Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

APBN Tekor 353 Triliun, Sri Mulyani Hibur Diri

Rabu, 8 Januari 2020 07:53 WIB
Menteri Keuangan, Sri Mulyani.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani.

RM.id  Rakyat Merdeka - Besar pasak daripada tiang. Mungkin istilah itu cocok menggambarkan kondisi APBN 2019. APBN tekor Rp 353 triliun atau mengalami defisit sebesar 2,2 persen dari PDB. 

Menghadapi kondisi ini, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mencoba menghibur diri. Kata dia, defisit APBN itu patut disyukuri karena lebih baik dibanding negara lain. 

Kemarin pagi, Sri Mulyani dan jajarannya menggelar konferensi pers soal realisasi dan kondisi APBN 2019, di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat. 

Didampingi jajarannya, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu memaparkan secara rinci berbagai data APBN 2019. Mulai dari penerimaan pajak, inflasi, pertumbuhan ekonomi, hingga defisit APBN. 

Secara umum, banyak target yang dipatok tak tercapai. Defisit Rp 353 triliun yang paling jadi sorotan. Angka ini di atas batas defisit yang dipatok sebesar Rp 296 triliun atau 1,84 persen terhadap PDB. 

Baca juga : Penerimaan Negara Masih Tekor Banyak, Sri Mulyani Galau Berat

Defisit itu terjadi karena belanja lebih besar dari pendapatan. Sepanjang 2019, belanja negara tumbuh 4,4 persen menjadi Rp 2.310 triliun. 

Sementara pendapatan hanya tumbuh 0,7 persen menjadi Rp 1.957 triliun. Namun, angka ini belum final. Kata Sri Mulyani, masih menunggu hasil audit BPK. “Ini sifatnya masih sementara. Kami masih akan melakukan perhitungan kembali,” ucapnya.

Sepanjang 2019, pendapatan negara memang agak seret. Setoran pajak hanya tumbuh 1,4 persen. Penerimaan pajak hanya sebesar Rp 1.332,1 triliun. Jauh di bawah target awalnya sebesar Rp 1.577,6 atau masih tekor sekitar Rp 245 triliun. 

Sementara, penerimaan pajak tanpa PPh migas tercatat Rp 1.273 triliun dari target Rp 1.511,4 triliun. Pertumbuhannya cuma 2 persen. 

Menurut Sri Mulyani, penerimaan pajak migas dan non migas tahun lalu sedang berada di bawah tekanan.“Situasi ekonomi yang tidak kondusif memberi pengaruh negatif ke penerimaan pajak. Tahun ini hampir seluruhnya negatif growth, mulai dari kuartal I sampai kuartal III semua growth-nya kontraksi,” ujarnya. 

Baca juga : Sri Mulyani Minta Omnibus Law Segera Dikebut

Hanya satu target yang tercapai, yaitu inflasi. Inflasi pada 2019 tercatat 2,72 persen. Ini merupakan satu-satunya indi kator dalam asumsi makro yang se suai. “Inflasi baik. Target range 3 plus minus 1 persen tercapai. Dan bahkan inflasi 2019 tercatat yang teren dah dalam 20 tahun terakhir,” ungkapnya. 

Menurutnya, inflasi yang rendah bukan karena daya beli yang menurun. Jika melihat permintaan domestik, sambung Sri Mulyani masih cukup tumbuh. “Inflasi mendukung tetap tumbuhnya permintaan domestik,” kata Sri Mulyani. 

Sri Mulyani menjelaskan, kondisi defisit APBN 2019 tak begitu buruk jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Ia mencontohkan, defisit anggaran yang dialami India mencapai 7,5 persen dari PDB dengan capaian pertumbuhan ekonomi yang merosot ke 4,5 persen. 

Begitu juga dengan Amerika Serikat (AS) yang defisit anggarannya mencapai 5,6 persen dari PDB dengan pertumbuhan ekonomi hanya 2,1 persen. 

Sementara di kalangan negara emerging market, ia mencontoh kan Brasil, pertumbuhan ekonominya nyaris nol dan mencatat defisit APBN sebesar 7,5 persen dari PDB. 

Baca juga : Sri Mulyani Dapat Obat Puyeng

Ekonomi Malaysia juga hanya tumbuh 4,4 persen dan defisit anggaran pada posisi 3 persen dari PDB. Walaupun selama 2019 eko nomi dunia melambat bahkan perdagangan dunia mencapai titik terendahnya sejak 2012, namun di 2020 perekonomian global diperkirakan membaik. 

“Harapan kita, ekonomi global tahun ini membaik. Namun perlu di waspadai, risiko seperti perang dagang, Brexit dan pemilu AS 2020 akan men ciptakan peningkatan utang dan adanya tensi politik. Ini tantangan kita ada optimis dan ada risiko yang masih pengaruhi outlook 2020,” tuntasnya. [BCG/NOV]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.