Dark/Light Mode

Cangkul Masih Impor, Menkop UKM Ngaku Miris

Rabu, 11 Desember 2019 21:11 WIB
Menkop dan UKM Teten Masduki (kiri) bersama Sesmenkop UKM Rulli Indrawan saat menggelar rapat terkait pemetaan cangkul di Jakarta, Rabu (11/12). (Foto: Ist)
Menkop dan UKM Teten Masduki (kiri) bersama Sesmenkop UKM Rulli Indrawan saat menggelar rapat terkait pemetaan cangkul di Jakarta, Rabu (11/12). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka -
Maraknya isu impor cangkul yang berkembang akhir-akhir ini memang membuat miris.  Padahal Indonesia yang mayoritas daerah agraria (pertanian), menjadi sebuah ironi, bahwa cangkul saja harus diimpor dari luar negeri.

Tak heran Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki untuk mencarikan solusinya bersama stakeholders terkait, agar kebutuhan cangkul dalam negeri bisa terpenuhi.

“Oleh karena itu, secara politik kemarin begitu muncul cangkul itu didashboard presiden negatif sekali. Jadi saya bisa pahami kenapa pak presiden bisa mengangkat isu cangkul ini, sehingga minta saya untuk mengusut,” kata Teten di kantornya, Jakarta, Rabu (11/12).

Dalam kesempatan itu, Teten mengundang sejumlah perwakilan stakeholders untuk melakukan pertemuan. Turut hadir dalam pertemuan itu, dari Kementerian Perindustrian, perwakilan bank, LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan LPDB-KUMKM.

Baca juga : Obat dan Alat Kesehatan Masih Impor, Menristek Prihatin

“Kalau dari segi logika ekonomi tidak apa-apa kita impor cangkul mungkin lebih efisien ketimbang bikin sendiri lalu bahan bakunya kita impor. Tapi ini soal simbol, kita sudah masuk era revolusi industri 4.0 cangkul saja kita belum bikin,” tegasnya.

Secara prinsip, kata Teten, ia tidak setuju adanya kebijakan impor cangkul. Ia menyebut kebijakan impor sebagai simbol ketertinggalan. Ia pun meminta untuk dilakukan pemetaan kebutuhan cangkul baik dari swasta, maupun pemerintah termasuk melakukan pemetaan terhadap kemampuan produksi. 

“Ini kan industri 4.0 ketika dari pertanian berubah ke perdagangan dan indutri itu kan alat-alat pertanian yang harus kita bikin sendiri. Nah ini simbol ketertinggalan,” ujarnya.

Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop dan UKM Victoria br Simanungkalit mengatakan, saat ini kebutuhan cangkul di dalam negeri sebanyak 10 juta cangkul, sementara kemampuan produksi dalam negeri mencapai 3 juta cangkul dimana 2,5 juta di antaranya diproduksi usaha besar dan 500 ribu diproduksi UMKM.

Baca juga : Soal Masalah BPJS, Menko PMK Janji Carikan Solusi TerbaikĀ 

"Data impor cangkul sendiri hanya sebesar 200 ribu cangkul. Menjadi pertanyaan darimana yang 6,8 juta itu, ada kemungkinan masuk dari jalur tikus (non resmi)," ungkapnya.

Di tempat yang sama, Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) Braman Setyo bilang, pihaknya sedang melakukan pemetaan terhadap UKM Cangkul di wilayah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk dijadikan sebagai calon mitra. 

UKM Cangkul tersebut akan diupayakan untuk mendapat bantuan perkuatan modal usaha melalui pinjaman/pembiayaan dana bergulir dari LPDB-KUMKM. 

Namun Braman belum menyebutkan besaran dana bergulir yang bakal disalurkan guna memenuhi kebutuhan modal UKM Cangkul.

Baca juga : Presiden Marah, Warganet Marah

“Kami sudah letakan calon mitra kami di Sukabumi, Jawa Barat dan Jawa Timur nanti kami coba melakukan pembiayaan melalui dana bergulir LPDB. Kami tidak akan membuat semacam analisa model bisnsi dan lain sebagainya, saya kira cukup Deputi Propasar bagaimana pola-pola yang akan kita lakukan,” imbuhnya.

Ia menegaskan, penyaluran dana bergulir hanya dilakukan kepada UKM berbadan hukum seperti yang terhimpun dalam koperasi, Perseroan Terbatas (PT), dan Persekutuan Komanditer (CV). Adapun UKM non badan hukum penyalurannya harus dilakukan melalui lembaga perantara.

“Kalau pengrajin yang sifatnya perorangan kami dari LPDB tidak bisa mencukupi karena yang bisa melalui badan hukum dan kita bisa membiayai melalui lembaga perantara seperti koperasi atau BPR,” tandasnya. [DWI]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.