Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
RM.id Rakyat Merdeka - Sepekan terakhir, Menteri Keuangan Sri Mulyani jadi sasaran kritik. Salah satunya, dikatai sebagai menteri pencetak utang. Kamis (31/1), mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu curhat. Bahasa anak zaman now: curcol alias curhat colongan.
Dia merasa dunia tak adil. Kerjaannya yang bagus, tak ada yang memuji. Tapi kalau jelek sedikit saja langsung dicaci tiada ampun.
Data Bank Indonesia pada pertengahan Januari lalu menunjukkan, jumlah utang luar negeri pemerintah per Desember 2018 mencapai Rp 4.418 triliun. Atau naik 10,5 persen dari tahun sebelumnya, senilai Rp 3.995 triliun. Data ini memantik kritik dari sejumlah pihak.
Baca juga : Tarik Pasukan Dari Suriah, Trump Dipuji Dan Dikritik
Sri Mul dijadikan tertuduh, karena tak mampu menahan laju utang. Apalagi, beberapa ekonom menyebut utang pemerintah tak produktif dan lain sebagainya. Prabowo Subianto ikutan melayangkan kritik pedas. Capres no urut 02 ini menyebut menteri keuangan sebagai menteri pencetak utang.
Berkali-kali dikritik, berkali-kali juga Sri Mul mengklarifikasi. Nah, pada Kamis (31/1), di depan ratusan bankir dalam acara DBS Asians Insight Conference di Hotel Mulia, Jakarta, Sri Mul curcol. Dalam sambutannya, Sri Mul meminta masyarakat lebih utuh melihat kinerja APBN. Jangan berpikir, mengelola APBN itu isinya hanya memungut pajak, berutang, dan membebani rakyat. Tak sesederhana itu. Ceritanya lebih kompleks.
Masyarakat kadang tak fair melihat kinerja kementerian yang dipimpin Sri Mul. Misalnya soal APBN 2018. Banyak yang mengritik karena kenaikan utang, tapi tak ada yang memuji saat penerimaan negara tembus 102,5 persen dari target APBN 2018.
Baca juga : Dipuji Mirip Lisa Blackpink
Sri Mul mengatakan, tak semua pihak menerima keberhasilan tersebut. Ada saja pihak yang hanya melihat data-data ekonomi secara sebagian. "Di luar sana, ada yang pick and choose (hasil data ekonomi)," ungkapnya.
Sri Mul menambahkan, saat data ekonomi menunjukkan angka yang baik, maka dicari penyebab lainnya. Hal ini untuk menunjukkan bahwa kinerja tersebut bukan karena pemerintah. Seperti soal penerimaan negara yang melampaui target. "Kalau sukses, cari cerita yang dianggap menjadi penyebab sukses itu. Ah itu bukan karena kerjaan Menkeu. Itu kerjaan Tuhan, harga minyak naik," katanya.
Di sisi lain, saat data ekonomi buruk, maka kegagalan akan dilimpahkan kepada dirinya, sebagai Menkeu. "Kalau gagal itu di-zoom, microscoping. Ini penyebabnya Menteri Keuangan. So life is not fair. Taoi hidup memang begitu. Kita semua tahu hidup itu nggak pernah adil. Makanya, bayi lahir nangis, tidak ada yang lahir (lalu teriak) horee" seloroh Sri Mul.
Baca juga : Nyenggol Tiang Lampu, Lion Nyaris Batal Terbang
Ditegaskan, perencanaan APBN dirancang satu tahun sebelum diterapkan, sehingga selalu menghadapi ketidakpastian. Dia juga mengakui, rupiah dan harga minyak memang meleset dari target pada tahun lalu. Namun, negara tetap mampu mencapai penerimaan yang optimal.
"APBN 2018 berakhir dengan happy ending kok. Penerimaan negara 102,5 persen dari target. Ada sebagian dikontribusikan oleh harga minyak dan nilai tukar. Tapi, tidak dipungkiri kenaikan penerimaan atau prestasi penerimaan ini karena growth ekonomi dan perpajakan yang kita bisa collect," tandasnya.
Sebelumnya, Faisal Basri melalui blog pribadinya, memberi catatan terkait pembayaran utang pemerintah yang dinilai meningkat signifikan dalam 5 tahun terakhir. Kendati utang Indonesia masih berada jauh di bawah batas rasio utang terhadap PDB, beban pembayaran utang terhadap APBN dianggap terus meningkat. [BCG]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya