Dark/Light Mode

Jangan Keliru, Menilai Sirup Obat Yang Aman, Ini Saran Prof. Tjandra

Selasa, 1 November 2022 15:35 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti perkembangan kasus gagal ginjal akut atipikal pada anak di Indonesia.

Menurutnya, ada dua perkembangan informasi terkait hal tersebut.

Pertama, total sirup obat yang aman dari propilen glikol Cs berjumlah 198. Ini merupakan gabungan 65 sirup obat yang tidak menggunakan empat pelarut, yaitu propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, dan/atau gliserin/gliserol yang diumumkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 27 Oktober.

Ditambah dengan yang diumumkan pada 24 Oktober, bahwa 133 sirup obat aman dari empat pelarut tersebut.

Sementara itu, RM.id  edisi 31 Oktober 2022 menyampaikan bahwa Kepala BPOM mengumumkan dua industri farmasi swasta di Indonesia, yang terbukti memproduksi sirup obat berbahan baku propilen glikol tercemar etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG), yang diduga melebihi ambang batas.

Dalam penjelasan BPOM tanggal 23 Oktober 2022 disebutkan, “…terhadap produk yang dinyatakan kandungan cemaran EG melebihi ambang batas aman pada penjelasan publik keempat (Termorex Sirup, Flurin DMP Sirup, Unibebi Cough Sirup, Unibebi Demam Sirup, dan Unibebi Demam Drops)…”.

Baca juga : Menteri Retno Siap Dukung Penuh Prof. Taruna Cs

"Tentu penelitian masih terus berjalan, tetapi setidaknya ada lima obat sirup yang diduga mengandung cemaran EG melebihi ambang batas aman," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Selasa (1/11).

Informasi kedua adalah tentang jumlah kasus dan kematian.

RM.id edisi 27 Oktober menuliskan penjelasan Juru Bicara Kementerian Kesehatan, yang menyebut bahwa total kasus gangguan ginjal akut di Tanah Air hingga 26 Oktober 2022, mencapai 269 kasus di 27 provinsi. Dengan 157 angka kematian atau mencakup 58 persen dari total kasus.

Dari dua perkembangan informasi di atas, Prof. Tjandra mengatakan, ada tiga hal yang dapat kita analisis.

Pertama, masyarakat lega bahwa ada hampir 200 obat sirup dinyatakan aman terhadap cemaran EG dan DEG. Asalkan digunakan sesuai aturan.

"Tentu kita berharap, agar 198 obat sirup ini bukan hanya aman terhadap cemaran EG dan DEG. Tetapi juga sepenuhnya aman, terhadap berbagai jenis cemaran lainnya," papar Prof. Tjandra, yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.

Baca juga : Lagi, BPOM Rilis 65 Sirup Obat Yang Bebas 4 Pelarut Berbahaya

"Kita tahu, sirup obat adalah bentuk sediaan farmasi yang biasa digunakan di seluruh dunia. Kita tentu berharap, Indonesia juga tetap dapat menggunakan sirup obat. Tentu, sesuai keperluan medisnya," imbuhnya.

Kedua, setidaknya ada 269 pasien dan 157 kematian. Sementara di pihak lain, disebut ada beberapa obat (katakanlah 5 merek) yang mengandung EG dan DEG di atas batas aman.

Pertanyaannya, apakah ke-269 pasien ini memang semuanya mengkonsumsi lima obat yang jelas tercemar?

"Kalau memang iya, maka kita dapat menyebut bahwa lima obat inilah yang berbahaya. Tetapi, kalau ada cukup banyak anak-anak yang ternyata tetap jatuh sakit, dan bahkan mungkin meninggal, namun mereka tidak meminum kelima obat batuk sirup itu, maka masalahnya tentu jadi makin kompleks," beber Prof. Tjandra.

Sehingga, menurutnya, tidak terlalu tepat kalau kesimpulan diambil hanya berdasar data dari beberapa anak saja. Padahal, total kasus sudah 269.

Prof. Tjandra bilang, kita perlu tahu secara amat rinci, tentang obat apa saja yang diminum oleh masing-masing dari 269 anak ini.

Baca juga : BPOM Rilis 176 Sirup Obat Yang Aman Dari Etilen Glikol Cs, Ini Rinciannya...

Perlu juga dicek satu persatu, obat-obat apa saja yang selama ini sudah diminum para pasien anak itu.

Apakah memang aman, atau ada yang kadar EG dan DEG-nya melebihi batas aman. Atau barangkali ada hal-hal lain di obat itu, yang dapat dikaitkan dengan kejadian gagal ginjal akut pada mereka.

"Ini perlu analisis mendalam. Kita harapkan, hasilnya bisa segera diumumkan ke publik. Agar masyarakat tidak resah berkepanjangan," tutur Prof. Tjandra.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.