Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Masuk Pasar Sukawati, Iriana Sapa Warga Dan Borong Produk Lokal
- Nakes Nusantara Sehat Dievakuasi Pasca Konflik KKB Vs Aparat Di Papua Barat
- TEKAD Berkontribusi Besar Dalam Penurunan Kemiskinan Ekstrem Di Manggarai
- Potensi Ekonomi Digital Luar Biasa, Yuk Maksimalkan Penggunaan Medsos
- Menpora Jempolin Anak Muda Antusias Ikut Pekan Olahraga Tradisional
Bukan Dokter, Tapi Jago Transformasi Kesehatan
BGS Ogah Pasien Miskin Antre Berhari-hari
Senin, 20 Maret 2023 07:55 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Saat Presiden Jokowi menunjuk Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan (Menkes), banyak pihak yang meragukannya. Sebab, Budi bukan dokter. Eks Wakil Menteri BUMN itu juga tidak berlatar belakang medis. Dia lulusan Fisika Nuklir ITB.
Tapi kini, keraguan publik terjawab. Pengamat Kesehatan dr. Siti Fatimah MARS menilai, kiprah Budi selama menjabat orang nomor satu di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sungguh ciamik. Keberhasilannya menangani pandemi Covid-19 dan melakukan transformasi kesehatan, bukan prestasi kaleng-kaleng.
Di mata Siti Fatimah, Budi begitu teguh menjalankan transformasi kesehatan. “BGS tak ingin, pasien miskin antre berhari-hari, hanya untuk ketemu dokter. Tidak mahal beli obat, dan tidak diperlakukan diskriminatif oleh RS, karena pakai BPJS,” ujar Siti Fatimah dalam keterangannya, kemarin.
Baca juga : BGS Tak Mau Pasien Miskin Antre Berhari-hari
Selain itu, mantan Direktur Utama Bank Mandiri ini juga ingin, pasien kelas menengah atas tidak berbondong-bondong berobat ke luar negeri. “Itu sebabnya, dia memperbaiki standar layanan RS, meningkatkan jumlah dan kualitas dokter agar tak salah diagnosis, serta menurunkan harga obat-obatan,” imbuhnya.
Tak hanya itu. Budi juga tak mau dokter dan tenaga kesehatan alias nakes terus dibebani pungutan-pungutan uang dan birokrasi izin dari berbagai organisasi profesi.
Dengan latar belakang seperti itu, Siti Fatimah tak habis pikir, kritik masih bermunculan. Apalagi, datangnya dari organisasi profesi kedokteran dan aktivis kesehatan. Mereka menolak reformasi yang dijalankan Menkes, dengan alasan irasional.
Baca juga : Mahfud: Saya Tidak Bercanda
“Menkes-nya nggak ngerti masalah, karena bukan dokter,” begitu antara lain suara para pengkritik.
“Karena bukan dokter, Menkes-nya nggak pengalaman. Banyak dibegoin sama pembisiknya (yang juga bukan dokter,” demikian suara sumbang lainnya.
Hal ini, membuat Siti Fatimah mengurut dada. “Andai para aktivis kedokteran tersebut tidak hidup ala katak dalam tempurung dan tak malas membaca, harusnya mereka paham di beberapa negara maju, Menkes-nya justru bukan dokter,” tutur Siti.
Baca juga : Pengusaha Harus Dibikin Bisa "Bernapas"
Mengapa begitu? Sebab, kata Siti, jika Menkesnya berlatar belakang dokter, ada kekhawatiran akan terjadi konflik kepentingan. “Dan upaya untuk memperbaiki layanan kesehatan akan mandek karena biasanya mereka takut sama dokter senior dan mungkin organisasi profesi,” imbuhnya, setengah berguyon.
Siti kemudian mencontohkan beberapa Menkes di negara maju, yang bukan berlatar belakang dokter.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya