Dark/Light Mode

Waspadai Naiknya Suhu Air Laut, KKP Kaji Fenomena Pemutihan Karang

Kamis, 7 Maret 2024 17:04 WIB
Foto: Ist
Foto: Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang melakukan penilaian terhadap fenomena pemutihan karang (coral bleaching).

Hal ini sebagai tindak lanjut atas prediksi National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Coral Reef Watch yang menyebutkan, potensi terjadinya kenaikan suhu air laut pada awal tahun 2024.

Penilaian ini dilakukan secara bertahap dan kontinu sejak Januari hingga pertengahan Februari 2024 di Kawasan Konservasi Pulau Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan (Gili Matra), Kawasan Konservasi Laut Banda dan Taman Nasional Perairan Laut Sawu.

Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (Ditjen PKRL), Victor Gustaaf Manoppo dalam keterangannya di Jakarta menjelaskan, sebagai unit organisasi yang bertanggung jawab dalam konservasi laut, Ditjen PKRL perlu memberikan atensi khusus, dan melakukan aksi cepat menanggapi fenomena pemutihan karang.

Selain itu, upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya juga sangat penting dilakukan dalam upaya melindungi dan memulihkan terumbu karang yang rentan terhadap perubahan iklim global.

“Penilaian fenomena coral bleaching perlu dilakukan karena terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan laut dan manusia,” terang Victor, seperti keterangan yang diterima RM.id, Kamis (7/3/2024).

Terumbu karang adalah rumah bagi berbagai spesies laut, menyediakan sumber daya makanan, perlindungan pantai, dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir.

“Sementara coral bleaching dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem yang luas dan merugikan bagi kehidupan laut serta sumber daya manusia yang bergantung pada ekosistem karang jika tidak dilakukan langkah-langkah mitigasi dan adaptasi,” ungkapnya.

Baca juga : Wadidaw, Suara Komeng Di Pemilihan DPD Jabar Tembus 3 Juta

Senada dengan hal tersebut, Direktur Konservasi Ekosistem dan Biota Perairan, Firdaus Agung menambahkan, kejadian pemutihan karang diprediksi oleh para ilmuwan akan semakin sering terjadi dengan skala yang luas.

Hal ini seiring dengan peningkatan suhu permukaan laut sebagai dampak perubahan iklim.

Karenanya Firdaus mengingatkan perlunya keterpaduan respon khususnya kegiatan pemantauan yang mendesak terhadap wilayah-wilayah ekosistem terumbu karang yang diprediksi mengalami pemutihan karang berdasarkan model yang dikembangkan oleh NOAA.

“KKP bersama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yayasan Reef Check Indonesia dan mitra lainnya telah merancang wilayah, waktu, dan rekomendasi jenis kegiatan pemantauan pemutihan karang, serta pedoman pemantauan sesuai prediksi peningkatan suhu permukaan laut dengan fokus utama adalah wilayah kawasan konservasi,” tuturnya.

Hasil monitoring ini kemudian akan dianalisis dan disebarluaskan untuk meningkatan kesadaran dan memberikan edukasi ke masyarakat.

Tak hanya itu, menurut Firdaus, respons dalam bentuk regulasi dan kebijakan juga akan dilakukan sesuai dengan hasil analisis dan akan digunakan untuk mengembangkan jejaring pemantauan pemutihan karang.

Sementara itu, Kepala BKKPN Kupang Imam Fauzi juga menambahkan, penilaian cepat terhadap fenomena pemutihan karang di kawasan konservasi yang masuk dalam wilayah kerja BKKPN Kupang dilakukan sesuai dengan ketentuan, yakni Panduan Pemantauan Pemutihan Karang (Coral Bleaching).

Menurut Imam penilaian dilakukan menggunakan metode citizen science yang melibatkan kelompok masyarakat dan operator selam antara lain di Kawasan Konservasi Laut Banda melibatkan Luminocean Banda, di TNP Laut Sawu melibatkan Yayasan Yapeka, di Kawasan Konservasi Pulau Gili Matra.

Baca juga : Dewan Pimpinan Nasional GEMPITA Gelar Syukuran Kemenangan Prabowo-Gibran

Penilaian melibatkan Yayasan Ekosistem Gili Indah, Yayasan Gili Matra Bersama, Pokmaswas Gili Matra, serta operator selam yang tergabung dalam Gili Island Diving Aliance dan Oceans.

.enurutnya, hasil penilaian cepat menunjukkan rata-rata tingkat pemutihan karang keras hidup pada seluruh bentuk pertumbuhan karang di Kawasan Konservasi Pulau Gili Matra berkisar kurang 25 persen.

“Namun, ada beberapa lokasi yang mengalami pemutihan mencapai 50-75 persen bahkan lebih 75 persen yakni Bounty Wreck (Sebelah Barat Pulau Gili Meno) dan Sunset Reef (Sebelah Selatan Pulau Gili Trawangan),” jelasnya.

Kondisi pemutihan karang di Kawasan Konservasi Laut Banda berdasarkan penilaian cepat yang dilakukan di Site Lava Flow dan Miniatur Banda menunjukkan secara umum berkisar kurang 25 persen.

Pada kondisi ini karang bercabang masih dalam tahap memucat sebagai dampak dari terpapar kejadian pemutihan karang.

Selain itu, biota lain yang juga mengalami pemutihan adalah Anemone dan Sponge.

Sedangkan penilaian cepat pemutihan karang TNP Laut Sawu yang dilakukan di Pantai Oesina, Desa Lifuleo, Kabupaten Kupang menunjukan bahwa pemutihan karang masih sangat rendah dengan nilai persentase kejadian kurang 5 persen.

Survei pemantauan dibagi ke dalam tiga fase yaitu survei cepat, survei puncak pemutihan dan survei pasca pemutihan.

Baca juga : Aplikasi Sirekap, KPU Pastikan Data Perhitungan Suara Terbuka

“Fenomena pemutihan karang masih perlu ditindaklanjuti dengan melakukan survei detail puncak pemutihan karang dalam waktu dekat,” ujar Imam.

Selain itu, diperlukan juga mitigasi dengan cara mengurangi tekanan antropogenik agar karang dapat bertahan dan pulih secara alami.

“Salah satunya, dengan meningkatkan kesadaran dan peran serta pengguna jasa ekosistem terumbu karang di kawasan konservasi,” pungkas Imam.

Sejalan dengan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, dalam pengelolaan kawasan konservasi, KKP terus bersinergi dengan masyarakat dan pemangku kepentingan untuk memberikan respon yang cepat dan tepat.

Dengan begitu, ekosistem laut dapat terjaga dalam jangka panjang sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan memperkuat ekonomi nasional.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.