Dark/Light Mode

Tim Ekonom Bank Mandiri Ekonomi Tahun Ini Tembus 5,17 Persen

Selasa, 20 Desember 2022 15:57 WIB
Gedung Bank Mandiri. (Foto: ist)
Gedung Bank Mandiri. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro menyebut, kinerja perekonomian Indonesia melanjutkan kinerja yang baik di sepanjang kuartal IV-2022. 

Hal ini ditandai berbagai indikator seperti, inflasi di dua bulan terakhir dapat dikendalikan oleh Pemerintah, sehingga secara ytd inflasi baru mencapai 4,82 persen pada November 2022. 

Jika kita gunakan asumsi tingkat inflasi rata-rata di bulan Desember, maka inflasi akhir tahun 2022 diperkirakan berada pada kisaran 5,4  hingga 5,6 persen. “Angka inflasi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan konsensus pasar yang memperkirakan inflasi pada akhir tahun bisa tembus 6,7 persen,” kata Andry dalam Mandiri Economic Outlook Kuartal IV-2022 secara virtual, Selasa (20/12).

Begitu pula dengan kinerja neraca perdagangan Indonesia juga masih sangat baik dengan dukungan sektor komoditas. Pada November, neraca Perdagangan mencatatkan angka 5,16 miliar dolar AS atau melanjutkan surplus sepanjang 31 bulan terakhir. Dengan neraca perdagangan tersebut Indonesia dapat dipastikan Neraca Transaksi Berjalan (NTB) atau Current Account Balance Indonesia akan mengalami surplus dalam kisaran 1 persen dari PDB.

Baca juga : Ekonom Yakin Tren Positif Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terus Berlanjut

Selanjutnya, aliran modal asing kembali masuk ke dalam pasar obligasi Indonesia seiring dengan concern investor Global yang mulai berubah dari tingkat inflasi ke tingkat pertumbuhan ekonomi Global, terutama di AS. Investor asing mulai masuk ke pasar Obligasi Pemerintah RI dalam satu setengah bulan terakhir. 

“Tercatat nett buy investor asing mencapai Rp 46,6 triliun dalam periode tersebut, sehingga jika kita melihat kepemilikan asing di pasar obligasi, saat ini mencapai 14,7 persen atau lebih tinggi dibandingkan posisi awal November lalu yang mencapai 13,9 persen,” sebut Andry.  

Bahkan sambungnya, berbagai data menunjukkan bahwa Indonesia masih dapat menjadi salah satu hotspot untuk lokasi berinvestasi investor Global dan Domestik. Pihaknya meyakini, potensi berbaliknya investor portofolio asing masih cukup besar ke depannya seiring dengan naiknya ekspektasi bahwa suku bunga acuan akan mencapai peak di semester I-2023, dan kembali menurun di tahun 2024.

Ditegaskan Andry, tantangan ekonomi Global masih sangat besar dan ketidakpastian semakin meningkat. OECD dalam laporan terakhirnya menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Global akan menurun ke 2,2 persen tahun 2023 sementara IMF memperkirakan ke 2,7 persen. 

Baca juga : Rajin Ekspansi, Penjualan Yelooo Integra Tembus 1 Triliun

“Keduanya sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Global berada di 3 persenan. Kenaikan kasus Covid-19 kembali di China juga menjadi faktor yang dapat membawa perekonomian Global menurun,” katanya.

Secara sektoral, perekonomian menunjukan kinerja yang semakin membaik pada kuartal III-2022. Sektor-sektor terkait mobilitas seperti, sektor transportasi dan hotel & restoran telah menunjukan peningkatan aktivitas yang signifikan.

Lebih dari itu, sektor-sektor lain pun menunjukan kinerja pertumbuhan yang semakin solid dengan mayoritas sektor sudah memiliki level aktivitas ekonomi yang jauh melebihi level sebelum pandemi Covid-19 tahun 2019. 

“Periode liburan Natal dan Tahun Baru 2022 diharapkan bisa menjadi momentum akselerasi pertumbuhan ekonomi untuk sektor-sektor terkait mobilitas tersebut,” ungkap Andry.

Baca juga : Ekonom Bahana TCW: Tantangan Ekonomi Tahun Depan Tak Mudah

Berbeda dari pola-pola di tahun sebelumnya, tingkat belanja sejak awal Juni 2022 hingga saat ini (awal Desember 2022) masih terus dalam pola flat di sekitar level pra-Ramadan, kurang lebih telah berlangsung 6 bulan terakhir. Lebih detil, belanja di November 2022 lebih rendah dibanding Oktober 2022, berkebalikan dengan pola di tahun-tahun sebelumnya dimana belanja terus dalam tren meningkat sejak September hingga Desember. 

“Dengan kondisi ini, belanja di kuartal IV-2022, kemungkinan hanya tumbuh tipis dibanding kuartal IV-2021. Dengan kondisi pemulihan sektoral dan konsumsi yang masih flat, kami masih mempertahankan view kami bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 akan mencapai 5,17 persen dan kemudian melandai ke 5 persen di 2023,” ungkap Andry.

Terakhir dari sektor perbankan, fungsi intermediasi perbankan terus mengalami akselerasi hingga Oktober 2022. Di mana pertumbuhan kredit mencapai 11,95 persen atau jauh lebih tinggi dibandingkan data Agustus lalu. “Kami memproyeksikan pertumbuhan kredit akan berada pada 10,1 persen di tahun 2023, relatif flat dibandingkan tahun 2022,” pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.