Dark/Light Mode

Harga Minyak Dunia Fluktuatif, BBM Belum Turun Dianggap Masuk Akal

Senin, 4 Mei 2020 05:48 WIB
Suasana di SPBU Pertamina (Foto: Istimewa)
Suasana di SPBU Pertamina (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengingatkan, sikap pemerintah yang belum menurunkan harga BBM sudah sangat tepat. Pasalnya, meski mengalami penurunan, namun harga minyak dunia sebenarnya masih fluktuatif. Sekitar 2-3 bulan mendatang, saat pandemi corona sudah mereda, diperkirakan harga akan kembali normal.

Dengan normalnya kondisi, lanjut Komaidi, otomatis sejumlah negara, seperti Jepang, Korea Selatan, dan China, sudah melakukan ancang-ancang untuk perbaikan proses produksi. Begitu pula dengan negara-negara G-7, terutama di Eropa, yang saat ini masih sibuk menangani Covid-19.  

Baca juga : Penurunan Harga Minyak Dunia Harus Disikapi Dengan Bijak

Bahkan, saat ini China sudah mulai melakukan pengadaan minyak, gas, dan batubara. Proses itu dimulai karena karena industri manufaktur mereka sudah mulai berjalan. Dengan peningkatan produksi manufaktur barang dan jasa itu, otomatis permintaan minyak juga meningkat. Dan stok saat ini, mulai bisa terserap sehingga harga berangsur normal.

Komaidi mewanti-wanti, meski minyak turun dan konsumsinya anjlok dratis, tak serta merta bisa membuat Pertamina menghentikan operasi kilang minyaknya. Kilang itu memerlukan biaya operasi. Pilihan menutup sumur minyak juga bukan opsi menguntungkan. Menutup sumur agar biaya operasi tak lagi keluar, malah akan mematikan sumur minyak. Butuh biaya lagi untuk menemukan dan mengebor sumur baru lagi. 

Baca juga : Larangan Mudik Cuma Dianggap Angin Lalu

Saat ini, permintaan BBM secara nasional anjlok 34 persen, bahkan di Jakarta permintaan anjlok mencapai 54 persen. Karena itu, yang lebih harus dilakukan adalah distribusi BBM ke berbagai daerah pelosok dapat terus dilakukan dan terjamin. Pertamina dinilai sudah menjalankan bisnis migas dengan menyediakan energi di seluruh Indonesia yang membutuhkan biaya operasional.   

Ada pun soal harga BBM, di ASEAN, Indonesia hanya lebih mahal dengan Malaysia. Selebihnya, lebih murah dari Thailand dan Vietnam. Pandangan bahwa saat harga murah Pertamina bisa borong minyak, juga harus dilihat terperinci karena ada keterbatasan storage. Sementara, jika pakai floating storage, semua kapal juga sudah tidak bisa sandar. Karena itu, pemerintah didorong membangun infrastruktur minyak dan gas sebagai investasi seperti membangun jalan, jangan dilihat sebagai cost.  

Baca juga : Kapan Harga BBM Dalam Negeri Ikutan Turun Nih...

Sebelumnya, dalam sebuah diskusi, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyebut, harga minyak saat ini adalah bottom, maka bisa dikatakan ini sebuah proses untuk melakukan balancing dengan enegi baru terbarukan. Di sisi lain, untuk dapat menjaga bisnis hulu migas tetap survive, harga minyak mentah yang pas yaitu di angka 20 dolar AS per barel.    

“Suatu perusahaan migas tidak dapat langsung menurunkan/menghentikan produksi migas di saat harga minyak turun. Karena akan sulit untuk mulai menjalankan operasionalnya lagi. Angka realisasi produksi minyak Indonesia di triwulan 1 yaitu 728 ribu barel per hari,” ujarnya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.