Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Recurring Income Kuat, LPKR Dipandang Stabil Meski Hadapi Tantangan Ekonomi

Kamis, 5 Maret 2020 08:01 WIB
Logo Lippo Karawaci (Foto: Istimewa)
Logo Lippo Karawaci (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) diprediksi akan tetap kuat menghadapi tantangan ekonomi di awal 2020 dengan sehatnya aspek finansial perusahan. Hal ini ditunjang, antara lain dengan pengambilan keputusan bisnis yang tepat melalui penjualan dua mal di awal tahun dan peluncuran obligasi yang direspons positif pasar.         

Terbaru, data pembukuan LPKR menyebutkan lebih dari 70 persen dari pendapatan Lippo Karawaci berasal dari recurring income alias pendapatan berulang, yang memberikan stabilitas di saat situasi pasar bergejolak. Divisi healthcare dan mal menjadi penopang pertumbuhan pendapatan yang kuat. Pertumbuhan pendapatan berulang (recurring income) yang kuat dari segmen layanan kesehatan dimotori Siloam Hospitals.        

Siloam terus membuat kemajuan dalam hal ekspansi dan saat ini mengoperasikan 37 rumah sakit di 28 kota di Indonesia. Pendapatan dari segmen bisnis mal dan lain-lain juga terus naik. Kinerja positif ini diapresiasi pasar dengan masuknya LPKR sebagai salah satu saham yang paling diminati investor asing di bursa selama awal 2020.        

Analis OSO Sekuritas, Sukarno Alatas, mengatakan, kesehatan LPKR dengan proporsi recurring income besar dapat mendorong sentimen positif. "Semakin tinggi pendapatan berulang itu akan semakin baik. Recurring income tinggi menjadi salah satu indikator perusahaan memiliki fundamental yang kuat,” ujar Sukarno, Kamis (5/3).        

Baca juga : Tingkatkan Kualitas Pendidikan Nasional dengan Inovasi

Kesehatan emiten dengan proporsi recurring income yang besar menjadi kekuatan terbesar LPKR menghadapi ketidakpastian ekonomi, salah satunya akibat virus corona. Ditambah lagi, LPKR merupakan emiten di bidang kesehatan yang diprediksi akan menghadapi permintaan tinggi di saat kebutuhan kesehatan meningkat.          

Tinggal LPKR memaksimalkan apa yang ditargetkan perusahaan dan bisa memanfaatkan dengan baik kondisi penurunan suku bunga dan insentif lain yang ada. Meski ada perlambatan ekonomi, jika fundamental perusahaan kuat, kinerja emiten akan tetap stabil.           

“Belum lagi aksi korporasi sepanjang awal tahun juga dipandang sangat baik. Hal ini bisa jadi sentimen positif. Dengan dana segar yang didapatkan, harapannya LPKR akan melakukan berbagai upaya agar dapat meningkatkan kinerja ke depannya," urai Sukarno.          

Saham LPKR juga selalu tercatat sebagai saham yang paling dicari investor dalam kurun waktu dua pekan terakhir. Hal ini mengindikasikan persepsi investor bahwa LPKR memiliki prospek positif. Meski memang sentimen tersebut masih bersifat jangka pendek. "Karena kita harus melihat perkembangan kinerja ke depannya seperti apa," ujar Sukarno.         

Baca juga : Kementan Pastikan Kasus Kematian Babi di NTT Sudah Tertangani

Ia optimis, penyederhanaan izin melalui Omnibus Law, akan positif juga untuk emiten properti seperti LPKR maupun emiten properti lain. Sehingga terus mendorong kinerja perusahaan semakin positif. "Pasti positif, tinggal emitennya apakah bisa memanfaatkan dengan baik," ucap dia.         

Dalam jangka panjang, kinerja LPKR diprediksi terus meningkat di 2020 sebagai akibat dari dijalankannya strategi deleverage dan keberhasilan kepemimpinan manajemen. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham LPKR masuk ke dalam daftar 10 paling diburu investor asing pada 30 Januari, 3 Februari, dan 13 Februari 2020.

Pada 13 Februari 2020, LPKR menjadi saham kedua yang paling banyak diburu investor asing setelah PGAS dengan total pembelian mencapai 21,21 juta lembar pada harga Rp 232 per lembar. Minggu sebelumnya, yaitu pada 3 Februari 2020, LPKR bahkan sempat bertengger di posisi pertama sebagai saham yang paling diincar investor dengan pembelian mencapai 22.13 juta saham.        

Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi, mengatakan, kinerja positif LPKR sejalan dengan tren bisnis di sektor properti yang tumbuh positif. Apalagi dari sisi bunga juga saat ini masih kompetitif. Kemudian, ekonomi secara makro menurutnya juga masih cukup baik. Dengan kepemilikan aset yang besar, juga struktur permodalan kuat, kata dia, LPKR diyakini semakin mudah melakukan ekspansi bisnis.        

Baca juga : Gelar Young Leader Talks, PKS Dorong Politisi Muda Optimalkan Peran

Tak hanya itu, LPKR juga dinilai lihai dalam membaca arah bisnis sekaligus mendapat dukungan dari berbagai mitra strategis. Dukungan konsumen properti atas berbagai inovasi perseroan menurutnya juga mendukung kinerja positif perseroan. Asi korporasi paling anyar LPKR yakni telah berhasil menyelesaikan Tap Issue senilai 95 juta dolar AS dari obligasi lima tahunnya saat ini senilai 325 juta dolar AS.        

John Riady, CEO LPKR, menyampaikan, Tap Issue senilai 95 juta dolar AS tersebut menawarkan imbal hasil 7,80 persen. Lebih rendah 32,5 bps dari obligasi yang diluncurkan pada Januari lalu. John merencanakan, dana Tap Issue digunakan untuk membayar obligasi yang jatuh tempo pada 2022.       

Transaksi menunjukkan investor memiliki keyakinan pada posisi keuangan dan masa depan LPKR. Tap Issue mendapat respons positif di kalangan investor dengan kelebihan permintaan 2 kali dan kelebihan pesanan mencapai 183 juta dolar AS. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.