Dark/Light Mode

Unas Gencarkan Budaya Sensor Mandiri di Era Digital

Jumat, 12 November 2021 06:17 WIB
Unas Gencarkan Budaya Sensor Mandiri di Era Digital

RM.id  Rakyat Merdeka - Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Nasional (Unas) berkerja sama dengan Lembaga Sensor Film (LSF) dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPID) DKI Jakarta gencarkan budaya sensor mandiri di era digital (10/11).

Dalam sambutannya, Rektor Unas, Dr. El Amry Bermawi Putera, M.A., mengatakan, kemajuan teknologi digitalisasi memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat. Namun, di sisi lain terdapat dampak negatif berupa lebihnya kapasitas informasi yang mengakibatkan perubahan cara pandang, norma, dan perilaku yang tidak sesuai dengan budaya dan luhur bangsa.

“Oleh karena itu diperlukan kebijaksanaan dalam memilih informasi atau tayangan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, salah satunya melalui sensor mandiri. Saya berharap kegiatan ini bisa menjadi wadah bagi Unas, sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam proses transisi menuju masyarakat digital,” ucapnya.

Baca juga : 40 Tahun YJI, Luncurkan Buku dan Gelar Pameran Virtual

Rektor menambahkan, sebelumnya Unas telah bekerja sama dengan LSF Indonesia untuk menggerakkan program penyensoran dan sosialisasi budaya mandiri. “ Melalui hal ini, Unas bersinergi memperluas jejaring dan kemitraan di bidang perfilman, serta bersedia mensosialisasikan penyensoran dan budaya sensor mandiri,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Komisioner KPID DKI Jakarta, Th. Bambang Pamungkas mengatakan, budaya sensor mandiri dapat dibangun melalui siaran tv dan radio. Ia mengatakan, tanpa adanya filter dan pengawasan penyiaran, secara tidak sadar akan memberikan dampak buruk bagi bangsa dan negara.

“Budaya sensor mandiri harus menjadi bagian dari kita sebagai praktisi media, dan teman-teman yang berkutik di bidang media agar memberikan tayangan atau tontotan yang baik untuk masyarakat. Melalui acara ini, saya berharap Unas bisa menjadi tempat berkembangnya melek media digital dengan memperhatikan budaya sensor mandiri,” tuturnya.

Baca juga : Gaet Google Cloud, BRI Agro Mantap Jadi Bank Digital

Ketua LSF RI, Rommy Fibri Hardiyanto mengatakan, berkembanganya akses internet dengan mudah membuat masyarakat dapat mengakses informasi dengan cepat dan leluasa. “Namun, perlu diingat bahwa tidak semua tayangan bisa ditonton. Maka dari itu penting untuk memberikan literasi kepada masyarakat bagaimana menonton siaran atau tayangan dengan baik, bagaimana memilih tayangan, hingga setiap pesan moral yang disampaikan oleh media penyiaran bisa tersampaikan tepat sasaran,” katanya.  

Berbicara dari perspektif Sosiologi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unas, Dr. Erna Ernawati Chotim, M.Si., mengatakan, berkembangnya siaran televisi dan radio membuat masyarakat memiliki kebebasan untuk memilih tayangan yang sesuai dengan minatnya.

“Namun, kembali lagi, masyarakat harus diberikan pilihan yang bijak mengenai tayangan siaran. Munculnya konten yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat akan berdampak bagi kehidupan sosial masyarakat itu sendiri,” tutupnya. [ARM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.