Dark/Light Mode

Tenang Hadapi Kritik, Bergurulah Ke Ma'ruf

Minggu, 5 Februari 2023 07:02 WIB
Wapres Maruf Amin. (Foto: Ist)
Wapres Maruf Amin. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Selama ini, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin tak pernah sepi dari kritik dan hujatan dari warganet. Namun, menghadapi itu semua, Wapres menanggapinya dengan tenang. Termasuk saat menanggapi kritik terhadap kinerja pemerintah, Wapres selalu menyikapinya dengan kepala dingin. Begitu tenangnya Ma'ruf menanggapi kritik, harusnya bisa dijadikan contoh pejabat yang lain. Ayo, bergurulah ke Ma'ruf.

Sepekan terakhir ini, ada 2 isu yang dijadikan pihak oposisi untuk menyerang kinerja pemerintah. Pertama, soal anjloknya indeks persepsi korupsi. Kedua, soal heboh anggaran pengentasan kemiskinan sebesar Rp 500 triliun habis untuk studi banding.

Kritik soal penurunan indeks persepsi korupsi (IPK) berawal dari data Transparency International Indonesia (TII) yang dirilis akhir Januari lalu. LSM yang konsen pada isu gerakan antikorupsi di Indonesia ini menyebut, IPK Indonesia menurun 4 poin dari 38 pada 2021 menjadi 34  pada 2022, sehingga berada di posisi 110 dari 180 negara yang disurvei.

Sedangjan kritik soal anggaran kemiskinan berawal dari omongan Menteri PAN/RB Azwar Anas. Mantan Bupati Banyuwangi itu bilang, anggaran kemiskinan yang hampir Rp500 triliun kurang berdampak terhadap masyarakat karena lebih banyak habis untuk rapat dan studi banding. 

Para pejabat merespons kritik tersebut dengan beragam gaya dan argumen. Macam-macam gayanya. Ada yang balik menyerang, ada juga yang tetap tenang. Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan sepertinya yang paling gerah mendengar kritik itu. Dalam sebuah acara, Luhut mengingatkan agar para pengritik tak asal ngomong. Dengan nada tinggi, Luhut bilang tak gampang atur republik ini. 

Sementara itu, Wapres menanggapi berbagai kritikan itu justru dengan tenang dan kalem. Soal indeks persepsi korupsi yang turun dari 34 menjadi 38 misalnya, Ma'ruf tidak asal ngeles. Dia memilih untuk mengecek dulu temuan dari TII itu, sambil melihat bagian mana yang disebut menurun.

"Persepsi itu kadang naik, kadang turun. Tapi yang jelas pemerintah berkomitmen untuk memberantas korupsi,” kata Kiai Ma'ruf saat memberikan keterangan pers, di Istana Kepresidenan Yogyakarta, kemarin. 

Baca juga : Volume Suara Kejagung Meninggi

Kiai Ma'ruf bilang, pemerintah  menggunakan tiga metode pendekatan dalam memberantas korupsi, yaitu pendidikan, pencegahan, dan penindakan. Tiga metode ini secara simultan dilakukan. 

Wapres pun memastikan pemerintah terus mengambil langkah serius dalam pemberantasan korupsi, salah satunya dengan dibangunnya Mal Pelayanan Publik (MPP) di wilayah Indonesia. Kiai Ma'ruf juga bicara soal Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di instansi sebagai langkah menekan peluang korupsi yang terjadi.  “Jadi, itu semua dalam rangka meminimalkan korupsi,” tuturnya.

Soal pengunaan anggaran kemiskinan yang disebut tak efektif karena habis buat rapat dan studi banding, Kiai Ma'ruf pun meresponnya dengan tenang. Ma'ruf bilang, tidak semua anggaran terserap untuk perjalanan dinas dan rapat-rapat. Meski begitu, ia turut mengimbau agar jangan sampai anggaran kemiskinan yang besar itu terserap hanya untuk rapat dan studi bandi. 

Kiai Ma'ruf menilai pernyataan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Abdullah Azwar Anas merupakan imbauan. Menurutnya, imbauan tersebut dinilai wajar dilakukan. Kiai Ma'ruf menjelaskan, ada dua cara penanggulangan kemiskinan. Dua hal itu adalah memberikan perlindungan sosial agar yang miskin jangan sampai lebih miskin lagi dan bisa survive. Kedua adalah pemberdayaan. "Supaya mereka bisa menjadi tidak lagi miskin, itu dua hal itu," ujarnya. 

Kiai Ma'ruf mengatakan pemerintah memiliki target kemiskinan ekstrim 0 persen di 2024. Sebab itu, ia mengimbau anggaran digunakan seefektif mungkin. Jangan sampai program berjalan sendiri-sendiri, tapi harus ada konvergensi. "Masalah penanggulangan kemiskinan bukan pada anggaran, karena anggarannya sudah cukup besar, tapi kepada kinerja yang lebih efektif, ini yang perlu dibenahi," cetusnya. 

Lalu apa resep komunikasi Wapres sehingga bisa tetap santai menghadapi kritik? Jubir Wapres Masduki Baidlowi mengatakan, tak ada resep khusus dalam gaya komunikasi Kiai Ma'ruf. Kata dia, Wapres hanya jujur melihat data di lapangan. Soal penurunan indeks persepsi korupsi misalnya, pemerintah kan memang sudah bersungguh-sungguh dalam membersihkan birokrasi dari praktek korupsi. Namun juga, tidak bisa dibantah bahwa cara penyelenggaraan negara masih ada yang belum efisien. Karena itu perlu ada kajian di bagian mana ketidakefisienan dan celah korupsi itu. 

"Sehingga Pak Wapres bilang perlu diteliti, yang belum bagus kita perbaiki agar pelaksanaan perjalanan penyelenggaraan negara bisa dilakukan dengan baik," kata Masduki, saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Baca juga : Maudy Ayunda, Hadapi Jalan Hidup Berliku Sejak Kecil

Menurut Masduki, Wapres selalu merespons perkembangan dengan melihat duduk perkaranya seperti apa. "Kritikan itu kan konstruktif, soal indeks persepsi korupsi. Itu memberikan semangat untuk lebih meminimalkan korupsi," ucapnya. 

Begitu juga soal anggaran kemiskinan. Menurut Masduki, Wapres melihat apa yang disampaikan Menteri Azwar Anas baik. Agar anggaran kemiskinan tidak habis buat rapat dan studi banding. Karena itu perlu efisiensi. 

Masduki menambahkan, bukan kali ini aja Wapres bersikap bijak dalam menanggapi kritik. Ia lalu menceritakan saat Kiai Ma'ruf mendapat kritikan dari BEM UI pada 2021 dengan disebut sebagai King of Silent. Saat itu, kata dia, Kiai Ma'ruf menanggapi kritikan itu dengan bekerja saja. 

Ia memaklumi kritikan itu, karena mungkin BEM UI tidak banyak melihat wapres berbicara saat itu. Saat itu, kata Masduki, Wapres memang banyak tidak keluar lapangan karena saat pandemi. Namun, bukan berarti tidak bekerja. Wapres melakukan banyak koordinasi sambil sesekali keluar lapangan. 

Perlu diingat, kata dia, tupoksi wapres itu adalah melakukan koordinasi. Bukan eksekusi seperti kementerian dan lembaga. "Saat itu wapres menanggapi dengan bekerja saja," kata Masduki. 

Pengamat politik dari President University, AS Hikam menilai gaya komunikasi Kiai Ma'ruf menanggapi kritik patut diapresiasi. Kata dia, melihat cara Kiai Ma'ruf merespon kritik terlihat kemampuan untuk mendengarkan. "Mungkin karena Kiai Ma'ruf ini sudah punya banyak pengalaman dan punya background sebagai tokoh agama sehingga mampu menyikapi kritik dengan fair dan dingin, meski kritik itu keras," kata AS Hikam, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Menurut Menristek era Presiden Gus Dur ini, kemampuan mendengarkan ini baik. Kalau semua kritik direspons dengan nada yang sama tingginya, tidak  akan terjadi komunikasi yang baik. Kalau sudah begitu, tidak akan ada dialog. Karena itu, kritik tidak harus ditolak, tapi dimaknai dan dicermati dengan lebih tenang.

Baca juga : Kroos Merapat Ke MU?

"Dalam hal ini Kiai Ma'ruf mempunyai kematangan dalam menyikapi perbedaan," ujarnya.

 Meski begitu, ia memaklumi kalau ada menteri yang menanggapi kritik dengan balik menyerang. Mungkin karena sebagai Menteri berkaitan langsung dengan jobdesk-nya. Sehingga ketika ada kritik dianggap sebagai serangan. Karena itu balas mengkritik. "Sementara Kiai Ma'ruf mampu mengambil jarak. Itulah kematangan," ungkapnya. 

Hal senada disampaikan pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin. Menurut dia, Kiai Ma'ruf mampu menunjukkan gaya komunikasi yang baik. Kritikan dari publik, dari masyarakat, dari segenap komponen bangsa terhadap  pemerintah ditanggapi dengan positif, cool dan baik. Itu menandakan kematangan Kiai Ma'ruf dalam berpolitik sudah teruji. 

Biasanya, kata dia, politisi yang belum matang, belum senior, belum makan asam garam, kalau menerima kritik itu akan reaktif. Selalu menyerang balik. Menghajar kembali pengiritik atau lawan politik.

"Apa yang dilakukan oleh Kiai Ma'ruf melihat sesuatu yang bagus. Tidak reaktif atau menyerang kembali pihak yang mengritik. Justru yang bagus gaya komunikasi yang santai, rileks, adem dan tidak menimbulkan kontroversi," kata Ujang, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Menurut Ujang, kalau kritik dilawan kritik itu tidak bagus. Sebaiknya kritik itu dilawan dengan kinerja, dan prestasi. "Saya melihat hal bagus dari gaya komunikasi Kiai Ma'ruf ingin karena bisa menyelesaikan persoalan dengan kepala dingin dan kelapangan dada yang baik. Perlu ditiru oleh pejabat lain," pungkasnya. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.