Dark/Light Mode

BPOM Setujui Abemaciclib, Pasien Kanker Payudara Punya Harapan Baru

Minggu, 18 Juni 2023 10:05 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) menyetujui Abemaciclib obat untuk terapi pasien dengan HR+ HER2- kanker payudara stadium awal dengan resiko tinggi. Penyandang kanker payudara pun punya harapan baru.

Abemaciclib adalah pengobatan bertarget yang dikenal sebagai penghambat Cyclin-dependent kinase (CDK)4/6. Abemaciclib adalah tablet oral non-kemoterapi.

Abemaciclib bekerja di dalam sel untuk memblokir aktivitas CDK4/6 dan membantu menghentikan pertumbuhan sel kanker, sehingga pada akhirnya sel kanker akan mati (berdasarkan studi praklinis).

CDK 4/6 diaktifkan dengan mengikat Dcyclins. Pada sel kanker payudara dengan estrogen receptor positive(ER+), cyclin D1 dan CDK4/6 mendorong fosforilasi protein retinoblastoma (Rb), perkembangan siklus sel, dan proliferasi sel.

Chief Operating Officer (COO) Zuellig Pharma (ZP) TherapeuticsbAylie Wijaya menyatakan, Abemaciclib telah mendapatkan persetujuan dari BPOM untuk pasien kanker payudara stadium awal.

“Sebelumnya, kami sudah mendapatkan approval untuk stadium lanjut,” katanya.

Baca juga : Mahkota Medical Centre Luncurkan PinkCare Wellness

Dia ingin pasien kanker payudara di Indonesia bisa mendapatkan pengobatan Abemaciclib yang bisa ditambahkan dengan terapi endokrin adjuvant untuk terapi HR+ HER2- pada pasien kanker payudara stadium awal.

Menurutnya ini baru pertama kali BPOM menyetujui obat yang untuk stadium awal kanker payudara. Terutama untuk yang jenis HR+ HER2-.

“Kami berharap dengan ini bisa memberikan pilihan terapi oleh dokter di Indonesia untuk pasien yang lebih luas,” ucap Aylie.

HR adalah singkatan dari reseptor hormon. HR+ berarti sel tumor memiliki reseptor untuk hormon estrogen atau progesteron, yang dapat mendorong pertumbuhan tumor HR+.

HER2 adalah singkatan dari reseptor faktor pertumbuhan epidermal manusia2. HER2+ berarti sel tumor memproduksi protein yang disebut HER2/neu dalam kadar tinggi, yang telah terbukti terkait dengan jenis kanker payudara agresif tertentu.

Hal tersebut dibenarkan Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN) Dr dr TB Djumhana Atmakusuma SpPD-KHOM.

Baca juga : BPBD Muba Gelar Sosialisasi Cegah Kebakaran Hutan

Dengan izin BPOM ini maka dokter sekarang boleh meresepkan obat ini untuk penyandang kanker stadium awal dengan HR+ HER2-.

"Selama ini tidak ada obat yang untuk HR+ HER2-. Selama ini obatnya hormonal terapi atau pada keadaan tertentu kemoterapi,” tuturnya.

Dengan terapi ini, diharapkan kekambuhan dari sel kanker akan lebih kecil. Kalau pun kambuh, bisa dalam hitungan tahun.

Selain itu, dengan tambahan opsi terapi ini, diharapkan pasien di Indonesia tidak perlu berobat ke luar negeri.

"Di Indonesia saja pengobatan sudah bisa. Tidak usah ke luar negeri,” ungkap dia.

Ahli hematologi lainnya Prof Harryanto menuturkan, jika kanker diterapi dengan benar maka pengobatannya tidak perlu ke luar negeri.

Baca juga : BEM UI Sebut Jokowi Milik Parpol, Partai Garuda: Kurang Pengetahuan

Sejauh ini, menurut pengalamannya, pasien kanker yang meninggal karena metastase atau penyebaran, hanya sebesar 35 persen. 

“Yang banyak itu karena kardiovaskular, mudah infeksi, atau penyakit lain seperti diabetes,” jelasnya.

Untuk itu dalam pengobatan kanker harus holistik. Artinya harus dilihat secara keseluruhan baik kondisi stadiumnya, fungsi organ, hingga penyakit lain yang diderita. Yang terpenting adalah deteksi dini.

“Untuk kanker payudara ingat ada SADARI. Lalu bisa mamografi meski alatnya belum tersebar,” ingat dia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.