Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kemampuan Debitor Mengangsur Loyo

Awas, Penyaluran Dana PEN Rentan Jadi Kredit Macet

Sabtu, 12 September 2020 06:58 WIB
Ilustrasi Dana PEN
Ilustrasi Dana PEN

RM.id  Rakyat Merdeka - Permintaan kredit saat ini sedang merosot. Pemerintah disarankan tidak memaksakan diri melakukan penyaluran kredit dari dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) lewat Himpunan Bank Milik Negara Himbara). Jika dipaksakan, rawan menjadi kredit macet.

Wakil Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jakarta Aviliani menyarankan pemerintah mengubah strategi, mengalihkan stimulus dari sisi supply ke sisi demand.

“Pemerintah ingin perekonomian tumbuh dengan memperbolehkan perbankan memberikan kredit. Tapi, perlu diketahui, permintaan kredit saat ini rendah. Sekarang itu yang dibutuhkan adalah dorongan demand pada masyarakat,” ujar Aviliani dalam diskusi ISEI di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, stimulus supply seperti penjaminan kredit modal kerja dan pinjaman tanpa bunga belum diperlukan untuk saat ini.

Dirinya khawatir, jika pemerintah tetap memaksakan memberi stimulus dari sisi supply, pembiayaan tersebut akan menjadi kredit macet karena debitor kesulitan mengangsur.

Baca juga : Angka Kematian Tinggi, IDI Analisis Pola Penyebaran Covid di Klaster Tenaga Medis

“Dalam waktu beberapa bulan ke depan, pemerintah perlu mengalihkan dana Rp 400 triliun pada supply ke demand, yang jatahnya hanya Rp 200 triliun. Intinya memindahkan supply ke demand, terutama di fiskal,” katanya.

Soal kredit perbankan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan Himbara sudah menaikkan target penyaluran kredit dari dana yang ditempatkan pemerintah menjadi empat kali lipat, dari target sebelumnya ditetapkan hanya tiga kali.

Artinya, Himbara bertekad menyalurkan kredit hingga Rp 120,9 triliun. Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK Heru Kristiana merilis update data terbaru penyaluran kredit.

Kini, jumlah penyaluran telah mencapai Rp 79,7 triliun atau sekitar 65,9 persen dari target penyaluran hingga September 2020. Heru optimistis, kinerja intermediasi sektor perbankan akan terus tumbuh menyusul adanya berbagai insentif maupun stimulus.

Namun diakuinya, hal itu memang perlu didorong dengan permintaan di sektor riil. Karena itu, OJK merevisi target pertumbuhan kredit di 2020, dari semula 10-12 persen menjadi hanya sekitar 4-5 persen akibat dampak dari Covid-19.

Baca juga : Ini Daftar Lengkap 53 Tokoh Penerima Anugerah Tanda Jasa dari Jokowi

“Pandemi virus ini membuat pertumbuhan kredit tumbuh tak normal. Tapi dengan adanya stimulus dan insentif, kita berharap ekonomi selamat dari resesi,” imbuhnya.

NPL Naik

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk telah merealisasikan penyaluran kredit dari dana PEN sebesar Rp 12,03 triliun per 24 Agustus 2020. Nilai tersebut sudah 2,4 kali dari penempatan dana pemerintah ke BNI sebesar Rp 5 triliun.

Vice President Investor Relations BNI Roekma Hariadji mengatakan, mayoritas dana PEN disalurkan ke sektor usaha kecil senilai Rp 6,95 triliun atau 57,8 persen dari kredit program PEN.

Roekma mengatakan, pihaknya memprediksi dalam skenario terburuk, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) sampai dengan akhir tahun ini berpotensi naik ke level 4,5 persen.

Baca juga : Kemhan: Tak Ada Penyelewengan Anggaran Dalam Kasus Rekening Pribadi

Sementara per Juli, NPL BNI sudah 3,1 persen. Untuk itu, BNI menjaga kualitas kredit tetap rendah dengan konservatif membentuk pencadangan. Langkah tersebut dilakukan untuk mengantisipasi memburuknya kualitas kredit.

Adapun pencadangan perseroan hingga semester satu 2020 sebesar Rp 7 triliun. Sementara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk telah menyalurkan kredit dari dana PEN sebesar Rp 39,96 triliun kepada 947.446 debitor, atau sudah melewati target Rp 30 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso bilang, pihaknya mendapatkan penempatan dana deposito sebesar Rp 10 triliun dan kemudian harus disalurkan selama tiga bulan dalam bentuk kredit tiga kali lipat sebesar Rp 30 triliun hingga September 2020.

“Kami masih optimis kredit di 2020 bisa sampai 5 persen. Pertumbuhan kredit akan dilakukan dengan selektif dan hati-hati,” tutupnya. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.