Dark/Light Mode

Catatan Asep Lukman Abu Arkansya

Fenomena Gibran

Minggu, 24 Desember 2023 08:50 WIB
Asep Lukman Abu Arkansya (Foto: Istimewa)
Asep Lukman Abu Arkansya (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jika bicara tentang Gibran Rakabuming Raka, bagi saya, ia adalah fenomena yang wajib dibaca dengan seksama. Gibran adalah sosok yang tidak seharusnya hanya dipandang perwakilan kaum muda dalam politik elektoral. Tapi jauh daripada itu, ia pun bisa dikatagorikan sebagai simbol masyarakat independen atau masyarakat “pasca idologi” dalam politik praktis Indonesia.

Istilah ini saya maksudkan bagi umumnya masyarakat Indonesia yang sama-sama mimiliki komitmen kebangsaan, namun enggan terlibat pada dendam polemik ideologi masa lalu. Selain itu, mereka adalah masyarakat yang tidak memiliki panatisme pada organisasi-organisasi agama, sekte-sekte politik, feodalisme ketokohan, dan lain-lain. Sekalipun nyatanya, masyarakat yang digolongkan sebagai masyarakat “pasca ideologi” ini secara kuantitas menempati jumlah mayoritas.

Dalam wacana politik praktis, masyarkat ini sering disebut sebagai kelompok swing voters, silent voters, massa cair, dan lain-lain yang umumnya mereka memilih partai dan tokoh dengan argumentasi yang independen. Mereka tidak sibuk mempertanyakan terkait asal-usul akademik tokoh yang akan dipilihnya, apalagi mempertimbangkan riwayat genetika, mazhab agama, aliran partai politik, identitas etnis, dan ideologi.

Karateria calon yang dipilih adalah orang yang menurut mereka memiliki integritas dan kompetensi yang mempuni sekaligus berpenampilan menarik, usia yang cukup, dan terutama memiliki opportunity kemenangan serta memiliki keberanian melakukan trobosan. Mereka tidak terprovokasi oleh cerita sejarah para calon, baik presiden dan wakil presiden, yang konon sejak dulu diaktori orang-orang yang menyandang citra tokoh idologi dan atau setidak-tidaknya terlahir dari ekosistem politik yang berbasis ideologi. Entah dia yang diasosiasikan sebagai tokoh idologi relegi dan atau yang sekuler

Baca juga : Perempuan Berkebaya, Lestarikan Budaya Nusantara

Namun kini, dengan munculnya Gibran fenomenal, adalah wujud real dari aspirasi “post ideologi” itu. Yang ciri kepemimpinannya senantiasa berfokus pada perubahan teknis, semisal inovatif, modern, menguntungkan, mudah, cepat-tanggap, terbuka dan tak terkecuali estetik atau keren.

Mungkin, bagi sebagian orang pengukut ideologi lama dan atau yang terpapar romantisme pada isme-isme di masa lalu, akan memandang Gibran fenomenal ini sebagai era kepemimpinan non substantif, minim rekam jejak, dan a historis. Tidak sedikit para penganut idiologi lama itu menilai orang lain yang berbeda adalah lawannya. Bahkan lebih jauh mereka pun berani mengenyampingkan nilai-nilai azali kemanusian.

Atas dasar rasa anti pati, sebagian di antra mereka sampai lupa, setiap manusia pasti dibekali akal dan rasa dari Sang Pencipta. Namun, secara ekstrem mereka mengira bahwa di luar kelompoknya, seolah manusia memiliki niat jahat. Padahal, menurut hukum fitrah, terlampau mustahil jika ada seorang pemimpin, apa pun latar belakangnya memiliki cita-cita ingin gagal, dan bangkrut dalam memimpin orang-orang di bawahnya.

Fenomena Gibran

Kembali ke prespektif fenomena, sesunggunya Gibran adalah produk zaman, yang suka atau tidak suka, pada akhirnya akan tetap hadir di medan laga politik negara. Padahal sejujurnya, secara historis, mereka yang yang dikatagorikan masyarakat idependen itu embrionya sudah lebih dahulu lahir di berbagai negara.

Baca juga : Joget Gemoy Meriahkan Peresmian Rumah Aspirasi ReJO Pro Gibran Jateng

Bukankah sejak dulu, banyak bangsa yang mimilih calon pemimpinya adalah orang yang berada di garis berbeda dengan tradisi klasik para pendahulunya. Karena itu, istilah terobosan hadir sebagai akselarasi perjalanan peradaban dunia. Sekalipun di waktu kelahiranya selalu saja diiringi sikap “underestimate” dari banyak orang, khususnya para elite lama. Tak terkecuali Gibran fenomenal, sekalipun disebut terobosan, ia sama sekali bukanlah jalan kekerasan. Di belakangnya ada kekuatan hukum alam yang disebut arus tuntutan zaman, selain pontesial dapat lolos jadi pemenang, Gibran fenomenal pun berpotensi jadi memicu munculnya arah baru perjalanan negara dan bangsa di masa depan.

Gibran sekaligus adalah salah satu figur simbol dari pikiran, gaya dan budaya masyarkat “post ideologi Indonesia”. Masyarakat yang bukan hanya secara kuantitas lebih besar jumlahnya dibanding anggota partai mana pun, tapi juga yang bebas aktif dan tidak memiliki keberpihakan politik secara permanen. Padahal biasanya, kelompok masyarakat ini hanya dijadikan bahan rebutan kelompok politik dan tokoh ormas ketika waktu menjelang Pemilu. Karena sekali lagi jumlah mereka adalah penentu.

Tahukah kita, bahwa masyarakat bebas aktif, independen, juga non partisan itu dominan diisi generasi muda Indonesia? Mereka yang umumnya lebih suka berinteraksi dengan teknologi, aktif mengerjakan hal yang nyata, sikapnya idenpenden, juga anti kerumitan atas nama administrasi dan birokrasi.

Budaya kaum muda yang substantif, inovatif, namun stylish itu, menurut saya hakikatnya adalah bentuk perlawanan alamiah terhadap tradisi lama yang formalitas, lamban, dan berbelit-belit.

Baca juga : Debat Capres Kok Mirip Cerdas Cermat

Maka sudah menjadi hukum alam, jika suatu perlawanan pada giliranya sering mendapat kesempatan emasnya. Dan kini gayung pun bersambut, ada di antara anak muda itu Gibran Rakabuming Raka yang tampil menjadi salah satu calon pemimpin bangsa. Wajar jika secara otomatis arus dukungan kaum muda pun potensial dapat aktif alamiah tanpa rapat tanpa perintah.

Gerakannya masif meski tidak berkerumun, tidak sorak sorai dalam lupan euforia. Karena kaum muda Indonesia tidak seperti kelompok ideologis klasik yang menggemari basa-basi, seremonial, jambe-jampe, simbol, dan warna.

Dukungan kaum muda begitu unik dan nyata. Mereka bukan buih yang hanya ada dipermukaan, sekalipun di antara mereka lebih banyak “silent voters”, namun volume dan energinya cukup dahsyat untuk memberi legitimasi bagi kemenangan.

Asep Lukman Abu Arkansya, Aktivis dan Pemerhati Sosial Politik

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.