Dark/Light Mode

Gandeng APBI

Kadin Dorong Penerapan Bahan Bakar Berbasis Karet Alam

Senin, 20 Januari 2020 20:42 WIB
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian, Johnny Darmawan (kiri) dan Ketua Umum APBI Aziz Pane. (Foto: ist)
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian, Johnny Darmawan (kiri) dan Ketua Umum APBI Aziz Pane. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bekerjasama dengan Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) mendorong penggunaan karet alam untuk bahan bakar nabati. Hal ini untuk mendukung kesinambungan industri berbasis karet alam. 

“Dalam industri karet, hasil utama yang diambil dari tanaman karet adalah latex. Sementara biji karet masih belum dimanfaatkan dan dibuang sebagai limbah padahal dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar nabati yang potensial untuk di kembangkan secara teknis maupun keekonomiannya,” ungkap Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian, Johnny Darmawan di Menara Kadin Indonesia (20/1).

Seperti diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia dengan total produksi pada 2019 mencapai 3,55 juta ton/tahun, dan luas seluruh area perkebunan karet di Indonesia mencapai 3,4 juta hektar.

Baca juga : Gandeng ARBI dan MUI, Dompet Dhuafa Salurkan Bantuan Untuk Korban Bencana di Bogor

Upaya pemerintah mendorong penggunaan bahan bakar nabati untuk mengurangi konsumsi BBM yang berasal dari minyak bumi diawali dengan Peraturan Presiden No.5 tahun 2006 yang mentargetkan pemanfaatan BBN hingga 5% dari total energi primer pada tahun 2025, dan ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya mandatori penggunaan bahan bakar nabati melalui Peraturan Menteri ESDM No.32 tahun 2008. Namun, pemanfaatan Bahan bakar nabati semenjak dikeluarkannya aturan tersebut belum pernah mencapai target.

Produksi karet nasional (lateks) dalam kurun waktu 5 tahun terakhir cukup besar yakni di atas 3,3 juta ton, sedangkan untuk harga karet dalam 5 tahun terakhir terus mengalami tekanan pada level yang dinilai tidak remunerative bagi produsen. Selain itu, daya serap karet (lateks) untuk industri ban hanya menyerap 70 persen dari kosumsi karet alam nasional. 

“Saat ini harus dicarikan solusi karena petani mengalami kesulitan penjualan dan kesulitan meningkatkan harga karet. Agar petani tidak tambah rugi maka harus ada upaya lain untuk meningkatkan ketahanan para petani melalui pemanfaatan karet dan biji karet sebagai bahan baku bahan bakar nabati selain kelapa sawit,” kata Johnny.

Baca juga : Yang Lain Sibuk Banjir, Riau Mulai Was-was Karhutla

Dia mengatakan, untuk mewujudkan keberlangsungan industri berbasis karet, maka diperlukan dukungan dan kerjasama dari pemerintah, yakni terkait konsistensi terhadap kebijakan hilirisasi hasil perkebunan (karet) menjadi produk yang bernilai tambah, diantaranya pengembangan bahan bakar nabati berbasis karet dan pemanfaatannya di dalam negeri sebagai bahan bauran energi yang berdaya saing.

Ketua Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI), Aziz Pane mengatakan, karet termasuk tanaman perkebunan non pangan yang saat ini produksinya sudah sudah surplus tetapi tidak semuanya terserap oleh pasar. Karet juga termasuk dalam kategori tanaman bioenergi multiguna yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi bahan baku bahan bakar nabati dengan dukungan kebijakan pemerintah yang telah mencukupi.

Menurut Aziz, potensi pemanfaatan karet di luar industri ban semakin terbuka lebar pasca terbitnya beberapa kebijakan terkait penggunaan energi alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak untuk jenis diesel/solar. Biodiesel dapat diaplikasikan baik dalam bentuk 100 persdn (B100) atau campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu seperti B20. Pemanfaatan biji karet sebagai biodiesel sangat terbuka lebar.

Baca juga : Soal Biaya Pengamanan Harry-Meghan, Kanada Belum Kasih Kepastian

Kandungan minyak di dalam daging biji karet mencapai 45.63 persen. Tanaman karet dapat menghasilkan 800 biji karet untuk setiap pohonnya per tahun. Pada lahan seluas 1 hektar, dapat ditanami sebanyak 400 pohon karet. Maka untuk lahan seluas 1 hektar diperkirakan dapat menghasilkan 5.050 kg biji karet / tahun. Rendemen minyak biji karet (kering) yaitu 40-50 persen, sehingga diperkirakan setiap hektar tanaman karet berpotensi menghasilkan 1000 liter minyak.

Selain banyak digunakan untuk industri ban, karet saat ini telah banyak digunakan untuk industri lain seperti bahan baku campuran aspal, bantalan Jembatan serta berpotensi untuk pemanfaatan bahan bakar nabati. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.