Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

BI Paparin Kondisi Ekonomi, Ini Isinya

Selasa, 7 April 2020 21:42 WIB
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. (Foto: ist)
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, memaparkan tiga hal terkait dengan perkembangan terkini ekonomi terkait dampak penyebaran virus corona (covid-19). Berikut isinya:

Pertama, nilai tukar rupiah bergerak stabil dan cenderung menguat. Perry mengatakan, nilai tukar rupiah pada Selasa (7/4) menguat sebesar 225 rupiah atau 1,5 persen menjadi Rp 16.125 per dolar AS. Rupiah diperkirakan cenderung menguat hingga akhir tahun pada level Rp 15.000 per dolar AS.

Penguatan nilai tukar Rupiah didukung oleh langkah-langkah stabilisasi nilai tukar, komitmen kebijakan yang erat serta komunikasi yang intensif antara pemerintah, BI, OJK dan LPS. Selain itu, mekanisme pasar telah berjalan baik. 

Baca juga : DPR Minta Stimulus Ekonomi Tak Korbankan Badan Usaha

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus berada di pasar dan melakukan langkah-langkah intervensi yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar,” ujarnya.

Kedua, cadangan devisa Maret 2020 terjaga.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2020 tercatat sebesar 121,0 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2020 sebesar 130,4 miliar dolar AS. Penurunan cadangan devisa pada Maret 2020 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah sekitar 2 miliar dolar AS dan keperluan stabilisasi nilai tukar rupiah sekitar 7 miliar dolar AS karena kepanikan di pasar keuangan global dipicu pandemi corona secara cepat dan meluas ke seluruh dunia.

Menurut Perry, cadangan devisa cukup untuk pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor, dan untuk melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah. “Nilai tukar rupiah yang bergerak stabil dan menguat serta mekanisme pasar yang berlangsung dengan baik, mengakibatkan kebutuhan intervensi dari Bank Indonesia menurun,” ujarnya.

Baca juga : Kokohnya Pertanian Dapat Topang Ekonomi Bangsa

Ketiga, BI telah mencapai kesepakatan kerja sama repurchase agreement line (repo line)[1] dengan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) senilai 60 miliar dolar AS.
Kesepakatan ini dapat dimanfaatkan BI apabila membutuhkan likuiditas dolar AS. 

Kerja sama repo line, yang dikategorikan sebagai Foreign and International Monetary Authorities (FIMA), hanya diberikan kepada sejumlah bank sentral. Hal ini mengindikasikan kepercayaan terhadap prospek ekonomi Indonesa dan kebijakan makroekonomi yang ditempuh. 

Selain itu, BI juga memiliki kerja sama repo line dengan beberapa lembaga, yaitu Bank for International Settlements (BIS) senilai 2,5 miliar dolar AS, Monetary Authority of Singapore (MAS) senilai 3 miliar dolar AS dan bank sentral lain di kawasan senilai 500 juta-1 miliar dolar AS.

Baca juga : Menteri Erick Laporkan Kondisi Ekonomi Ke DPR

Kesepakatan ini akan memperkuat second line of defense yang telah dimiliki Bank Indonesia selama ini, seperti kerja sama Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) dengan beberapa negara, yaitu dengan People’s Bank Of China (PBOC) senilai CNY200 miliar atau (setara 30 miliar dolar AS), Bank of Japan (BOJ) senilai 22,76 miliar dolar AS, Bank Of Korea (BOK) senilai KRW10.7 triliun (setara Rp115 triliun), dan Monetary Authority of Singapore (MAS) senilai 10 miliar dolar AS. 

Perry menambahkan, BI akan terus memperkuat koordinasi ini dengan Pemerintah dan OJK untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran corona dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu. “Serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” ujarnya. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.