Dark/Light Mode

Kemenperin Genjot Hilirisasi Industri Pengolahan Mineral Dan Tembaga

Rabu, 15 Februari 2023 11:59 WIB
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: Ist)
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hilirisasi menjadi salah satu program prioritas Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Kemenperin fokus pada lima komoditas, yaitu industri berbasis bijih tembaga, industri berbasis bijih besi dan pasir besi, industri berbasis bijih nikel untuk stainless steel dan bahan baku baterai, industri berbasis bauksit, serta industri berbasis monasit, dan sumber potensial lainnya, seperti logam tanah jarang.

“Berdasarkan data Kemenperin per 1 Februari 2023, terdapat 91 smelter di Indonesia dengan perincian 48 telah beroperasi, dan lainnya dalam tahapan feasibility study dan kontruksi,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Rabu (15/2).

Baca juga : Airlangga Lakukan Groundbreaking Smelter Nikel Di Morowali

Sedangkan dari lokasinya, jumlah smelter terbanyak berada di Provinsi Sulawesi Tengah (25 smelter), Maluku Utara (22 smelter), Sulawesi Tenggara (12 smelter), Kalimantan Barat (10 smelter), dan terdapat 34 smelter yang terletak di berbagai provinsi lainnya.

“Dari 48 smelter yang telah beroperasi tersebut, smelter nikel memiliki total kapasitas produksi sebesar 262.560 ton per tahun, investasi mencapai Rp 5,55 triliun, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.337 orang,” sebutnya.

Kemudian, smelter besi baja memiliki total kapasitas produksi sebesar 1,6 juta ton per tahun, investasi mencapai Rp 15,96 triliun, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.729 orang. Untuk smelter tembaga memiliki total kapasitas produksi sebesar 150.000 ton per tahun, investasi mencapai Rp 266 milliar, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 525 orang. Selain itu, smelter aluminium memiliki total kapasitas produksi 544.563 ton per tahun, investasi Rp 15,66 triliun, dan penyerapan tenaga kerja 1.893 orang.

Baca juga : Papdesi Sulsel Perkuat Ketahanan Dan Kesejahteraan Desa

Menperin memberikan sebuah ilustrasi, apabila dilakukan hilirisasi untuk komoditas yang akan dibatasi ekspornya, akan memberikan potensi besar untuk penyerapan tenaga kerja, penambahan kapasitas produksi, dan meningkatnya nilai investasi.

Sebagai contoh, pada tahun 2022, Indonesia mengekspor bijih bauksit dan konsentratnya sebesar 17,8 juta ton. Apabila bijih bauksit ini dihilirisasi menjadi alumina, dapat menjadi 8,9 juta ton alumina yang akan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 13.011 orang, dengan potensi nilai investasi sebesar Rp 104 triliun.

“Apabila dilakukan hilirisasi menjadi aluminium ingot, akan menjadi 4,5 juta ton aluminium ingot yang dapat menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 36.885 orang, dengan kebutuhan nilai investasi sebesar Rp 455 triliun,” sebutnya.

Baca juga : TGS Ganjar Gelar Doa Zikir Bersama Untuk Dorong Peran Majelis Taklim Di Langkat

Untuk komoditas tembaga, Menperin mengemukakan, pada tahun 2022 Indonesia mengekspor bijih tembaga dan konsentratnya sebesar 3,1 juta ton. Hilirisasi komoditas tersebut menjadi katoda tembaga (copper cathode) berpotensi menyerap tenaga kerja sebanyak 1.045 orang dengan potensi kebutuhan nilai investasi sebesar Rp 5,5 triliun.

Sedangkan, terkait komoditas nikel, Menperin menyampaikan bahwa bijih nikel dan konsentratnya saat ini sudah dilarang ekspor sehingga terjadi potensi hilirisasi yang dimulai dari FeNi/NPI. Jumlah ekspor FeNi/NPI saat ini mencapai 5,8 juta ton. “Apabila dilakukan hilirisasi ke slab stainless steel, akan dapat menyerap 8.661 orang dengan nilai investasi Rp 15 triliun, dan apabila dilakukan hilirisasi menjadi hot rolled stainless steel akan dapat menyerap 5.573 orang dengan investasi Rp 8,5 triliun,” tutur Agus.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.