Dark/Light Mode

Kebutuhan Domestik Naik, Kemenperin Kerek Produktivitas Industri Susu

Rabu, 31 Mei 2023 14:31 WIB
Kick-off Program Young Progressive Farmers Academy PT Frisian Flag Indonesia di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (31/5). (Foto: Aditya Nugroho)
Kick-off Program Young Progressive Farmers Academy PT Frisian Flag Indonesia di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (31/5). (Foto: Aditya Nugroho)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong peningkatan produktivitas industri pengolahan susu di dalam negeri. Upaya ini untuk memenuhi kebutuhan produk olahan susu di pasar domestik yang semakin meningkat.

“Seiring dengan meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat dan bertumbuhnya kelas menengah, kemudian bertransformasinya gaya hidup masyarakat menjadi lebih sehat, dan juga meningkatnya permintaan produk bernutrisi tinggi selama pandemi Covid-19, kami meyakini konsumsi produk susu olahan akan terus tumbuh tinggi ke depannya,” kata Dirjen Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika pada acara Kick-off Program Young Progressive Farmers Academy PT Frisian Flag Indonesia di Jakarta, Rabu (31/5).

Menurut Putu, saat ini tingkat konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia sebesar 16,9 kg per kapita per tahun setara susu segar. Jumlah ini perlu dipacu lagi untuk bisa bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya.

“Apalagi, peluang peningkatan konsumsi susu di Indonesia masih sangat besar, yang membuat investor berlomba-lomba untuk meningkatkan investasi di bidang industri pengolahan susu,” ujarnya.

Baca juga : Kemenperin Kembangin Industri Sagu Dan Cokelat Artisan

Dalam rangka peningkatan produktivitas industri pengolahan susu, diperlukan langkah untuk menjaga ketersediaan bahan baku. Sebab, kondisi saat ini, hanya sekitar 20 persen bahan baku susu yang dipasok dari dalam negeri. Sisanya, 80 persen masih impor.

“Masalah ini disebabkan laju pertumbuhan produksi susu segar di dalam negeri, yaitu sebesar rata-rata 1 persen dalam enam tahun terakhir sehingga tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan susu yang tumbuh rata-rata 5,3 persen,” sebut Putu.

Menurutnya, kendala utama dalam pengembangan produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) adalah masih sedikitnya populasi sapi perah di Indonesia sekitar 592 ribu ekor, rendahnya produktivitas sapi perah rakyat yang hanya 8-12 liter per ekor per hari, dan tingginya rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu.

“Pengembangan produksi susu segar juga dihadapkan pada terbatasnya lahan untuk kandang dan pakan hijauan,” imbuhnya.

Baca juga : Pebisnis ASEAN Luncurkan Proyek Industri Berkelanjutan

Selain itu, minimnya kepemilikan sapi perah peternak rakyat, biaya pembesaran (rearing) anakan sapi perah cukup mahal, kurangnya pemahaman peternak rakyat akan Good Dairy Farming Practices (GDFP), serta masih minimnya minat anak muda untuk menjadi peternak.

Oleh karenanya, guna mengatasi berbagai persoalan dalam pengembangan SSDN, diperlukan dukungan dan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada penanganan di sektor hulu baik koperasi susu dan peternak sapi perah. Misalnya, Kemenperin telah memberikan bantuan sebanyak 84 cooling unit kepada 68 koperasi susu di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Pada tahun 2021, kami telah membantu mendirikan Milk Collection Point (MCP) di koperasi susu di Pengalengan, Jawa Barat, dan pada tahun 2022 kami melakukan digitalisasi di 40 tempat penerimaan susu (TPS) di Jawa Timur untuk mendukung implementasi program industri 4.0,” tutur Putu.

Lebih lanjut, Putu menegaskan, keberhasilan pengembangan SSDN memerlukan kolaborasi berbagai pihak. Contohnya, Kemenperin terus mendorong industri pengolahan susu (IPS) untuk ikut hadir dan berperan aktif dalam mengatasi berbagai masalah persusuan di sektor hulu, khususnya melalui program kemitraan yang saling menguntungkan dengan koperasi susu dan peternak sapi perah rakyat.

Baca juga : Kemenperin Kerek Pengembangan Industri Kimia

“Kami mengapresiasi komitmen dan upaya PT Frisian Flag Indonesia untuk terus mengembangkan dan memperkuat kemitraan dengan koperasi dan peternak sapi perah yang sudah dijalin selama bertahun-tahun melalui berbagai program dan pola kemitraan seperti Dairy Village, Milk Collection Point (MCP), Farmer To Farmer (F2F), dan program Young Progressive Farmers Academy (YPFA),” tukasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.