Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Dorong Stabilisasi Harga, Kementan Tambah Pasokan Cabe Ke PIKJ
Senin, 11 Juli 2022 21:49 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Naiknya harga cabe yang terjadi sejak awal Juni lebih disebabkan adanya penurunan produktivitas pertanaman sebagai dampak cuaca ekstrem. Yang ditandai curah hujan relatif lebih tinggi dibanding rerata normalnya, dan berlangsung hingga saat ini.
Berdasarkan data BMKG, curah hujan pada periode April-Mei 2022 cenderung lebih tinggi dibandingkan periode April-Mei 2021.
Hal ini memicu peningkatan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Phytophthora, spp. Yakni mpenyebab penyakit busuk daun pada cabe, dan juga penyakit antraknosa. Imbasnya, terjadi kerusakan tanaman yang gilirannya mengganggu produksi cabe nasional.
Ketersediaan aneka cabe (cabe rawit merah, cabe rawit hijau, cabe merah keriting dan cabe besar) pada Juni hingga Juli 2022 masih surplus untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Baca juga : Stabilisasi Harga Migor, Mendag Ajak Dialog Petani Sawit
Berdasarkan data Ditjen Hortikultura, produksi cabe besar nasional pada Juni diperkirakan 78.040 ton, sedangkan kebutuhan cabe besar bulan Juni diperkirakan 76.317 ton, sehingga neraca cabe besar surplus 1.723 ton.
Produksi cabe rawit sebesar 73.562 ton, sedangkan kebutuhan cabe rawit diperkirakan 72.159 ton. Sehingga neraca cabe rawit surplus sebesar 1.403 ton.
Produksi cabe besar pada Juli sebesar 99.949 ton dan cabe rawit sebesar 209.673 ton. Kebutuhan cabe besar pada Juli diperkirakan 97.731 ton, sehingga neraca cabe besar surplus 2.218 ton.
Sedangkan kebutuhan cabe rawit diperkirakan 87.308 ton, sehingga neraca cabe rawit surplus sebesar 22.365 ton.
Baca juga : Revisi KUHP Belum Mulus
Pada situasi iklim yang tidak menentu, pasokan cabe masih tetap berlangsung terutama dari sentra dataran tinggi, baik di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Utara yang memiliki produksi lebih.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bergerak cepat menjaga ketersediaan komoditas pangan strategis terutama cabe.
Menindaklanjuti arahan tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura turun langsung untuk memonitor kondisi pertanaman cabe di lapangan, dan melakukan upaya meredam gejolak harga agar tidak berkepanjangan.
Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Retno Sri Hartati Mulyandari selaku Plh Direktur Jenderal Hortikultura, didampingi Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Tommy Nugraha dan Direktur Pembiayaan Pertanian Endah Megahwati, memantau pasokan cabe di Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ), Kamis (7/7) dini hari.
Baca juga : Jelang Idul Adha, Kementan Turunkan Tim Pemantau Hewan Kurban
Pasokan cabe sebanyak 5,45 ton berasal dari Sumedang dan Garut, dengan 1,5 ton dipasarkan di PIKJ dan sisanya disalurkan ke TTIC (Toko Tani Indonesia Center) Pasar Minggu.
“Melalui upaya tambahan pasokan ini diharapkan harga cabe semakin turun, tidak lagi pedas, meski rasanya tetap pedas. Dengan begitu, harapannya inflasi bisa ditekan,“ ujar Retno.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Tommy Nugraha mengatakan, penambahan pasokan cabe ke PIKJ ini akan berlangsung sampai menjelang Idul Adha, yang didatangkan dari wilayah sentra Jawa seperti Sumedang, Garut, Magelang.
Selain menambah pasokan ke PIKJ jelang Idul Adha, cabe yang dipasok dari sentra Jawa juga didistribusikan di TTIC dan 8 titik lokasi di DKI Jakarta, sebagai tindak lanjut dari kerja sama Kementan dan Gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu.■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya