakukan pengembangan properti. Hal ini yang dinilai sebagai salah satu kekuatan LPKR.    

Menurut John, ada tiga hal yang menjadi fokus bisnis Lippo. Yakni bisnis perumahan, mall, dan rumah sakit. Ia mengatakan, berbeda dengan jenis bisnis lain yang umumnya hanya memiliki dua hingga tiga pesaing di satu negara, pemain di lini bisnis properti begitu banyak lantaran potensi pasar yang memang sangat besar.  

Baca juga : John Riady: Tim Ekonomi Kabinet Baru Bisa Lakukan Terobosan

Karena itulah, Lippo selalu fokus ke proyek yang sedang dijalankan agar memberi kepastian dan ketenangan kepada konsumen maupun investor. Ia optimis, ke depan Indonesia sangat prospektif untuk kepemilikan rumah bisa naik dari 60 persen ke 80 persen.    

Kepala Riset Narada Asset Management, Kiswoyo Adi Joe, mengatakan, dana rights issue yang telah diperoleh Lippo Karawaci memungkinkan perseroan bisa cepat menangkap peluang investasi di tahun depan. Posisi rasio utang perseroan masih terbilang rendah apabila dibandingkan dengan kompetitor lainnya.    

Menurut Kiswoyo, kelebihan Lippo Karawaci lainnya adalah mampu menangkap peluang dalam berinvestasi. Seperti di real estate investment trust (REIT) atau dana investasi real estate (DIRE).  

LPKR diproyeksikan akan membukukan pendapatan senilai Rp 13,5 triliun sepanjang 2019. Angka ini naik 22 persen dari Rp 11,057 triliun di tahun sebelumnya. Pendapatan LPKR meningkat pesat saat beberapa pengembang lain bahkan tidak mampu menyamai pendapatan 2018.  

Baca juga : Menteri Rini Pastikan Tol Pematang Panggang-Kayu Agung Siap Beroperasi

Misalnya, pengembang Ciputra (CTRA), yang merupakan pengembang terbesar kedua di Indonesia, diperkirakan hanya membukukan pendapatan sebesar Rp 7,4 triliun di 2019, lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 7,7 triliun.

Agung Podomoro (APLN) mengalami hal yang sama dengan capaian Rp 4,5 triliun, turun dari Rp 5 triliun tahun lalu.  

Pengembang lain juga belum mampu mendekati LPKR meski beberapa di antaranya mengalami kenaikan. Sinar Mas Land (BSDE) diperkirakan meraih pendapatan sebesar Rp 7,2 triliun, Pakuwon (PWON) Rp 7,1 triliun, Summarecon (SMRA) Rp 5,9 triliun, Jababeka (KIJA) Rp 3,3 triliun, dan Modern Land Rp 2,7 triliun. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.