Dark/Light Mode

Tekan Emisi Gas, Saatnya Kembangkan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan

Senin, 29 April 2024 18:45 WIB
Seminar Group Diskusi (SGD) bertajuk Strategi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan Guna Meningkatkan Kredit Karbon dan Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca, di Lemhanas, Jakarta Pusat, Senin (29/4). (Foto: Istimewa)
Seminar Group Diskusi (SGD) bertajuk Strategi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan Guna Meningkatkan Kredit Karbon dan Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca, di Lemhanas, Jakarta Pusat, Senin (29/4). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Yayasan Bentang Merah Putih bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) menggelar Seminar Group Diskusi (SGD) yang bertajuk “Strategi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan Guna Meningkatkan Kredit Karbon dan Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca”, di Gedung Dwiwarna, Lemhanas, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (29/4).

Acara dibuka Wakil Gubernur Lemhanas Letjen TNI Eko Margiyono. Dia menyatakan, kelapa sawit adalah bagian dari penyangga ekonomi Indonesia. Untuk itu, penting mendukung pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan demi meningkatkan kredit karbon dan meminimalkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). SGD sangat penting karena berkontribusi terhadap ketahanan nasional khususnya pada bidang ekonomi.

SGD menghadirkan banyak narasumber ahli. Di antaranya adalah Deputi Pengkajian Strategik Lemhanas Prof Reni Mayerni, Staf Ahli Bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa dan Sumber Daya Alam Musdalifah Machmud, Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ruandha Agung Sugardiman, Head of Energy Conversion Research Group Thermodynamics Laboratory pada Energy Conversion Research Group ITB Prof Ari D Pasek, Direktur Pusat Pengelolaan, Peluang dan Resiko Iklim Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik IPB Prof Rizaldy Boer, dan Kepala Divisi Pendidikan SDM, Litbang, dan Pengembangan Sarpras BPDPKS Kementerian Keuangan Triana Meinarsih.

Baca juga : Talkshow GenSaw Di Palembang: Peran Sawit Dalam Pembangunan Bangsa

Untuk penanggap, hadir Basuki Sumawinata dari Pusat Studi Sawit Institute Pertanian Bogor, Bandung Sahari dari GAPKI, dan Deputi Direktur Pengawasan Bursa Karbon Istiana Maftuchah. Sebagai moderator hadir Ketua Yayasan Bentang Merah Putih Yohana Elizabeth Hardjadinata, Prof Telisa Aulia Falianty (Pengukuhan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia), dan Frans Nickolas.

Pada SGD ini, Prof Reni Mayerni menyampaikan ada 7 rekomendasi praktik perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kredit karbon dan mengurangi emisi GRK. Ketujuhnya yaitu peningkatan ketersediaan lahan untuk menunjang keberlanjutan kelapa sawit, peningkatan penelitian dan penggunaan teknologi inovasi di sector sawit guna mengurangi emisi karbon, peningkatan daya saing kelapa sawit melalui strategi branding, peningkatan penguasaan dan pengelolaan data karbon-sawit, peningkatan efektivitas pengawasan, pengedalian, dan penegakan hokum pada kelapa sawit dan pelestarian lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan kerjasama antar Lembaga untuk meningkatkan daya saing kelapa sawit.

Sementara, Ketua Yayasan Bentang Merah Putih Yohana E Hardjadinata, yang bertindak sebagai penyelenggara acara berharap SGD ini banyak memberikan pengetahuan yang bermanfaat untuk pembuatan film dengan judul Story About Us: Palm’s Love. Film dengan latar belakang kehidupan di perkebunan kelapa sawit ini bertujuan sebagai soft diplomacy sawit Indonesia untuk dunia dan peran sawit dalam carbon trade dan emisi gas rumah kaca.

Baca juga : Cegah Penjarahan, Seluruh Perkebunan Sawit Butuh Perlindungan

Indonesia berkontribusi sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia. Selain juga dikenal sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar. Untuk itu, Indonesia pun diyakini memiliki peran signifikan dalam manajemen emisi karbon dioksida global. Namun, ada perdebatan mengenai apakah perkebunan kelapa sawit dapat benar-benar mengurangi atau justru meningkatkan emisi karbon dioksida.

Pasalnya, perkebunan kelapa sawit memiliki potensi untuk meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK). Karena, lebih dari 80 persen pengundulan hutan berhubungan dengan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Tindakan ini tentunya memberikan dampak signifikan terhadap iklim global.

Untuk itu, pentingnya melakukan pendekatan pengembangan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan agar dapat menjadi solusi penting untuk meminimalkan emisi GRK dan meningkatkan kredit karbon. Pendekatan ini mengoptimalkan produksi kelapa sawit dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, perlunya dilakukan kajian tentang strategi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan untuk meningkatkan penerimaan kredit karbon dan mengurangi emisi GRK.

Baca juga : Jalan Pagi di Lapangan Gasibu, Wapres Dan Ibu Wury Sapa Warga Bandung

Harapannya dengan menerapkan strategi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan di lahan yang terdegradasi, Indonesia dapat mencapai kesejahteraan rendah karbon, menjaga hutan hujan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati dan cadangan karbon, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Ini juga menjadi bagian dari upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi dampak perubahan iklim.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.