Dark/Light Mode

PMI Manufaktur Naik Lagi, Anak Buah Sri Mulyani Happy

Kamis, 2 September 2021 20:39 WIB
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu. (Foto: ist)
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia pada Agustus 2021 berada pada angka 43,7. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan Juli 2021 yang sebesar 40,1.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menyebut, penyebaran Covid-19 masih menjadi penyebab terbebaninya sektor manufaktur selama dua bulan berturut-turut sejak Juli 2021. Menurunnya kasus Covid-19 mampu memperbaiki indikator produksi dan permintaan, meski masih dalam level yang kontraktif.

“Kontraksi PMI Manufaktur di Indonesia sejalan dengan kontraksi di beberapa negara,” ujarnya, Kamis (2/9).

Misalnya Myanmar pada Juli PMI 33,5 dan Agustus 36,5, Vietnam Juli 45,1 dan Agustus 40,2, Malaysia Juli 40,1 dan Agustus 43,4, Singapura Juli 56,3 dan Agustus 44,3, Filipina Juli 50,4 dan Agustus 46,4, dan Thailand Juli 48,7 dan Agustus 48,3.

Baca juga : PMI Manufaktur Naik, Rupiah Makin Perkasa

Menurut anak buah Menteri Keuangan Sri Mulyani ini, PMI Manufaktur di ASEAN sebagian besar mengalami penurunan dari Juli akibat tren kasus yang masih cukup tinggi dan bervariasinya kebijakan re-opening yang dilakukan negara-negara tersebut. Meski angkanya membaik dibandingkan posisi Juli, output dan permintaan baru masih terkontraksi pada Agustus.

Hambatan pada produksi dan permintaan ini disebabkan oleh eskalasi kasus Covid-19, meski tekanan tersebut sedikit mereda seiring puncak kasus di Juli yang telah terlewati. Permintaan ekspor baru juga masih tercatat menurun meski dalam kisaran yang lebih lambat.

“Perusahaan masih mewaspadai gelombang kedua Covid-19, sehingga masih terdapat pengurangan tenaga kerja," ujarnya. 

Kebijakan Work From Home (WFH), kata Febrio, juga menyebabkan penurunan kapasitas perusahaan. Hal ini tercermin dari peningkatan akumulasi penumpukan pekerjaan. Dari sisi pembelian dan stok, perusahan juga mengurangi aktivitas pembelian meski pada laju yang lebih rendah dibandingkan Juli. 

Baca juga : BPIP Minta Aparatur Negara Fokus Layani Rakyat

Kendala pengiriman yang masih disebabkan oleh gangguan Covid-19 menyebabkan perpanjangan waktu pemenuhan pesanan selama 19 bulan berturut-turut. Selain karena kendala tersebut, permintaan yang masih menurun juga membuat stok barang jadi di sektor manufaktur tercatat meningkat.

“Sementara dari sisi harga, Covid-19 terus menyebabkan kenaikan biaya input dan output," sambungnya. 

Kenaikan harga bahan baku juga membuat akselerasi inflasi harga input yang tercepat sejak Januari 2014. Perusahaan masih meneruskan sebagian beban biaya kepada klien sehingga biaya output juga tercatat menguat.

"Secara keseluruhan, sentimen pada perusahaan manufaktur Indonesia melemah sejak Juli seiring diberlakukannya PPKM Jawa-Bali sebagai upaya pengendalian pandemi," ujar Febrio.

Baca juga : Amit-amit Deh Kalau Kita Sampai Kaya Gini

Namun demikian, tingkat kepercayaan bisnis terkait perkiraan produksi setahun ke depan masih berada di atas rata-rata survei. Hal ini mencerminkan harapan perbaikan dalam situasi Covid-19. 

“Pemerintah akan terus melakukan percepatan vaksinasi serta memberikan stimulus bagi dunia usaha melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) agar pandemi Covid-19 semakin terkendali dan kepercayaan dunia usaha dapat kembali meningkat," tegasnya. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.