Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Perpusnas-UKI Tana Toraja Kolaborasi Gelar Webinar Kegemaran Membaca

Kamis, 28 Juli 2022 15:06 WIB
Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpusnas Adin Bondar (Foto: Dok. Perpusnas)
Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpusnas Adin Bondar (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) bersama Universitas Kristen Indonesia (UKI) Tana Toraja berkolaborasi menggelar Sosialisasi Webinar Kegemaran Membaca Budaya Literasi, Kamis (25/7). Di acara ini, dibahas banyak hal. Mulai dari perpustakaan di rumah ibadah, peningkatan literasi oleh perguruan tinggi, hingga penanaman kegemaran membaca pada anak.

Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpusnas Adin Bondar menerangkan, peran rumah ibadah selain untuk meningkatkan kualitas kehidupan beragama juga strategis untuk meningkatkan kehidupan literasi beragama, maupun literasi antarumat beragama. Untuk itu, kini di rumah ibadah, ada perpustakaan. Kehadiran perpustakaan ini bisa digunakan agar jemaah dari tiap rumah ibadah menjadi cerdas, unggul, dan berkualitas.

“Perpustakaan berfungsi menjadikan masyarakat cerdas. Tidak hanya dalam perpsektif pendidikan formal ataupun nonformal,” ucap Adin, mengawali Sosialisasi Webinar Kegemaran Membaca Budaya Literasi.

Perhatian kepada pengembangan kegemaran membaca tidak cukup digerakkan lewat rumah ibadah. Lingkup perpustakaan tinggi justru diminta berperan lebih besar dalam penguatan dan perluasan pengetahuan. Pada dasarnya, prinsip perpustakaan dan perguruan tinggi sama, yakni mencerdaskan masyarakat.

Baca juga : Kenalkan Ganjar Ke Milenial, Srikandi Bekasi Gelar Senam Kardio

Adin Bondar lalu berbicara mengenai kecerdasan anak. Kata dia, di masa golden age (usia 1-5 tahun), ada sebanyak 100 miliar neuron berkembang sangat pesat pada anak. Sehingga dibutuhkan rangsangan psikososial, seperti mendongeng, membaca, dan sikap keteladanan. Jika hal ini tidak dilakukan, pasti akan mengalami penyusutan yang akhirnya mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak.

“Sebuah riset menunjukkan, anak yang diceritakan cerita setiap hari, menunjukkan perkembangan keterampilan berpikir dan berbasa,” ujarnya.

Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus demografi pada rentang 2020-2035, dan puncaknya di 2028-2030. Bonus demografi merupakan fenomena langka, karena hanya akan terjadi satu kali ketika proporsi penduduk usia produktif berada lebih dari dua pertiga jumlah penduduk keseluruhan. Bonus demografi terjadi akibat berubahnya struktur umur penduduk, digambarkan dengan menurunnya rasio perbandingan antara jumlah penduduk nonproduktif (di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun) terhadap jumlah penduduk produktif (usia 15-64 tahun). 

Generasi milenial sebagai penduduk terbesar, memiliki peran dominan dalam bonus demografi. Generasi inilah yang akan menentukan arah dan roda pembangunan. Generasi yang unggul dan memiliki kualitas yang mampu bersaing dengan dunia luar merupakan aset bangsa yang mampu membawa bangsa Indonesia menuju arah pembangunan yang lebih maju dan dinamis.

Baca juga : Majukan Kolaborasi, Indonesia Fasilitasi DEWG Gelar Lokakarya Bahas Pemanfaatan Data

Untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia, kata Adin, perlu memerhatikan tiga faktor, yakni konektivitas pengetahuan (aksesibilitas), content (bacaan), dan sumber daya manusia itu sendiri. Kualitas SDM yang unggul merupakan garansi bagi kemajuan suatu bangsa.

Dia pun menekankan, negara tidak boleh terlalu bergantung pada sumber daya alam, karena suatu saat akan habis. Negara harus memiliki SDM yang skill full, yang akan menjadikan negara dengan predikat berkembang atau maju. 

Kenapa masih banyak terjadi kemiskinan di suatu negara? Itu dikarenakan kurang hadirnya SDM yang berkualitas. “Kemiskinan terjadi akibat ketidakhadiran orang-orang yang berpengetahuan,” lanjut Adin.

Dari masyarakat yang berpengetahuan (smart society), akan tercipta peningkatan literasi. Literasi di era saat ini menjadi suatu keharusan setiap individu agar bisa berkompetisi dengan individu lain di pasar global.

Baca juga : Kunjungi Istiqlal Dan Katedral, Delegasi Y20 Belajar Kerukunan Beragama

Dalam aspek yang lebih holistik, kemampun berliterasi terbukti ampuh menurunkan angka kemiskinan, menekan angka kematian muda, menjadikan ekonomi lebih kuat, partisipasi masyarakat lebih tinggi, yang berujung pada peningkatan pada kesejahteraan dan kebahagiaan.

Webinar Kegemaran Membaca Budaya Literasi bersama UKI Tana Toraja diselenggarakan selama dua hari (25-26 Juli), dengan menghadirkan para nara sumber antara lain Sekretaris MP Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Zakaria J Ngelow, Anggota Ecumenical Disability Advocates Network (EDAN) dari Dewan Gereja-Gereja se-Dunia (World Council of Churches, WCC) Tabitha Kartika Christiani, Ketua Umum Yayasan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) Henriette Tabita Lebang, dan anggota Institut Teologi Gereja Toraja Tomi Supriyanto.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.