Dark/Light Mode

Kementan Dukung Green House Bojongkerta, Cikal Bakal Pemasok Tanaman Hias Ekspor

Senin, 7 Maret 2022 17:00 WIB
Sekretaris Ditjen Hortikultura Kementan Retno Sri Hartati Mulyandari (kanan) saat kunker ke Green House Bojongkerta, Senin (28/2)/Ist
Sekretaris Ditjen Hortikultura Kementan Retno Sri Hartati Mulyandari (kanan) saat kunker ke Green House Bojongkerta, Senin (28/2)/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Proyek kemitraan antara Minaqu Indonesia dan masyarakat petani Kelurahan Bojongkerta, Bogor Selatan, mendapat apresiasi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada kunjungan kerjanya, Sabtu, (26/2). 

Dengan melibatkan 49 petani dalam pengembangan Green House Tanaman Hias berluasan 1.000 m2 itu, saat ini sudah menghasilkan 4.900 tanaman hias daun yang siap panen Maret 2022. 

Pola kemitraan ini berawal dari inisiasi antara Kementan dengan Minaqu pada November 2021 untuk menggandeng 9 kabupaten/kota. Salah satunya Kota Bogor. 

Ini salah satu role model dan Menteri Pertanian ingin agar kota dan kabupaten lain bisa juga replikasikan prototipe pola kemitraan dengan offtaker sebagai penjamin pasar.

"Jadi, petani lebih fokus pada produksi dan hasilnya sudah ada yang menampung karena jejaring pasar dalam dan luar negeri sudah terbangun melalui offtaker," ujar Sekretaris Ditjen Hortikultura Retno Sri Hartati Mulyandari saat mengunjungi lokasi, Senin (28/2). 

Bojongkerta dipilih karena dinilai sebagai lokasi yang memiliki modal kemauan untuk bertanam. Minaqu menilai, ini landasan utama menjadikan lokasi ini sebagai pilot project mitra penyuplai tanaman hias berorientasi ekspor. 

Baca juga : Anis Matta : Pertanda Bakal Ada Tatanan Dunia Baru

Pola kerja sama ini dengan cara menggandeng 49 kepala keluarga. Mereka memelihara dan memperbanyak selama 3 bulan serta memanen hasilnya dan Minaqu yang membeli. 

“Dengan adanya kewajiban pemotongan membayar angsuran KUR barulah petani mendapatkan hasil dari usahanya,” ujar CEO Minaqu Indonesia, Ade Wardhana.

Model bisnis bekerja sama dengan masyarakat ini, kata Ade, sebenarnya amanat Menteri Pertanian. 

“Beliau menyampaikan kalimat sederhana kalau potensi ini jangan dipegang sendiri oleh Minaqu. Karena itulah kami melakukan kemitraan dengan masyarakat sekitar,” ujar Ade.

Adanya ide mereplikasi model kerja sama dengan petani lokal, bukanlah hal yang sulit. Pasalnya, Indonesia negara yang memiliki biodiversifikasi dengan kekayaan plasma nutfah masing-masing. Sehingga bisa memanfaatkan kekhasan plasma nutfah yang dimiliki daerah untuk dikembangkan.

“Kami ingin warga bisa mandiri secara bisnis. Jadi pendampingan selama dua tahun ke diharapkan dapat melahirkan pusat tanaman hias yang dapat menyuplai langsung wilayah Eropa, Amerika, Asia Pasifik. Ini bisa menjadi role model yang dikembangkan sebagai entitas bisnis baru,” papar Ade.

Baca juga : Kementan Gercep Bantu Korban Gempa Pasaman Barat

Lurah Bojongkerta, Hari Cahyadi mengatakan, pola kemitraan dengan masyarakat petani di lingkungannya adalah wujud pemerintah hadir di tengah-tengah masyarakat. Tujuannya, mengangkat pemberdayaan dan perekonomian masyarakat. 

“Pada Juli 2021 kami menemui Minaqu untuk memberikan presentasi mengenai potensi Bojongkerta. Alhamdulillah Minaqu menyambut dengan baik dan para petani antusias terlebih mulai dari permodalan, pendampingan hingga proses pemasaran dijamin oleh pihak Minaqu,” ujar Hari. 

Dirinya mengatakan, dengan adanya budidaya tanaman hias di green house ini, Bojongkerta mulai banyak dikenal orang. Bahkan Menteri Pertanian sampai berkunjung untuk melihat prospek tanaman hias di wilayahnya, yang notabene dulunya daerah ini tidak dikenal orang.

Menurutnya, Bojongkerta adalah mutiara yang terpendam. Potensi wilayah dan masyarakatnya bisa kami angkat. Berharap, semua aspek bisnis dikembangkan sendiri dari dalam wilayah. 

“Tagline kami, dari Bojongkerta untuk Bojongkerta. Kami ingin mengangkat pemberdayaan ekonomi warga. Mohon doanya, pada 2023 nanti kami mencanangkan daerah kami menjadi lokasi agroeduwisata,” terang Hari, sumringah.

Pengelola green house, Syaiful mengaku sangat antusias mengikuti kerja sama budidaya ini. Petani mendapat modal, pendampingan hingga terjaminnya pasar membuatnya nyaman untuk bertanam.

Baca juga : Kementan Dukung Program Desa Peternakan Terpadu Berkelanjutan

“Bagi saya, bertanam ini seperti refreshing yang menghasilkan uang. Saya ikut program pelatihan tanam dalam green house Minaqu ini, tadinya dapat benih Albo 100 pot dan Milano 50. Jelang tiga bulan ini saya sudah dapat 700 pot,” ujar Syaiful. 

Sebagai informasi, sebanyak 49 petani yang tergabung dalam green house ini didominasi kaum ibu dan kaum milenial. 

Dengan pemberian KUR dari Bank BJB senilai Rp 34,8 juta per petani, jika perkiraan hasil panen 300 tanaman, petani bisa memperoleh total pendapatan Rp 16.500.000. 

Jika diperkirakan untuk membayar cicilan bank Rp 4,5 - Rp 5 juta serta dikurangi biaya produksi Rp 1,5 juta untuk 3 bulan ke depan, maka kurang lebih petani memperoleh Rp 3 juta per orang per bulannya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.