Dark/Light Mode

Selamatkan Industri Tekstil

Pakar Sarankan Pemerintah Berlakukan Kebijakan-kebijakan Ini

Kamis, 27 Juni 2024 14:40 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Banyak perusahaan tekstil yang tumbang dan terpaksa menutup usahanya atau melakukan berbagai langkah efisiensi akibat penurunan produksi yang signifikan.

Salah satunya adalah pabrik BATA yang menutup pabrik dan melakukan PHK terhadap ribuan karyawannya.

Berdasarkan data Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara terdapat enam pabrik tekstil yang telah gulung tikar dan menyebabkan lebih dari 11 ribu pekerja mengalami PHK.

Sementara Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Provinsi Jawa Barat mencatat, sudah ada 22 pabrik yang tutup di daerah tersebut.

Pakar Hukum Bisnis dan Perdagangan Internasional Prof. Dr. Ariawan Gunadi meminta pemerintah segera mengambil beberapa langkah strategis untuk menyelamatkan industri tekstil.

“Pemerintah perlu melakukan optimalisasi kebijakan instrumen trade remedies terhadap praktik dumping yang dilakukan oleh China. Hal ini dapat dimulai dengan menerapkan kebijakan safeguard berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) Kain,” ujar Ariawan, di Jakarta, Kamis (27/6/2024).

Menurutnya, kebijakan ini bertujuan melindungi industri dalam negeri dari lonjakan impor kain dari China yang mengakibatkan kerugian signifikan.

Baca juga : Kebijakan Pemerintah Berhasil Turunkan Angka Merokok Di Selandia Baru

Pelaksanaan kebijakan ini dapat diwujudkan melalui penerbitan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang menjadi dasar pelaksanaannya.

Selain itu, lanjut Ariawan, pemerintah juga perlu mengimplementasikan kebijakan Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD).

Kebijakan ini dirancang untuk menyeimbangkan dampak harga rendah yang tidak adil dari barang impor yang dijual di bawah nilai pasar atau biaya produksi.

Cara lain untuk menyelamatkan industri tekstil adalah dengan penerapan kebijakan countervailing duties.

Kebijakan ini bertujuan untuk mengimbangi subsidi yang diberikan oleh pemerintah asing kepada eksportir mereka.

"Langkah-langkah strategis ini, jika dilaksanakan secara efektif, dapat membantu melindungi industri dalam negeri dari praktik perdagangan yang merugikan dan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di pasar global," ucap Guru Besar Universitas Tarumanagara ini.

Menurutnya, pemerintah juga perlu mengoptimalkan sistem pemeriksaan bea cukai dengan mengimplementasikan teknologi pemindai berbasis kecerdasan buatan.

Baca juga : Industri Tekstil Babak Belur, Mendag Buka Opsi Revisi Lagi Aturan Impor

Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam proses pemeriksaan barang yang masuk dan keluar dari negara.

Dengan pemanfaatan kecerdasan buatan, potensi kecurangan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dapat diminimalisir dan upaya penyelundupan barang ilegal bisa dideteksi lebih awal.

Ariawan menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya ancaman terhadap industri tekstil nasional.

Di antaranya, kelebihan pasokan yang menyebabkan gelombang ekspor melebihi permintaan, khususnya di China.

Kemudian, ketegangan geopolitik yang semakin meruncing telah memicu terjadinya fragmentasi hubungan internasional.

Juga, nilai tukar rupiah mengalami penurunan yang signifikan terhadap dolar Amerika Serikat yang hampir mencapai rekor tertingginya sepanjang sejarah di kisaran 16.800 per dolar AS.

Lalu, meningkatnya impor ilegal dengan model borongan/kubikasi, serta adanya mafia impor yang menyebabkan penumpukan kontainer di pelabuhan.

Baca juga : Lewat Pendekatan Yurisdiksi, Pemerintah Dorong Sertifikasi ISPO Petani Sawit

Dampak nyata yang dirasakan industri tekstil adalah adanya ketidakstabilan dalam industri ini yang menyebabkan perusahaan terpaksa mengurangi jumlah karyawan untuk menekan biaya operasional.

Ariawan mengingatkan, industri tekstil berkontribusi besar terhadap ekspor nasional. Maka gejolak di sektor ini dapat mengurangi volume ekspor, yang pada akhirnya mempengaruhi devisa negara.

Ketidakstabilan dalam sektor tekstil, lanjutnya, juga dapat mempengaruhi rantai pasok dari berbagai industri lain yang bergantung pada produk tekstil.

“Akibatnya, keseluruhan ekosistem industri yang saling terkait menjadi terganggu, menciptakan efek domino berkepanjangan yang dapat merugikan berbagai sektor ekonomi yang lebih luas,” tandas Ariawan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.