Dark/Light Mode

Kementan Antisipasi Kasus Anthraks Jelang Idul Adha

Kamis, 11 Juli 2019 23:26 WIB
I Ketut Diarmita (Foto: Humas Kementan)
I Ketut Diarmita (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menjelang Hari Raya Idul Adha, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan timbulnya kasus anthraks pada hewan yang akan dijadikan sebagai hewan kurban.  

Menurut Dirjen PKH, I Ketut Diarmita, anthraks merupakan penyakit hewan yang disebabkan bakteri bisa menyerang hewan seperti sapi, kerbau, dan kambing/domba. Penyakit ini juga bisa menular ke manusia (zoonosis) melalui kontak dengan hewan tertular atau benda/lingkungan yang sudah dicemari agen penyakit. 

"Walaupun berbahaya, penyakit anthraks di daerah tertular bisa dicegah dengan vaksinasi yang disediakan pemerintah" jelas I Ketut, di Jakarta, Kamis (11/7).

Baca juga : Kejagung Siap Jatuhkan Sanksi Berat Untuk 2 Jaksa Yang Terciduk KPK

Ketut menjelaskan, untuk daerah bebas anthraks, bisa dicegah dengan pengawasan lalu lintas hewan yang ketat. "Saat ini, beberapa provinsi di Indonesia memang tercatat pernah melaporkan kasus anthraks, namun dengan program pengendalian yang ada, kasus tersebut sifatnya sporadis dan dapat segera terkendali, sehingga kerugian peternak dapat diminimalisir dan ancaman kesehatan masyarakat bisa kita tekan," tambah Ketut. 

Terkait lalulintas dan perdagangan hewan rentan anthraks yang berasal dari daerah tertular seperti Gunung Kidul dan beberapa wilayah lain di Indonesia, Ketut menegaskan, sesuai dengan standar Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dalam penanganan wabah anthraks, jika di wilayah tersebut dalam waktu 20 hari tidak ada kasus (kematian) maka anthraks di wilayah tersebut dapat dinyatakan terkendali. Sehingga lalulintas dan perdagangan hewan rentan dapat dilakukan sepanjang hewan tidak berasal dari wilayah yang sedang wabah. "Hewan juga harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan hasil uji laboratorium," tambahnya. 

Ketut juga meminta agar masyarakat melaporkan hewan yang menunjukan gejala sakit atau ternak yang mati mendadak kepada petugas kesehatan hewan serta melarang pemotongan hewan yang sakit atau yang menunjukan gejala klinis anthraks. Sebagai langkah kewaspadaan terhadap anthraks menjelang Idul Adha ini, Ketut telah meminta Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan provinsi dan kabupaten/kota untuk segera melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan hewan kurban di tempat penampungan/pemasaran, pengaturan dan pengawasan tempat penampungan/pemasaran hewan, pengawasan pelaksanaan dan jadwal vaksinasi anthraks, sosialisasi dan bimbingan teknis kepada petugas dan panitia pelaksana kurban, serta pemeriksaan teknis pada hewan sebelum dan setelah pemotongan saat pelaksanaan kurban. 

Baca juga : Nasib PAN Ditentukan Setelah Idul Adha

Pastikan Hewan Qurban Bebas Anthraks

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen PKH, Kementan, Syamsul Ma'arif, menjelaskan bahwa berdasarkan data pada 2018, penyembelihan hewan kurban di Indonesia mencapai 1.224.284 ekor. Terdiri dari 342.261 ekor sapi, 11.780 ekor kerbau, 650.990 ekor kambing, dan 219.253 ekor domba. Kebutuhan ternak untuk ibadah kurban tahun 2019 ini diprediksi akan meningkat sekitar 10 persen dari kebutuhan 2018. 

"Sebagai bentuk perlindungan kesehatan masyarakat dari ancaman penyakit seperti Anthrax, seperti tahun-tahun sebelumnya, kita akan segera terjunkan Tim Pemantauan Hewan Kurban di seluruh Indonesia yang terdiri dari petugas pusat, provinsi, kab/kota, juga dari unsur mahasiswa kedokteran hewan, dan organisasi profesi," jelas Syamsul. 

Baca juga : Kementan Persiapkan Ekspor Perdana Buah Naga ke China

Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Kementan memberikan tips memilih hewan kurban yang sehat yaitu dengan cara memilih hewan di tempat penampungan/pemasaran hewan kurban yang telah ditetapkan/diawasi oleh pemerintah dan memastikan hewan memiliki surat keterangan kesehatan hewan dari dinas/petugas kesehatan hewan, serta pada saat dilihat/diperiksa hewan kurban tersebut bernafas teratur, berdiri tegak dan tidak ada luka, bola mata bening dan tidak ada pembengkakan, area mulut dan bibir bersih, lidah bergerak bebas dan air liur cukup membasahi rongga mulut, area anus bersih, dan kotoran padat. "Dengan memastikan aspek-aspek tersebut, maka hewan kurban yang dipilih aman dari kemungkinan sakit dan menularkannya kepada kita" pungkasnya. [KAL]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.