Dark/Light Mode

Toyota Ekspor 208.500 Mobil

Senin, 20 Januari 2020 15:53 WIB
Toyota Fortuner siap diekspor ke mancanegara. (Foto: ist)
Toyota Fortuner siap diekspor ke mancanegara. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Toyota berhasil mengekspor mobil utuh (Complete Built Up/CBU) 208.500 unit pada 2019. Jumlah tersebut naik tipis dibandingkan ekspor 2018 sebesar 206.500 unit. 

Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Warih Andang Tjahjono mengatakan, performa ekspor ini ditopang oleh model Sport Utility Vehicle (SUV) Fortuner dan Rush. Masing-masing jumlahnya sebesar 45.300 unit dan 50.300 unit. Kemudian model sedan Vios sebesar 31.000 unit.

Dari segmen Multi-Purpose Vehicle (MPV), model-model andalan seperti Kijang Innova dan Avanza berhasil dikapalkan ke mancanegara dengan volume masing-masing 5.300 unit dan 28.900 unit. Model Low Cost Green Car (LCGC) Agya juga ambil bagian dalam capaian ekspor tahun 2019 dengan volume 27.800 unit. “Sedangkan model Yaris, Sienta, dan Town Ace/Lite Ace sebesar 19.900 unit,” ujarnya di Jakarta, Senin (20/1). 

Baca juga : TMMIN Ekspor 178.500 Mobil

Selain mengekspor kendaraan utuh, Toyota juga mengirimkan kendaraan terurai (Complete Knock Down/CKD) sebanyak 45.400 unit, mesin bensin dan etanol dengan tipe TR dan NR dengan total 123.600 unit serta komponen kendaraan dengan volume 94,2 juta unit. Produk ekspor Toyota telah merambah lebih dari 80 negara tujuan di kawasan Asia-Pasifik, Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika dan Karibia. 

Menurut Warih, mempertahankan serta meningkatkan performa ekspor merupakan hal yang tidak mudah karena menyangkut banyak faktor seperti daya saing baik daya saing produk, infrastruktur pendukung hingga regulasi. “Kami berterima kasih dukungan dari semua pihak terutama pemerintah yang selalu melakukan evaluasi terhadap sektor-sektor yang memengaruhi kegiatan ekspor nasional,” ujar Warih. 

Menurut Warih, krisis global dirasakan sangat signifikan memperlambat laju pertumbuhan ekspor produk Toyota dari Indonesia. Belum lagi ditambah adanya hambatan dengan skema non-tarif di beberapa negara tujuan ekspor yang turut memperburuk performa pengiriman produk otomotif dari dalam negeri. 

Baca juga : Toyota Jamboree 2019 Diikuti 1.500 Peserta

Tantangan ekspor otomotif ke depan, kata dia, menurunnya konsumsi produk otomotif imbas dari melemahnya kondisi perekonomian di negara maju. Mencari negara-negara tujuan baru menjadi penting untuk mempertahankan performa ekspor.

“Adanya tambahan negara tujuan baru di kawasan Amerika Tengah, Mekong dan Afrika cukup membantu dalam mengompensasi penurunan volume di beberapa negara terdampak krisis dan negara yang menerapkan hambatan non-tarif,” imbuh Warih. 

Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal TMMIN, Bob Azam mengatakan,  ke depan, selain karena dampak krisis global, dirupsi digital juga menjadi tantangan sekaligus peluang tersendiri bagi industri otomotif. Untuk menghadapi hal tersebut, pihak korporasi tengah menyiapkan upaya, salah satunya dengan meningkatkan efisiensi melalui penerapan teknologi dengan tetap menjadikan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai center of transformation

Baca juga : Toyota Crown Hybrid Jadi Mobil Dinas Menteri

“Selain menjaga konsistensi perfoma ekspor maupun operasi yang telah eksis, saat ini kami tengah mempersiapkan diri agar transformasi menuju era elektrifikasi dan mobilitas dapat berjalan dengan mulus,” ujar Bob Azam. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.