Dark/Light Mode

Menteri Siti: Bukan Beda Cara Baca, Tapi Data Deforestasi GFW Salah

Rabu, 24 Januari 2024 11:30 WIB
Menteri LHK Siti Nurbaya. (Foto: Antara)
Menteri LHK Siti Nurbaya. (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan World Resources Institute (WRI Global) bekerjasama melakukan koreksi data deforestasi dari Global Forest Watch (GFW). 

Kerja sama ditandai dengan penandatangan MOU kemitraan teknis yang dilakukan Menteri LHK Siti Nurbaya dan Presiden/CEO World Resources Institute (WRI Global) Ani Dasgupta pada Februari tahun lalu.

KLHK dan WRI telah melakukan koreksi terhadap data deforestasi Indonesia tahun 2022 versi GFW sebesar hampir 54 persen, dari sebelumnya seluas 230 ribu hektar berubah menjadi 107 ribu hektar. 

“Hasil analisis bersama tersebut bisa diakses di website Global Forest Watch,” tegas Menteri Siti dalam kunjungan kerja lapanganya di Taman Nasional Sebangau bersama Kepala Urusan Kehutanan Amerika Serikat (USFS) Randy Moore, Rabu (24/1/2024).

Baca juga : Ganjar-Mahfud Pastikan Gencarkan Reforestasi Hutan

Menteri Siti juga menjelaskan langkah koreksi data deforestasi versi Global Forest Watch tersebut dilakukan setelah melakukan peninjauan bersama ke lapangan pada Juni 2022. Menurut dia, perwakilan dari Pemerintah Norwegia juga turut serta dalam peninjauan lapangan tersebut dan menyaksikan langsung terdapat kawasan non-hutan alam (seperti kebun sawit, hutan tanaman, dan kebun masyarakat) dimasukkan sebagai hutan primer. 

“Memasukkan kawasan non-hutan alam dalam perhitungan deforestasi versi Global Forest Watch, jelas salah. Proses koreksi terus dilakukan melalui kemitraan teknis dengan WRI,” Menteri Siti menambahkan. 

“Perlu saya tegaskan bahwa data Global Forest Watch tidak melakukan cek lapangan. Sehingga, kita bersama WRI berkolaborasi untuk memperkuat data kehutanan yang berbasis fakta lapangan,” tambahnya.

Tidak hanya koreksi tersebut, Menteri Siti juga menjelaskan bahwa KLHK dan WRI juga sedang melakukan langkah-langkah teknis untuk melakukan koreksi terhadap data kebakaran hutan dan lahan (karhutla) versi Global Forest Watch yang keliru. 

Baca juga : Menteri Hadi Dorong Pekalongan Jadi Kabupaten Dan Kota Lengkap Sertipikasi Tanah

“Data karhutla Global Forest Watch mengungkapkan bahwa karhutla serius terjadi pada 2016 dan 2020. Faktanya, bukan terjadi pada kedua tahun itu, melainkan tahun 2015 dan 2019,” ujar Menteri Siti 

Menurut dia, koreksi awal sudah dilakukan dengan menambahkan penjelasan teknis di bagian bawah grafik Global Forest Watch yang terkait Indonesia. Bisa dilihat di website mereka.

Perkembangan Terbaru

Menteri Siti juga memberikan perkembangan terbaru dari pelaksanaan MOU dengan WRI, di mana pada akhir Februari bulan depan ini, akan dilakukan analisis bersama lagi mengenai data deforestasi 2023 versi GFW.  Tim dari University of Maryland (sebagai pihak penyedia data), Global Forest Watch dan WRI DC akan ke Jakarta akhir Februari ini untuk bersama-sama dengan tim KLHK dalam penyiapan analisis bersama serta tinjauan ke lapangan.

Baca juga : Cuaca Tangerang Hari Ini Hujan Atau Panas? BMKG: Siang Hujan Tapi Masih Panas

Koreksi lanjutan terhadap data Global Forest Watch serta penguatan data kehutanan Indonesia akan terus berlanjut dalam kolaborasi teknis KLHK dengan WRI, yang didukung oleh Pemerintah Norwegia. “Jadi, ini bukan masalah beda cara baca data, tapi memang bagian-bagian dari data Global Forest Watch tersebut yang harus dikoreksi. Ada yang telah dikoreksi dan ada yang sedang dalam proses dikoreksi,” tutup Menteri Siti.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.