Dark/Light Mode

Tiap Tahun Harus Bayar Rp 1.000 Triliun

Utang Besar, Untung Masih Bisa Kebayar

Jumat, 2 Oktober 2020 06:25 WIB
Jumlah utang terus naik/Ilustrasi (Foto: Istimewa)
Jumlah utang terus naik/Ilustrasi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jumlah utang Indonesia terus membengkak. Saking besarnya, untuk membayar cicilannya saja, tiap tahun harus mengeluarkan dana sebesar Rp 1.000 triliun. Untungnya, sampai saat ini masih bisa membayar utang tersebut. 

Besarnya jumlah cicilan itu dibeberkan ekonom senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini. Kata Didik, pemerintah saat ini telah mengerek utang secara signifikan. Terlebih di saat Pandemi Covid-19, saat pemerintah butuh banyak uang untuk tetap menggerakkan perekonomian.

Didik membuka secara rinci dana yang dikeluarkan untuk membayar utang itu. Pada 2019, jumlah dana yang dikeluarkan sebesar Rp 921 triliun. Rinciannya: Rp 275 triliun untuk membayar bunga utang dan Rp 475 triliun untuk bayar pokok utangnya.

Baca juga : Jokowi Pengen Rencana Vaksinasi Dibuat Detail

Padahal, utang di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), cicilan pembayaran utang tidak lebih dari Rp 500 triliun. "Ke depannya, Indonesia bayar utang kira-kira Rp 1.000 triliun. Ini 1.500 persen dari anggaran untuk pendidikan," ungkap Didik, dalam diskusi secara virtual di Jakarta, kemarin.

Tingginya utang tersebut, kata Didik, akan berimplikasi pada ekonomi secara keseluruhan. "Rezim ini rezim yang berutang dan nanti akan menjerumuskan fiskal kita lebih terpuruk," tudingnya.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu mengakui, pemerintah kemungkinan tidak akan bisa mengembalikan rasio utang dan defisit APBN ke kisaran normal dalam waktu setahun ke depan. Pasalnya, defisit diperkirakan masih tetap besar tahun depan. Sehingga dibutuhkan bantuan utang untuk menutupnya.

Baca juga : Sinergi PLN-KPK Berlanjut, Lebih Dari Rp 1 Triliun Aset Negara Berhasil Diamankan

Per Agustus 2020, rasio utang Indonesia sebesar 34,53 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Pada kondisi normal, rasio utang berada di bawah 30 persen dari PDB. Sedangkan defisit anggaran biasanya di bawah 3 persen. Namun, tahun ini diperkirakan mencapai 6,34 persen.

"Tentang utang, kami punya tantangan. Ini tidak mungkin selesai satu tahun. Disiplin fiskal perlu waktu bertahun-tahun buat defisit kita di bawah 3 persen lagi, bahkan sering di bawah 2 persen," ucap Febrio, saat sesi tanya jawab bersama awak media secara virtual, kemarin.

Febrio mengatakan, kebutuhan dana penanganan Covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) membuat defisit anggaran semakin melebar di tahun ini. Begitu juga tahun depan, karena pemulihan ekonomi masih berlangsung.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.