Dewan Pers

Dark/Light Mode

Biar Nggak Kemakan Hoaks, Rawat Akal Sehat Kita

Rabu, 19 Oktober 2022 22:47 WIB
Ilustrasi hoaks. (Foto: Ist)
Ilustrasi hoaks. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Informasi di ruang digital sangat banyak sekali. Ada informasi yang benar. Namun, banyak juga informasi tidak benar alias hoaks di media sosial. Banyak masyarakat yang termakan informasi tersebut.

Humas Kemendikbud Ristek Danasmoro Brahmantyo mengatakan, dalam ruang digital, pengguna berinteraksi dengan banyak orang dengan latar belakang budaya berbeda. Interaksi tersebut menciptakan standar baru.

"Terlebih antar-pengguna juga saling berkolaborasi. Dari sini, diperlukan adanya etika digital yang melingkupi kesadaran, integritas, tanggung jawab, dan kebajikan," ujarnya dalam webinar bertema “Solusi Mematikan Hoaks”, di Pontianak, Kalimantan Barat, dikutip Rabu (19/10).

Berita Terkait : Pemerintah Perkuat Kebijakan Satu Data

Ia melanjutkan, hoaks atau berita bohong termasuk jenis konten negatif selain ujaran kebencian, pornografi, pencemaran nama baik, dan pengancaman.

Lalu bagaimana cara mengenali hoaks? Periksa alamat URL, periksa halaman website, lalu cek apakah ada pesan yang meminta pembaca membagikan, Googling berita dengan tema spesifik, dan cek kebenaran gambar di Google Image.

“Hoaks terdiri dari misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Tips agar tidak termakan hoaks yakni saring sebelum sharing. Jangan ambil kesimpulan dari hanya baca judul. Tahan jempol dan lakukan cek-ricek. Rawat akal sehat dan perluas wawasan,” kata Danasmoro.

Berita Terkait : Dua Naga Kosmetindo Bagikan Santunan Anak Yatim Di Sukoharjo

Dosen Ilmu Komunikasi UNY Gilang Jiwana Adikara menerangkan, materi budaya digital dengan tema ‘Bijak dan Berbudaya dalam Berkomentar’.

Dia bilang, internet merupakan ruang publik, di mana hak-hak kita tentu akan bersinggungan dengan hak-hak orang lain. Seperti di dunia nyata, di dunia digital pun ada aturan, etika, dan undang-undang yang menjadi pedoman bermedia digital.

"Sebut saja, UU ITE, UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual, dan UU Perlindungan Data Pribadi," katanya.

Berita Terkait : NasDem Dapat Berkahnya

Di samping perangkat regulasi undang-undang, perlu bagi pengguna menunjukkan budaya sebagai bangsa Indonesia di ranah digital. Yakni dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dalam bermedia digital.

“Menciptakan budaya digital yang baik adalah tanggung jawab kita bersama,” tegas Gilang.
 Selanjutnya