Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Asosiasi Petani Tebu Ajak Pemerintah Kembangin Bio Energi

Jumat, 11 Desember 2020 10:56 WIB
Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil. (Foto: Ist)
Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil mengingatkan potensi ancaman krisis energi dan pangan 30 tahun mendatang. Pada tahun 2050, diperkirakan jumlah populasi penduduk bumi menembus 10 miliar. Tahun ini saja, jumlah manusia berada di angka sekitar 7 miliar jiwa.

"Jika populasi umat manusia ini terus tumbuh dan berkembang, sementara luas daratan yang ada hanya 30 persen dari total luas permukaan bumi, maka muncul persoalan pangan dan energi. Ini akan menjadi persoalan serius di masa yang akan datang," kata Arum dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (11/12).

Baca juga : Bulog Sukses Tuntaskan Program Bantuan Pemerintah Sepanjang 2020

Karena itu, lanjutnya, tak ada cara lain yakni lahan yang ada saat ini harus benar-benar dimaksimalkan. Diingatkannya, manusia tidak bisa terus mengandalkan kebutuhan energi untuk tenaga listrik maupun bahan bakar, dari cadangan minyak bumi.

"Solusinya adalah energi terbarukan. Kita harus sudah mulai berinovasi. Mulai sekarang, tidak ada waktu lagi. Gencarkan energi terbarukan yang kita hasilkan dari hasil pertanian dan perkebunan," tambahnya.

Baca juga : Tahun 2026, Pertamina Targetkan 10 GW Pembangkit Energi Bersih

Energi terbarukan tersebut antara lain seperti biodiesel dan bioethanol yang bersumber dari hasil perkebunan seperti kelapa sawit, maupun pohon kelapa yang tumbuh di sekitar masyarakat. "Itu bisa dikembangkan menjadi biodiesel. Itu semua adalah komoditi perkebunan," ujarnya.

Arum memberi contoh Brazil yang mampu memanfaatkan perkebunan tebu sebagai penghasil bioethanol. Bahkan, penggunaan bioethanol di Brazil jadi kebijakan pemerintah. Saat ini di Brazil, penggunaan bahan bakar minyak dari bioethanol sudah mencapai 95 persen.

Baca juga : Bamsoet Minta Pemerintah Penuhi Kebutuhan Minimum Vaksin Corona

Dampak manfaat lainnya, kata Arum, adalah ramah lingkungan. Sistem pengalihan sumber bahan bakar seperti ini juga tengah digalakkan di semua negara. Beberapa negara mulai menggunakan bioethanol berbahan baku tebu. Kata dia, tebu di samping diproses menjadi gula, juga ada produk samping molasis yang dapat diproses menjadi ethanol.

Selain tebu, bioethanol juga bisa dihasilkan dari hasil pertanian seperti jagung hingga singkong. "Peningkatan populasi penduduk di bumi akan mempengaruhi masalah energi dan pangan. Rawan konflik antar negara. Saya mengajak, pemerintah, lintas sektor, bersama-sama meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan. Pelaku pertanian dan perkebunan juga harus berinovasi dan terus bersinergi," pungkasnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.