Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

KSSK: Ekonomi Indonesia Tahan Banting

Kamis, 3 November 2022 13:30 WIB
Menkeu Sri Mulyani. (Foto: Ist)
Menkeu Sri Mulyani. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mencatat ekonomi Indonesia pada triwulan III-2022 berada dalam kondisi yang resilien atau tahan banting.

“Saya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam rapat berkala KSSK ke-4 tahun 2022 pada Kamis (27/10) berkomitmen untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dengan terus memperkuat koordinasi dalam mewaspadai perkembangan risiko global termasuk dalam menyiapkan respons kebijakan,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani, Kamis (3/11).

Menurut Sri Mul, kinerja perekonomian global melambat dengan risiko ketidakpastian yang semakin tinggi. Perlambatan pertumbuhan ekonomi terjadi di sejumlah negara maju terutama Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China tercermin pada Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufacturing global September 2022 yang masuk ke zona kontraksi pada level 49,8.

Kata dia, perlambatan tersebut dipengaruhi oleh berlanjutnya ketegangan geopolitik yang memicu tekanan inflasi tinggi, fragmentasi ekonomi, perdagangan dan investasi, serta dampak pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif. “Kenaikan Fed Funds Rate yang diprakirakan lebih tinggi dengan siklus yang lebih panjang mendorong semakin kuatnya mata uang Dolar AS sehingga menyebabkan depresiasi terhadap nilai tukar di berbagai negara, termasuk Indonesia,” ujar Sri Mul.

Baca juga : Dukung Presidensi G20 Indonesia, Perpusnas Luncurkan Buku Tematik

Meski begitu, perbaikan ekonomi domestik terus berlanjut ditopang konsumsi swasta yang masih tetap kuat di tengah kenaikan inflasi, investasi nonbangunan yang meningkat, serta kinerja ekspor yang masih terjaga. Pada Oktober 2022, PMI Manufacturing masih ekspansif di level 51,8 meskipun turun dari posisi September 2022 di level 53,7.

Sementara itu, pada September 2022, Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh 5,5 persen (yoy) dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih menunjukkan persepsi konsumen yang ekspansif di level 117,2, meskipun turun dari posisi Juni 2022 di level 128,2 sebagai dampak penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Perbaikan ekonomi nasional juga tercermin pada kinerja lapangan usaha utama, seperti Perdagangan, Pertambangan, dan Pertanian.

Sri Mul menambahkan, inflasi lebih rendah dari prakiraan awal. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober 2022 tercatat 5,71 persen (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat 5,95 persen (yoy).

“Ini suatu tanda dan perkembangan yang baik. Indonesia tetap mampu jaga inflasi dan dalam level moderat. Inflasi volatile food turun jadi 7,19 persen  yoy,” tuturnya.

Baca juga : Yayasan Kridha Dhari Indonesia Gelar Ikrar Budaya Nusantara

Menurutnya, hal ini juga sejalan dengan langkah sinergi dan koordinasi yang dilaksanakan pemerintah baik pusat dan pemda bersama-sama dengan Bank Indonesia dan berbagai mitra strategis lainnya yang diwadahi TPIP dan TPID. Serta terus digiatkan gerakan pengendalian inflasi pangan.

“Inflasi administered prices juga tidak setinggi yang diprakirakan yaitu 13,28 persen (yoy) sebagai dampak penyesuaian harga BBM terhadap tarif angkutan yang lebih rendah. Sementara itu, inflasi inti tetap terjaga rendah, yaitu sebesar 3,31 persen (yoy), sejalan dengan lebih rendahnya dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM tersebut di atas dan belum kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan,” katanya.

Sementara, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III-2022 diprakirakan tetap sehat. Dari sisi neraca transaksi berjalan, pada triwulan III-2022 diprakirakan kembali mencatatkan surplus ditopang kinerja neraca perdagangan yang membukukan surplus 14,9 miliar dolar AS pada triwulan III-2022. Kontribusi neraca perdagangan tersebut dapat meredam tekanan arus modal keluar nonresiden pada investasi portofolio yang mencapai 2,1 miliar dolar AS akibat meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

“Kinerja ekspor diprakirakan tetap kuat, khususnya batu bara, CPO, serta besi dan baja seiring dengan permintaan dari beberapa negara mitra dagang utama yang masih kuat dan kebijakan Pemerintah untuk mendorong ekspor CPO beserta turunannya. Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan masih akan ditopang oleh realisasi positif dari penanaman modal asing (PMA). Posisi cadangan devisa akhir September 2022 masih tetap kuat, tercatat pada level yang masih tinggi yaitu 130,8 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor.

Baca juga : 4 Ganda Indonesia Pulang Duluan

Sedangkan, stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga di tengah tren menguatnya Dolar AS. Indeks nilai tukar Dolar AS terhadap mata uang utama mencapai level tertinggi dalam dua dekade terakhir yaitu 114,76 pada tanggal 28 September 2022. Sementara itu, nilai tukar Rupiah sampai dengan 31 Oktober 2022 terdepresiasi 8,62 persen (ytd), angka ini relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya seperti India (10,20 persen), Malaysia (11,86 persen), dan Thailand (12,23 persen), sejalan dengan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif.

“Tren depresiasi nilai tukar negara berkembang tersebut didorong oleh menguatnya Dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara, terutama AS,” tukasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.