Dark/Light Mode

Benny Gantz Mundur Dari Kabinet Perang Israel, Pemerintahan Netanyahu Pecah

Senin, 10 Juni 2024 08:03 WIB
Menteri Kabinet Perang Israel Benny Gantz akhirnya resmi keluar dari pemerintahan darurat, Minggu (9/6/2024). (Foto: Instagram)
Menteri Kabinet Perang Israel Benny Gantz akhirnya resmi keluar dari pemerintahan darurat, Minggu (9/6/2024). (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Kabinet Perang Israel Benny Gantz akhirnya resmi keluar dari pemerintahan darurat. Ini menandakan perpecahan yang semakin dalam atas rencana pasca-konflik Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk Gaza.

Dalam konferensi pers di Tel Aviv pada Minggu (9/6/2024), Gantz mengatakan, keputusan mundur itu dibuat dengan berat hati.

"Sayangnya, Netanyahu mencegah kita mendekati kemenangan sejati. Ini menjadi pembenaran untuk krisis menyakitkan yang sedang berlangsung," katanya.

Gantz yang dianggap sebagai penantang potensial kekuasaan di Israel, meminta Netanyahu segera menetapkan tanggal pemilihan.

Netanyahu pun menanggapinya, lewat postingan X. “Benny, ini bukan waktunya untuk berhenti dari kampanye, ini adalah waktu untuk bergabung,” begitu katanya.

Baca juga : PBB Resmi Masukkan Israel Ke Daftar Hitam

Sementara pemimpin oposisi Yair Lapid mendukung penuh keputusan Gantz.

Setelah Gantz mengumumkan mundur, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir meminta jatah kursi di kabinet perang.

Ben-Gvir adalah bagian dari koalisi sayap kanan, yang mengancam akan berhenti dan menyebut pemerintah Israel akan runtuh, jika menerima proposal gencatan senjata yang diajukan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

Bulan lalu, Gantz menetapkan batas waktu 8 Juni kepada Netanyahu, untuk menjelaskan langkah Israel mencapai enam tujuan strategisnya. Termasuk, berakhirnya pemerintahan Hamas di Gaza dan pembentukan administrasi sipil multinasional untuk wilayah tersebut.

Namun, Netanyahu menolak mengomentari pernyataan yang dinilainya telah kehilangan keberanian. Menurutnya, hal itu bisa berujung pada kekalahan bagi Israel.

Baca juga : Pemerintah Terima Kritik Dan Masukan

Gantz yang merupakan pensiunan jenderal tentara dan sering mengkritik Netayanhu, adalah adalah anggota pengambilan keputusan utama Israel, bersama PM Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.

Dalam konferensi pers, Gantz tidak hanya mengumumkan pengunduran diri dari pemerintahan, tetapi juga menarik Partai Persatuan Nasional yang dia pimpin.

Mundurnya Gantz tidak akan menggulingkan pemerintah Israel, karena Netanyahu masih menguasai mayoritas, dengan 64 anggota parlemen Knesset, dari total 120.

Pengunduran diri Gantz, hanya berselang sehari sebelum Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken melakukan perjalanan 3 hari 2 malam untuk mengunjungi Israel, Mesir, Yordania, dan Qatar sebagai upaya menekan perjanjian gencatan senjata.

Gantz yang merupakan saingan politik Netanyahu dan mantan kepala staf militer Israel (IDF), memimpin Partai Persatuan Nasional.

Baca juga : Direktur Bina Haji Apresiasi Layanan Fast Track Perlancar Pergerakan Jemaah

Gantz berada dalam oposisi sampai 11 Oktober 2023. Setelah serangan Hamas 7 Oktober 2023, Gantz setuju membentuk pemerintahan darurat dengan Netanyahu.

Dalam kabinet perang, Persatuan Nasional memegang lima jabatan. Secara luas, pengaruh Gantz dilihat sebagai penyeimbang bagi anggota sayap kanan dari koalisi Netanyahu.

Terpisah, tentara Israel mengumumkan pengunduran diri seorang komandan senior yang memimpin divisi Gaza IDF, atas apa yang disebutnya sebagai kegagalan untuk mencegah serangan 7 Oktober, Minggu (9/6/2024).

Brigadir Jenderal Avi Rosenfeld adalah komandan tempur IDF pertama yang mundur sejak serangan itu.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.