Dark/Light Mode

Riset CLSA: LPKR Pengembang Berkinerja Paling Solid

Rabu, 11 November 2020 11:04 WIB
Cluster Cendana Peak, rumah tapak yang dikembangkan LPKR (Foto: Istimewa)
Cluster Cendana Peak, rumah tapak yang dikembangkan LPKR (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pasar properti di dalam negeri kembali bergeliat dan menunjukkan pemulihan setelah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan. Salah satunya terlihat dari riset terbaru CLSA and CL Securities Taiwan, Co.Ltds bartajuk Indonesia Property Sector Outlook yang dipublikasikan Oktober 2020.

Hasil riset menunjukkan, sejak Juli, sejumlah pengembang mulai aktif meluncurkan proyek properti baru seiring dengan membaiknya permintaan dari konsumen properti. “Permintaan properti di Indonesia telah menunjukkan pemulihan yang signifikan pasca-PSBB,” tulis riset tersebut, dikutip Rabu (11/11). 

Pemulihan yang kuat dipimpin oleh rumah tapak dan ruko komersial, yang permintaan paling besar tercatat berada di Jakarta. Area Jakarta juga menjadi kontributor penjualan terbesar di kuartal tiga 2020. 

Menurut riset itu, salah satu pengembang yang selalu berhasil dalam peluncuran produk, juga diserap konsumen dengan cepat ketika meluncurkan proyek rumah baru yakni Lippo Karawaci (LPKR). Menurut riset CLSA, keberhasilan LPKR menjual juga menunjukkan bahwa meskipun ekonomi melambat, permintaan dari pembeli rumahan tetap ada. “Penjualan rebound pada 3Q20 (kuartal III-2020), naik 100 persen QoQ (quarter on quarter) karena sejumlah peluncuran proyek dengan pelonggaran PSBB,” tulis riset tersebut. 

Baca juga : Imbas Macet Bandara, 28 Penerbangan Terkena Dampak

LPKR menjadi pengembang pendorong utama pemulihan di sektor properti. Dari dari sisi penjualan, LPKR mampu memimpin dengan peningkatan mencapai 335 persen secara Year on Year (YoY). Dalam riset tersebut, LPKR juga dinilai sebagai pengembang yang mencatatkan prestasi mengesankan di kuartal III-2020, yang dari sisi penjualan menurut tipe dan lokasi juga mengalami lonjakan permintaan. Mayoritas dari permintaan rumah tapak. 

“Lippo Karawaci mencatatkan prestasi yang mengesankan di 3Q20. Berdasarkan tipe, proyek baru di 3Q sebagian besar berasal dari rumah tapak (75 persen dari total), yang menjelaskan pertumbuhan pra-penjualan 116 persen Quarter on Quarter dari produk rumah tapak,” tulis riset tersebut. 

Apalagi, sejumlah pengembang, terutama Lippo Karawaci, Summarecon Agung, Bumi Serpong Damai, agresif meluncurkan produk jenis ini di 3Q, dengan harga di bawah Rp 1 miliar dan Rp 1 miliar-Rp 2 miliar. Sementara, berdasarkan lokasi, Jakarta dan Jakarta sekitarnya, area Jabodetabek, tetap menjadi kontributor penjualan terbesar di 3Q (70 persen dari total).  Namun, prapenjualan di luar Jakarta dan Jabodetabek tumbuh lebih cepat. “Kami yakin pengembang akan terus agresif dalam peluncuran di kuartal tiga,” tulis riset itu.  

Dari sisi pendapatan, LPKR diproyeksikan akan tetap memimpin di sektor properti seiring membaiknya kinerja dan penjualan berbagai proyek properti perusahaan. Secara umum, kinerja pengembang seperti Summarecon, Ciputra, Agung Podomoro, juga membaik di kuartal ketiga. Misal, dari sisi penjualan bidang tanah, dipimpin APLN, dibantu penjualan bidang tanah di Karawang. SMRA, LPKR dan CTRA juga mencatatkan kinerja mengesankan di 3Q.  

Baca juga : Komisi VI DPR Dan BUMN Sinergi Pulihkan Ekonomi NTB

Pada sembilan bulan pertama 2020, LPKR merupakan pengembang yang memiliki kinerja terbaik dengan kenaikan mencapai 100 persen dibandingkan periode sama satu tahun sebelumnya. “Tiga perusahaan melaporkan pertumbuhan positif di 9M20 (9 bulan pertama 2020), dipimpin LPKR (+100 persen YoY), APLN (+75 persen YoY) dan ASRI (+6 persen YoY),” tulis riset.   

Riset CLSA menyebut bahwa proyek baru di kuartal III sebagian besar berasal dari rumah tapak (75 persen dari total pra-penjualan di 3Q20), yang menjelaskan pertumbuhan penjualan pemasaran QoQ + 116 persen dari produk residensial. Beberapa developer yaitu SMRA, BSDE, dan LPKR agresif meluncurkan produk jenis ini di 3Q. Penjualan rumah tapak LPKR yang baik juga karena strategi marketing yang dijalankan. 

Penjualan komersial (13 persen dari total pra-penjualan di 3Q20) juga tumbuh kuat sebesar 85 persen QoQ. Peluncuran ruko terlihat di kuartal III, terutama dari SMRA (Rp 350 miliar di 3Q vs Rp 30 miliar di kuartal II, dan BSDE Rp 432 miliar di kuartal III vs Rp 72 miliar di kuartal II).  

Penjualan apartemen naik 50 persen QoQ, sebagian besar dari inventaris karena kami belum melihat pengembang besar meluncurkan produk ini di 3Q. Sementara, penjualan lahan komersial turun 65 persen QoQ dengan lebih sedikit transaksi karena perlambatan ekonomi.  Pra-penjualan di luar Jakarta dan Jabodetabek (dan di luar Jawa) tumbuh lebih cepat dari Jakarta meskipun kontribusinya lebih kecil.  

Baca juga : JK: Penemu Obat Corona Berjasa dalam Kemanusian

“Secara keseluruhan, sektor properti mendapatkan momentum yang lebih baik. Peluncuran yang berhasil di seluruh pengembang juga membuktikan bahwa meskipun terjadi perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh Covid-19, permintaan untuk pembeli pengguna akhir masih tetap ada, sebagian berkat perubahan strategi pengembang,” tulis riset. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.