Dark/Light Mode

Neraca Maret Surplus

Jangan Happy Dulu Ya..., Per Kuartal Masih Tekor

Selasa, 16 April 2019 12:18 WIB
Kepala BPS Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta. (Foto : Net).
Kepala BPS Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta. (Foto : Net).

RM.id  Rakyat Merdeka - Neraca perdagangan Maret surplus. Tetapi jangan senang dahulu. Karena jika diakumulasi, per kuartal masih mengalami defisit.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sepanjang Maret 2019, neraca perdagangan mengalami surplus 540 juta dolar Amerika Serikat (AS). Dengan demikian, jika diakumulasi per kuartal I 2019 selama Januari-Maret 2019 neraca perdagangan Indonesia tercatat defisit sebesar 193,4 juta dolar AS. Padahal pada periode yang sama tahun 2018, neraca perdagangan masih bisa membukukan surplus sebesar 314,4 juta dolar AS.

” Pemerintah jangan tidak terlalu happy. Karena kinerja harus terus digenjot,” ungkap Kepala BPS kecuk Suhariyanto di Jakarta, kemarin.

Kecuk mengatakan, defisit kuartal I-2019 disebabkan  defisit migas sebesar 1,34 miliar dolar AS. Sementara untuk sektor non migas mengalami suprlus 1,15 miliar dolar AS.

Baca juga : Neraca Dagang Surplus, Darmin Cs Belum Puas

Pada kuartal I-2019, perdagangan Indonesia mengalami defisit tertinggi dengan China mencapai 5,18 miliar dolar AS. Kemudian, Thailand sebesar 1,03 miliar dolar AS dan Australia sebesar 586 juta dolar AS. Sedangkan perdagangan dengan AS tercatat surplus 2,21 miliar dolar AS. Dan, dengan India surplus 1,86 miliar dolar AS.

Untuk neraca khusus Maret, kinerja ekspor disumbang oleh ekspor pertambangan yang naik 31,08 persen menjadi 2,36 miliar dolar AS. Dan, industri pengolahan yang naik 9,48 persen menjadi 10,31 miliar dolar AS.

Sementara kinerja impor meningkat 10,31 persen dibandingkan Februari 2019. Kinerja impor meningkat pada semua jenis barang. Salah satunya barang konsumsi naik 13,49 persen menjadi 1,15 miliar dolar AS. "Kenaikan impor barang konsumsi terjadi di beberapa barang, yaitu mesin AC, anggur segar dari Australia, jeruk mandarin, dan karena mendekati bulan Ramadhan, jadi impor kurma meningkat," ungkapnya. 

Neraca Membaik

Baca juga : Dulu Impor, Sekarang Mau Ekspor

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution optimistis defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) tahun ini akan membaik. Menurutnya, untuk melihat proyeksi CAD maka harus melihat neraca jasa dan perdagangan. “Arahnya membaik. Ada aliran modal asing dan tren positif pada neraca perdagangan,” ungkapnya. 

Menurutnya, defisit neraca perdagangan pada kuartal I-2019 dipengaruhi oleh defisit neraca perdagangan pada Januari 2019. Februari dan Maret tendensinya surplus. 

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal menilai, banyak pekerjaan rumah yang harus digenjot untuk menaikan neraca perdagangan. Impor sendiri sebetulnya meningkat. 

"Saya kira ini efek dari menjelang bulan Ramadhan. Kenaikan impor barang produktif terjadi sejalan dengan peningkatan indeks manufaktur (purchasing managers index) di bulan Maret. Tapi, ternyata kenaikan impor barang konsumsi (13,49 persen) malah lebih tinggi dibanding bahan baku/penolong (12,34 persen)," jelas Faisal kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Baca juga : Neraca Keuangan Perusahaan Negara Dipastikan Aman

Dia mengakui  ekspor non migas, tumbuh lebih baik. Tapi perlu diketahui, pendorong ekspor lebih banyak oleh ekspor barang tambang yang naik 31 persen (secara bulanan). Dan, kenaikan itu lebih banyak disebabkan oleh peningkatan harga barang tambang seperti batubara dan golongan bijih, kerak dan abu logam yang naik 110 persen (month to month).  Sedangkan, kenaikan ekspor produk manufaktur seperti ekspor besi dan baja secara  keseluruhanhanya  naik 9,48 persen.  [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.