Dark/Light Mode

Bicara Ekonomi

Mendag: Kita Sedang Tergopoh-gopoh

Rabu, 27 Januari 2021 07:33 WIB
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. (Foto: Dok. Kemendag)
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. (Foto: Dok. Kemendag)

RM.id  Rakyat Merdeka - Gempuran Corona membuat perekonomian kita lesu. Melihat kondisi ini, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi membuat kiasan baru. Jika sebelumnya dia mengistilahkan perekonomian kita seperti darah rendah, kini Lutfi menyebutnya sedang tergopoh-gopoh.

Kiasan ini disampaikan Lutfi saat mengkaji neraca perdagangan tahun lalu yang mengalami surplus hingga 21,74 miliar dolar AS. Surplus itu tidak membuat Lutfi senang. Dia justru mengernyit dahi. Pasalnya, surplus itu didapat bukan karena ekspor kita meningkat, tetapi karena impor yang anjlok. 

Sepanjang 2020, nilai ekspor Indonesia mencapai 163,31 miliar dolar AS. Sedangkan impor sebesar 141,57 miliar dolar AS. Keduanya mengalami kontraksi. Ekspor turun 2,61 persen, sedangkan impor turun sampai 17,34 persen. "Surplus 21 miliar dolar AS ini mengkhawatirkan," kata Lutfi, dalam webinar Akselerasi Pemulihan Ekonomi, kemarin.

Baca juga : Banteng Klaim Punya Segudang Kader Top

Kenapa mengkhawatirkan? Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal itu menerangkan, sebanyak 70,2 persen barang yang diimpor Indonesia merupakan bahan baku dan bahan penolong industri dalam negeri. Ketika impor susut 17,3 persen, otomatis melemahkan sektor produksi. 

Lutfi mengibaratkan kondisi ini seperti atlet maraton yang berlari di tanjakan. “Tergopoh-gopoh dan terjadi injury (cedera) di dalam badan kita,” ucapnya.

Agar sampai ke finish, dia menyebut, perlu melakukan sejumlah instrumen perbaikan. "Pertama, kita harus membereskan yang cedera tadi," ucapnya.

Baca juga : SBY Ngingetin Bukan Nakutin

Sama halnya dengan ekonomi Indonesia, kata Lutfi, yang pertama harus diperbaiki adalah struktur produksi dan konsumsi. Apalagi kontribusi konsumsi terhadap produk domestik bruto (PDB) saat ini lebih dari 50 persen. Apabila sektor itu terganggu, pertumbuhan ekonomi tahun ini juga akan terkena imbasnya.

Untuk memperbaiki struktur itu, dia akan memastikan seluruh arus barang masuk Indonesia kembali normal. "Saya akan perbaiki tata kelola di perdagangan. Saya memastikan 70,3 persen dari barang impor siap melayani industri siap," ucapnya.

Untuk meningkatkan produksi dan konsumsi, Lutfi telah berbicara dengan Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita dan Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Lutfi meminta Sri Mulyani memberi lebih banyak insentif agar lebih banyak orang belanja. Insentif bukan hanya dalam berbentuk finansial. Juga bisa dalam bentuk kepercayaan kepada pasar agar orang kembali membeli.

Baca juga : Kerek Ekonomi, Menparekraf Genjot Sport Tourism

"Sektor terpenting bagi saya adalah sepeda motor reparasi dan otomotif yang turun hampir 20 persen. Jadi, kita perlu memberi insentif supaya market, orang mau beli atau berinvestasi kepada barang-barang seperti otomotif. Sebab, begitu sektor otomotif jalan, bisa menjalankan gerbong kereta sektor produksi," jelasnya.

Ekonom Indef, Bhima Yudhistira mengamini, kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak baik. Namun, dia menyebut, sakitnya lebih parah dibanding yang diistilahkan Lutfi. “Ekonomi indonesia bukan hanya cedera, tapi sudah masuk kanker stadium awal," ucap Bhima, saat dihubungi Rakyat Merdeka, tadi malam.

Untuk menggerakkan konsumsi, kata Bhima, kuncinya di pengendalian pandemi. Sebab, sulit bagi pemerintah mengerek konsumsi ketika pandemi belum beres. Meski Pemerintah memberikan banyak stimulus, masyarakat tetap akan menahan belanja. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.