Dark/Light Mode

Optimalisasi Ekonomi pada Lahan Pertanian Vertikal Berbasis Circular Agriculture

Senin, 22 April 2024 15:26 WIB
Bunga matahari (Foto: istockphoto.com)
Bunga matahari (Foto: istockphoto.com)

Abstrak: Penguatan sektor peternakan dan pertanian berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan pangan penduduk. Sistem pertanian vertikal bertujuan untuk memaksimalkan produksi pangan pada lahan pertanian yang terbatas seiring meningkatnya permintaan pangan dan jumlah penduduk. Model integrasi antara peternakan dengan pertanian bunga matahari menciptakan interaksi antar komponen yang pengelolaannya terjadi secara siklus. Hasil efisiensi produksi pendapatan peternak mencapai Rp. 20.869.155/bulan diatas rata-rata pendapatan peternak pada umumnya.

PENDAHULUAN

Kepadatan penduduk 270,2 juta jiwa akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya (Badan Pusat Statistik, 2020). Seiring dengan hal tersebut maka terjadi alih fungsi lahan pertanian guna area pemukiman penduduk. Pada tahun 2013 - 2018 menunjukkan adanya penurunan luas lahan sawah menjadi 7,1 ha (Firmansyah., 2021). Lahan pertanian yang semakin mengecil tiap tahunnya berdampak pada produksi sektor pertanian, meningkatnya harga jual hasil pertanian, dan rusaknya ekosistem lahan pertanian sehingga akan berdampak pada ketersediaan sumber daya yang semakin kompetitif dan terbatas.

Pertanian bunga matahari merupakan salah satu komoditas unggulan dunia yang menghasilkan minyak nabati terbesar ke-5. Ampas hasil ekstraksi minyak memiliki kandungan protein 13-20% yang dapat dimanfaatkan sebagai nilai gizi telur. Ayam KUB sebagai salah satu hasil pengembangan Balitbangtan turut memiliki sumbangsih dalam swasembada daging. Peningkatan populasinya sebesar + 1,41% dalam 3 tahun terakhir (Badan Pusat Statistik, 2022), diiringi dengan naiknya permintaan daging dan telur setiap tahunnya telah memenuhi swasembada daging dan telur. Sementara itu, Komoditas lele sebagai diversifikasi produk pangan kaya protein, kemudahan budidaya, dan jangka waktu panen singkat meningkatkan minat masyarakat dalam memelihara lele seiring dengan peningkatan konsumsi pangan.

Permintaan kebutuhan penduduk terhadap hasil komoditas pertanian, peternakan dan perikanan meningkat setiap tahunnya linier dengan peningkatan jumlah penduduk membuat lahan komoditas tersebut semakin mengecil. Hal ini menimbulkan kelangkaan produk sehingga harga jual hasil komoditas tinggi di pasaran. Gagasan ini diharapkan mampu meningkatkan taraf ekonomi, memaksimalkan potensi komoditas tersebut dan menjaga keseimbangan ekosistem melalui pemanfaatan limbah yang dihasilkan.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode survei data kuantitatif untuk memperoleh korelasi antar variabel dirinci secara deskriptif dan analitis. Selain itu, metode survei digunakan untuk mengumpulkan informasi faktual identifikasi masalah yang terjadi dan mencari solusi pengambilan keputusan di masa mendatang.

1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapangan Sumbersekar, Fakultas Peternakan, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang pada bulan September sampai Desember 2023.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi observasi lapang, dokumentasi, pengembangan desain, dan analisis data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Greenhouse Bunga Matahari

Sistem Pertanian mengadopsi model penanaman hidroponik secara vertikal terdiri dari bangunan greenhouse sebagai instalasi budidaya bunga matahari secara intensif di lahan seluas 116,83 m2 dengan tinggi 8,21 meter untuk menghasilkan biji bunga matahari yang dipanen setiap 3 bulan sekali. Lahan 116,83 m2 dibutuhkan untuk menanam bunga matahari di dalam bangunan greenhouse dengan rincian ukuran bangunan 14,4 m x 8,21 m lengkap dengan instalasi rumah kaca terletak pada atap bangunan, sehingga mendapatkan sinar matahari yang cukup. Media tanam berupa arang sekam pada hidroponik sebanyak 62 buah dengan kapasitas tanam 32 tanaman/tower dengan  total 1.973 bibit bunga matahari. Media tanam diisi pada tabung netpot dengan takaran 0,387 liter yang di sesuaikan kebutuhan air, kelembapan, pH, kebutuhan nutrisi dan tekanan osmosis yang dikontrol dengan mikrokontroller.

Panen biji bunga matahari dilakukan pada umur 3 bulan dengan ciri tangkai berwarna kuning kecoklatan, kelopak bunga mengering, dan biji bunga berwarna hitam bergaris putih. Bunga matahari yang telah dipanen akan dijemur di bawah sinar matahari untuk menurunkan kadar air menjadi 16% dan disortir berdasarkan ukuran dan kualitas warna. Biji yang terpilih menjadi benih akan dikeringkan lagi untuk mengurangi kadar air menjadi +10% dan dilakukan ekstraksi. Sebanyak 404,3375 kg minyak biji bunga matahari kemudian dialirkan ke silo secara otomatis yang dapat menampung 2.696 kg pakan dan 404 kg minyak biji bunga matahari. Pencampuran ekstrak minyak biji bunga matahari dengan pakan dilakukan setiap hari dengan takaran 50g/kg pakan ayam.

2. Peternakan Ayam KUB

Terdapat 4 unit kandang ayam petelur KUB dengan populasi 1.000 ekor yang terletak di lantai dasar di bawah instalasi silo dan rumah kaca bunga matahari. Ukuran untuk satu unit kandang ayam sekitar 1,5 m x 0,9 m x 3 m yang terdiri dari 50 kotak dan mampu menampung 250 ekor ayam. Estimasi kebutuhan pakandan air minum selama 52 minggu pemeliharaan adalah 32.347 kg dan 56.980 L dengan masa produksi telur oleh ayam KUB dimulai pada usia 18 minggu. 

Hasil dari pemeliharaan ayam petelur KUB secara intensif akan menghasilkan output berupa telur omega-6 dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan masyarakat dan kotoran yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ikan lele. Total panen harian telur yang dapat dihasilkan adalah 760 butir dengan estimasi rasio penetasan sebesar 76% dari seluruh populasi. Produksi telur tahunan yang dapat dicapai adalah 186.200 butir selama 35 minggu dari umur 18-52 minggu. Estimasi ekskreta yang dihasilkan dari pemeliharaan ayam petelur KUB selama 52 minggu sebesar 36,35 ton (Jua dan Sudarma., 2022) sebanyak 1.000 ekor ayam. Produksi ekskreta ayam petelur akan dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pelet ikan lele sebesar 0,437 ton dan 35,913 ton ekskreta akan dijual untuk menambah nilai ekonomis. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara mengeringkan ekskreta pada oven dengan suhu 60-70℃ selama 24 jam, digiling, dan dicampurkan dengan bahan pakan pabrik dengan perbandingan ekskreta 30% dan bahan pakan pabrik 70%. Dilakukan pencetakan bentuk pelet dan pemberian tekanan, lalu dikeringkan pada suhu 60-70℃ selama 24 jam. 

3. Budidaya Ikan Lele

Sebanyak 4 buah biopond lele seluas 5m2 yang memliki volume 1,25 m x 1 m x 1 m mampu menampung 375 ekor ikan lele per biopond dengan kapasitas lele sebanyak 1.500 ekor. Pemberian pakan lele menggunakan campuran kotoran ayam KUB dan pakan pabrik dengan perbandingan 30% : 70% (Pamungkas dkk., 2018) dalam bentuk pelet sebanyak 2 - 4 kali tergantung umur pemeliharaan. Total penggunaan campuran pakan untuk pemeliharaan ikan lele adalah 145,755 kg ekskreta dan 340,095 kg pakan pabrik dalam 1 kali pemeliharaan selama 4 bulan dan diperjualkan. Total luasan bangunan 3 tingkat 116,83 m2 dengan tinggi 8,21 meter.

ESTIMASI BIAYA PRODUKSI

Baca juga : Antisipasi Antrean Di Pelabuhan Merak, Menhub Siapkan Kapal Besar

Baca juga : Siti Nadia Tarmizi: Vaksinasi Mandiri Buat 6-45 Tahun


Jika total biaya produksi yang diperoleh sebesar Rp356.144.399/tahun dan biaya penerimaan Rp 626.352.435/tahun, maka keuntungan yang diperoleh peternak dengan cara mengurangi biaya penerimaan dengan biaya produksi sebesar Rp 22.517.336/bulan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pendapatan peternak umumnya.

KESIMPULAN

Pengembangan sistem pertanian berbasis Circular pada lahan terbatas dapat memaksimalkan produksi Ayam KUB dengan hasil telur omega-6 melalui integrasi dengan pertanian bunga matahari, menjaga ekosistem, dan meningkatkan taraf ekonomi. Selain itu, limbah dari kotoran ayam dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pelet lele untuk mengurangi biaya pakan Rp2.186.325 serta meningkatkan nilai ekonomis dengan penjualan ekskreta Rp 107.738.685. Desain bangunan berbentuk vertikal mampu meminimalisir penggunaan lahan sebesar 94,56%. Peningkatan ekonomi secara signifikan oleh petani sebesar Rp22.517.336/bulan di atas rata-rata.

RIZAL AINURROZAQ
RIZAL AINURROZAQ
Mahasiswa S1 Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.