Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Gerakan Penanaman Kedelai Untuk Kemandirian Pangan

Selasa, 1 November 2022 23:00 WIB
Pranata Humas Ahli Pertama Kementerian Pertanian RR. Zenaida. S. Soemedi. (Foto: Istimewa)
Pranata Humas Ahli Pertama Kementerian Pertanian RR. Zenaida. S. Soemedi. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kedelai, satu diksi yang mengilustrasikan sebuah proses ketahanan pangan bagi Indonesia. Pada saat yang sama, di tengah arus bonus demografi yang akan dan sedang dihadapi di masa yang akan datang, kedelai menjadi salah satu komoditas yang substansial.

Sebab, jumlah penduduk yang semakin jamak dan terbatasnya lahan atau letak geografis dalam penanaman kedelai menjadi sesuatu yang dilematis, jika tanpa persiapan yang matang.

Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian juga sedang memprakarsai dan secara sustainable menciptakan penanaman kedelai di berbagai wilayah di Indonesia.

Hal ini dilakukan sebagai respons untuk menjawab sifat dilematis di atas. Dengan demikian, pada tahun 2023 mendatang, Indonesia akan memperluas aksesibilitas lahan, agar tingkat produktivitas tanaman kedelai juga semakin meningkat.

Rencananya, prospek perluasan lahan ini akan mencapai 368 ribu hektar, yang sudah barang tentu akan mencapai produksi sebanyak 213 ribu ton. Meski demikian, Pemerintah juga secara reguler selalu menargetkan agar secara produktivitas juga meningkat untuk memenuhi kebutuhan primer publik.

Pada tahun 2020 ini, realisasi kegiatan dari penanaman kedelai ini telah mencapai 101 ribu hektar atau secara persentase sudah mencapai 28 persen.

Baca juga : Jangan Keliru, Menilai Sirup Obat Yang Aman, Ini Saran Prof. Tjandra

Di samping itu, gerakan menanam kedelai ini juga secara sistemik selalu disampaikan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian. Karena kedelai dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, bisa dilihat dari kandungan utama kedelai yaitu protein 38 persen, minyak 18 persen, karbohidrat tidak larut 15 persen dan lecithin 0,5 persen (Thakur dan Hurburgh, 2007).

Kandungan protein yang tinggi tersebut dapat dijadikan sebagai pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Dalam konteks tersebut, kedelai dapat menjadi salah satu komoditas pangan dan sumber penghidupan bagi banyak penduduk yang dikelola oleh UMKM dalam bentuk tempe dan tahu.

Di satu sisi, misalnya, komoditas seperti tempe dan tahu juga merupakan makanan sehari-hari yang banyak diminati oleh masyarakat mulai dari lapisan bawah sampai atas. Selain itu, tempe dan tahu, kedelai juga dijadikan sebagai bahan produksi kecap, tauco, susu dan yang lainnya. Sehingga, kedelai menjadi tools yang sangat baik untuk meningkatkan kesehatan dalam rangka kemandirian pangan.

Sebagai aktor yang mengakutalisasikan program dan kegiatan, Kementerian Pertanian secara ekstensif melakukan berbagai mekanisme untuk mencapai target yang sudah ditetapkan, dalam hal ini produksi kedelai, agar kebutuhan komoditas kedelai ini juga tidak mengalami defisit.

Sementara itu, untuk meningkatkan produksi kedelai, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menanam bibit varietas yang lebih unggul, bahkan apabila diperlukan menggunakan bibit produk rekayasa genetik atau genetically modified organism (GMO) maupun bibit impor.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam keterangan pers (19/11/2022) di Istana Kepresidenan.

Baca juga : 2 Pekan Libur, Skuad Persib Kembali Latihan Di Lapangan

Pemerintah juga memiliki concern terhadap penanaman kedelai ini, seperti yang tercermin pada bibit, komitmen ini tampaknya juga tertuang dalam alokasi kegiatan pengembangan kawasan kedelai tahun 2022 seluas 52.000 hektar di 16 provinsi.

Kemudian, untuk menambah gairah petani menanam kedelai telah disetujui tambahan anggaran pengembangan kedelai melalui Anggaran Biaya Tambahan (ABT) tahun 2022, seluas 300.000 ha di 14 provinsi.

Dengan kata lain, komitmen dan perhatian pemerintah dalam sektor komoditas kedelai juga menjadi sangat penting dan pemerintah melalui Kementerian Pertanian tentunya selalu dan akan meningkatkan produksi kedelai.

Sebab, selain padi dan jagung, kedelai menjadi esensial dalam kompleksitas kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dan, upaya-upaya yang selama ini telah dan akan terus dilakukan Pemerintah di satu sisi dapat membangkitkan semangat para petani untuk terus mengembangkan gerakan penanaman kedelai dan juga memperluas lahan agar meningkatkan produktivitas kedelai setiap panennya.

Tentunya upaya yang dilakukan pemerintah harus didukung pula oleh segala pihak, termasuk oleh masyarakat dan elemen-elemen publik lainnya dalam mensukseskan penanaman pangan serta dalam rangka membangun ketahanan dan mendorong kemandirian pangan serta meminimalisir impor.

Sinergitas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah juga menjadi kunci utama dalam kesuksesan program maupun kegiatan penanaman komoditas kedelain ini, terlebih di berbagai daerah, masih jamak sekali lahan-lahan yang bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas komoditas kedelai ini.

Baca juga : Lestari: Menangkan Persaingan Global, Perkuat Kemandirian Bangsa

Jadi, Pemerintah selalu komit dalam menjaga ketahanan pangan, terutama salah satunya dalam sektor penanaman kedelai. Tak hanya itu, Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), teutama Menteri Pertanian (Mentan) juga sudah mengatakan bahwa Bank Indonesia dan Pemerintah daerah harus ikut kerja sama dalam hal memantau harga dan menjaga tingkat inflasi pangan di masing-masing daerah di Indonesia.

Khususnya harga jual di tingkat petani, karena kesejahteraan petani dapat berpengaruh terhadap kontinuitas produksi tanaman pangan khususnya penanaman kedelai.

Pada saat yang bersamaan, Mentan juga mendukung dalam hal pembelian hasil panen petani melalui BUMN, syaratnya tidak perlu koordinasi dengan kementerian atau lembaga, dan BUMN harus membeli seluruh produk pertanian dengan harga yang tinggi agar dapat memberi keuntungan dan mendukung kesejahteraan para petani. ■

Penulis: RR. Zenaida S. Soemedi, SE, MM, Pranata Humas Ahli Pertama Kementerian Pertanian

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.