Dark/Light Mode

Macet Nggak Berkurang

Pengguna Mobil Pelat Hitam Ogah Beralih Ke MRT

Senin, 1 April 2019 12:57 WIB
Pengamat Transportasi Publik, Djoko Setijowarno. (Foto : Net)
Pengamat Transportasi Publik, Djoko Setijowarno. (Foto : Net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengamat Transportasi Publik, Djoko Setijowarno, melihat, pengguna kendaraan pribadi roda empat, terutama yang tinggal jauh dari lokasi stasiun Mass rapid Transit (MRT), belum beralih ke moda transportasi masal tersebut.

“Kemungkinan yang baru beralih yang berada di lintasan MRT saja. Makanya kemacetan tetap terjadi di jalur itu,” ungkap Djoko kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Djoko berharap, pemerintah DKI melakukan pengukuran efektivitas keberadaan moda transportasi MRT tersebut untuk modal pengambilan kebijakan untuk mendorong perpindahan penggunaan kendaraan pelat hitam ke transportasi umum.

Baca juga : Facebook Larang Konten Pengagungan Kulit Putih

Djoko menerangkan, pemberian subsidi MRT diberikan pemerintah Provinsi DKI Jakarta bukan untuk membayar selisih tarif. Tetapi untuk mendorong perpindahan dari penggunaan angkutan pribadi ke angkutan umum.

Menurut Djoko, pemerintah perlu mempertimbangkan penerapan pembatasan mobilitas kendaraan pribadi sepanjang jalur Bundaran HI hingga Lebak Bulus jika keberadaan MRT belum mencapai target yang diharapkan. Sehingga keberadaan MRT nanti terasa efektivitasnya.

Pembatasan kendaraan pribadi, lanjut Djoko, dapat dilakukan dengan penerapan Electronic Road Pricing (ERP), kebijakan ganjil genap, menaikkan tarif parkir hingga pembatasan lahan parkir di tengah Jakarta.

Baca juga : Menpora Harap Pelatnas Sea Games Segera Berjalan

Selain itu, pemerintah harus mendorong penyediaan integrasi antarmoda dan integrasi tarif ke MRT. “Integrasi bisa dimulai dengan menyediakan sarana angkutan umum yang nyaman dari semua kawasan perumahan yang berada di daerah penyangga, seperti di Tangerang Selatan dan Depok yang terakses ke Stasiun Lebak Bulus,” ujarnya.

Soal tarif, Djoko menilai, seharusnya tarif awal idealnya untuk rute terjauh Rp 10.000. Karena, dengan tarif Rp 14.000, penggunaan MRT Jakarta masih di dominasi kelas menengah ke atas. “Masyarakat kelas menengah ke bawah kemungkinan besar masih tetap memilih bus Transjakarta karena tarifnya hanya Rp 3.500,” kata Djoko.

Sebelumnya , Menteri Keuangan Sri Mulyani memandang tarif MRT Rp 14.000 untuk rute terjauh masih sesuai dengan perhitungan pemerintah. Tarif itu masih terjangkau oleh masyarakat. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.