Dark/Light Mode

Ketua KPTIK: Starlink Dukung Aktivitas Warga di Daerah 3T

Rabu, 5 Juni 2024 13:29 WIB
Ketua Umum Komite Penyelarasan Teknologi Informasi dan Komunikasi (KPTIK) Dedi Yudianto. (Foto: Istimewa)
Ketua Umum Komite Penyelarasan Teknologi Informasi dan Komunikasi (KPTIK) Dedi Yudianto. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Umum Komite Penyelarasan Teknologi Informasi dan Komunikasi (KPTIK) Dedi Yudianto menanggapi beragam komentar miring dari beberapa pihak atas kehadiran Starlink di Indonesia. Sebagai pakar teknologi informasi dan Komunikasi (TIK) yang menggeluti bisnis Internet Service Provider selama lebih dari 20 tahun, ia justru mengapresiasi kehadiran bisnis internet berbasis satelit milik Elon Musk tersebut.

Kehadiran Starlink di Indonesia, menurutnya, justru mendukung aktivitas warga yang tinggal di daerah 3T atau daerah yang tertinggal, terdepan, dan terluar yang tidak Tercover Fiber Optik dan Wireless.

“Jadi, tidak ada alasan untuk khawatir berlebihan. Kehadiran Starlink justru sangat membantu warga yang tinggal di daerah 3T. Akses internet di pulau terluar Indonesia justru makin terjangkau. Selain kapasitas dan kecepatannya melebihi Satelit operator lama, harga peralatannya juga jauh lebih murah,” ujar Inisiator Warkop Digital & CEO Cybers Group, dalam keterangan yang diterima redaksi, Rabu (5/6).

Baca juga : Di Depan BEM PTNU Se-Nusantara, Bahlil Dorong Mahasiswa Jadi Pengusaha

Dedi lalu menerangkan perbandinganya, jika internet yang ditawarkan perusahaan satelit yang ada hanya bermain di sekitar 1-10 megabit upload dan 10-50 megabit download. Sementara Starlink, kapasitasnya bisa mencapai 30 megabit upload dan 300 megabit download dengan Latency cukup rendah yakni 35 ms dibanding Operator Satelit lain diatas 200 ms.

“Perbedaannya sangat jomplang. Harusnya kondisi ini disyukuri karena warga kita bisa terlayani akses internet dengan harga peralatan Rp 7 jutaan dan bulanan Rp 750 ribu dengan kapasitas besar, kecepatan luar biasa, latency rendah, dan harga jauh lebih murah dan terjangkau,” ungkap Dedi.

Yang harus dipersoalkan, lanjut pengusaha muda ini, bukan kehadiran Starlink di Indonesia, tapi dampak dari ketersediaan layanan internet dengan kapasitas besar dan kecepatan yang luar biasa tersebut.

Baca juga : Ketum REI Dukung Revisi UU Kementerian Negara

“Mudahnya akses internet di pusat kota, justru menjadi penyebab pemerintah sibuk mengurusi akses judi online dan pornografi yang sangat massif di Indonesia. Sementara pengguna internet di daerah 3T atau pelosok mungkin lebih produktif memanfaatkan teknologi dan layanan akses internet karena harga masih lebih mahal sehingga mereka harus bisa produktif,” terang pendiri media online warga guetilang.com.

Ia berharap, semua pihak memikirkan bagaimana mendorong masyarakat untuk memanfaatkan layanan internet pasca masuknya Starlink dengan menciptakan konten-konten menarik dan bermanfaat bagi banyak orang, serta yang terutama menjadi produktif dalam menyongsong Indonesia Emas dan bonus demografi ke depan.

“Ketika internetnya sudah dengan kapasitas besar dan kecepatan aksesnya juga sangat kencang, kontennya juga harus dipikirkan agar masyarakat pengguna internet lebih produktif dan tidak hanya mengakses judi online atau pornografi. Ini yang harus dipikirkan anak bangsa bersama-sama,” pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.