Dark/Light Mode

Trump Kirim Surat ke 100 Negara

Soal Tarif, Indonesia Nego Lewat Impor dan Investasi

Sabtu, 5 Juli 2025 08:32 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) bersama Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick (Foto: Humas Ekon)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) bersama Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick (Foto: Humas Ekon)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengirim surat ke 100 negara mengenai penerapan tarif impor baru. Sambil menunggu kebijakan Trump, Pemerintah Indonesia sudah melakukan negosiasi dengan menawarkan peningkatan impor dan investasi.

Trump mengirimkan surat pemberitahuan kepada 100 negara mitra dagangnya, termasuk Indonesia, Jumat (4/7/2025) waktu Amerika. Langkah ini sebagai ancang-ancang menjelang berakhirnya moratorium penetapan tarif impor baru selama 90 hari, pada 9 Juli nanti.

Trump menyebut, proses negosiasi dagang selama masa moratorium itu, berjalan lebih rumit. Sebab, negosiasi itu melibatkan lebih dari 170 negara mitra AS.

"Kami mempunyai mitra lebih dari 170 negara. Berapa banyak kesepakatan yang dapat kita buat? Kesepakatan itu jauh lebih rumit,” kata Trump, dalam pernyataannya, seperti dikutip Reuters, Jumat (4/7/2025).

Dia menjelaskan, surat pemberitahuan tarif dikirimkan ke sejumlah negara sekaligus, dengan besaran tarif impor berkisar antara 20 hingga 30 persen. Dia mengaku lebih menyukai pendekatan langsung melalui penetapan tarif dibandingkan dengan negosiasi panjang yang memerlukan waktu dan energi. 

Menteri Keuangan AS Scott Bessent memperkirakan, akan terjadi gelombang pengumuman kesepakatan dagang sebelum batas waktu pada 9 Juli 2025. "Setelah itu, tarif kemungkinan akan dinaikkan secara signifikan," ucapnya.

Baca juga : Soal Pemisahan Pemilu Nasional Dan Daerah, MK Vs DPR Makin Panas

Indonesia bergerak cepat dalam merespons hal ini. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, Indonesia sedang mempersiapkan perjanjian atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Amerika yang rencananya ditandatangani pada 7 Juli 2025.

“Ini menunjukkan semangat Indonesia Incorporated. Pemerintah, regulator, pengusaha, BUMN, dan swasta bergerak bersama untuk merespons pengenaan tarif resiprokal,” ujar Airlangga, dalam konferensi pers, di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (3/7/2025).

Airlangga sudah menyiapkan dua jurus jitu agar Trump tidak menetapkan tarif tinggi pada barang-barang Indonesia yang masuk ke AS. Yaitu, impor dari AS dan investasi di sana.

Indonesia memaparkan potensi pembelian produk AS senilai 34 miliar dolar AS atau sekitar Rp 550 triliun. Nilai ini hampir dua kali lipat dari defisit perdagangan AS dengan Indonesia pada 2024 yang tercatat sebesar 19 miliar dolar AS.

"Trade deficit Amerika Serikat 19 miliar dolar. Tetapi, yang kita offer (tawarkan) kepada mereka jumlahnya melebihi itu, 34 miliar dolar," ucap Airlangga.

Dia menerangkan, tim negosiasi Indonesia tengah berada di Washington DC bersama perwakilan dari negara-negara lain seperti India, Jepang, Uni Eropa, Vietnam, dan Malaysia. Indonesia juga telah menyerahkan dokumen tertulis yang dibahas bersama dengan Kantor Dagang AS, Menteri Perdagangan AS, dan Menteri Keuangan AS. "Indonesia menunjukkan keseriusannya dalam merespons tarif ini," jelas Airlangga.

Baca juga : Surat Kunjungan Istrinya Ke Eropa Jadi Polemik, Menteri UMKM Lapor Ke KPK

Airlangga menyebut, barang-barang yang rencananya dibeli dari AS antara lain sektor energi senilai 15,5 miliar dolar AS dan sektor agrikultur seperti hasil pertanian. Lalu, ada sejumlah investasi strategis yang melibatkan BUMN dan Danantara.

"Pemerintah Indonesia terus berupaya agar hasil negosiasi menghasilkan kesepakatan yang berimbang dan saling menguntungkan. Sekaligus menjaga stabilitas perdagangan bilateral dan kawasan," ujarnya.

Bentuk konkret Indonesia memperkuat posisi negosiasi ini tercermin dari rencana Kementerian ESDM memangkas impor LPG dari Timur Tengah. Selanjutkan, impor tersebut akan dialihkan ke AS. 

“Impor LPG kita selama ini berasal dari Timur Tengah dan Amerika Serikat. Ke depan, sebagian impor dari Timur Tengah akan dialihkan ke Amerika Serikat,” ucap Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (4/7/2025).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total impor LPG Indonesia dengan kode HS 27111200 (propana cair) dari negara Timur Tengah seperti Kuwait, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA) pada tahun 2024 senilai 714,725 juta dolar AS dengan volume sebesar 1,2 juta ton. Sedangkan dengan kode HS yang sama, impor LPG dari Amerika pada 2024 senilai 1 miliar dolar AS dengan volume sebesar 1,97 juta ton.

Yuliot menambahkan, sebagai bagian dari upaya memperkuat neraca perdagangan bilateral, Pemerintah merencanakan belanja energi dari AS senilai 15,5 miliar dolar atau sekitar Rp 250,87 triliun, yang mencakup LPG dan minyak mentah (crude oil). Pada tahun 2024, total belanja energi dari AS baru 4,2 miliar dolar AS. Peningkatan ini hampir mencapai empat kali lipat.

Baca juga : Kompak, KPU Dan Bawaslu Sambut Baik Putusan MK

Menurut Yuliot, peningkatan ini penting untuk menjaga keseimbangan perdagangan bilateral. Dengan begitu, Indonesia dapat menekan potensi penerapan tarif impor yang tinggi dari AS.

"Ini langkah menjaga keseimbangan dagang kita dengan Amerika. Jangan sampai kita dikenai tarif lebih tinggi, sampai 32 persen untuk produk-produk Indonesia,” ujarnya.

Yuliot lalu mencontohkan keberhasilan Vietnam dalam menurunkan tarif resiprokal dari semula 46 persen menjadi 20 persen setelah melakukan penyesuaian perdagangan. “Langkah yang sama akan kita lakukan. Bagaimana menjaga keseimbangan dagang, jangan sampai tarif kita lebih tinggi dibandingkan negara lain,” pungkas Yuliot. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.