Dark/Light Mode

Ekonomi RI Tumbuh 5,3 Persen, Sri Mul Happy

Selasa, 7 Februari 2023 10:54 WIB
Menkeu Sri Mulyani. (Foto: Instagram)
Menkeu Sri Mulyani. (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah pelemahan ekonomi global, ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,3 persen pada 2022.

Pertumbuhan ekonomi tersebut di atas pertumbuhan 2021 yang tercatat sebesar 3,7 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2022 tumbuh sebesar 5,01 persen year on year (yoy) atau tumbuh 0,4 persen quarter to quarter (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.

“Alhamdulillah meski sejak tahun 2022 pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan melambat, ekonomi Indonesia mencatatkan konsistensi tren pertumbuhan yang sangat baik,” ujar Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam keterangannya, Selasa (7/2).

Baca juga : Ekonomi RI Kalahkan Amerika Dan China

Dilanjutkannya, efektivitas kebijakan penanganan pandemi Covid-19 berperan besar dalam menjaga keberlanjutan pemulihan ekonomi. “Akselerasi program vaksinasi dan pendekatan yang tepat dalam penerapan pembatasan sosial masyarakat yang adaptif secara efektif mengendalikan penularan Covid-19 sekaligus menjaga aktivitas ekonomi untuk dapat pulih lebih cepat," ujar Sri Mul.

Berbagai program pemulihan ekonomi melalui Program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) yang didukung oleh kebijakan moneter dan sektor keuangan yang akomodatif telah memberikan dorongan besar bagi akselerasi pemulihan ekonomi nasional di 2022. 

Di tengah eskalasi gejolak global di 2022, lanjut Ani, peran APBN sebagai shock absorber menjadi demikian krusial. Disrupsi di sisi suplai akibat meningkatnya optimisme perbaikan ekonomi di sejumlah negara maju namun belum diikuti dengan perbaikan sisi produksi, telah menyebabkan naiknya tekanan inflasi. 

Baca juga : BI Proyeksi Halal Value Chain RI Tumbuh 5,3 Persen

Perang di Ukraina kemudian mengakibatkan gangguan pasokan sehingga harga komoditas, khususnya pangan dan energi, melonjak tajam. "Akibatnya, banyak negara menghadapi tekanan inflasi yang sangat tinggi. Inflasi di sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan Eropa, mencatatkan rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir," ujar Sri Mul. 

Namun begitu, transmisi global dampak inflasi tinggi ke domestik dapat ditekan dengan mengoptimalkan fungsi APBN sebagai shock absorber. Sri Mul mengatakan, program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Minyak Goreng, penambahan anggaran subsidi dan kompensasi energi, penambahan BLT terkait penyesuaian harga BBM, bantuan subsidi upah, serta penguatan dana transfer ke daerah untuk pengendalian inflasi digulirkan oleh Pemerintah.

"Dengan strategi tersebut, inflasi domestik terkendali pada level yang moderat, hanya 5,5 persen di 2022, sehingga daya beli masyarakat dan keberlanjutan pemulihan ekonomi terjaga," tegasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.