Dark/Light Mode

Mekanisasi Pertanian Terbukti Dongkrak Pendapatan

Kementan: Makin Banyak Petani Tertarik Pengadaan Alsintan Sendiri

Sabtu, 30 Mei 2020 09:52 WIB
Direktur Alsintan Ditjen PSP Kementan Andi Nur Alam Syah
Direktur Alsintan Ditjen PSP Kementan Andi Nur Alam Syah

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Pertanian (Kementan) menekankan pentingnya meningkatkan level mekanisasi pertanian untuk mendorong peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani. Sebab, penggunaan alat mesin pertanian terbukti mampu menekan biaya produksi dan mampu meningkatkan nilai tambah petani. Dampak mekanisasi pertanian mulai mendorong petani untuk mengadakan alsintan sendiri.

Problem pertanian yang masih dihadapi saat ini adalah terjadinya penurunan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian. Sektor pertanian dianggap kumuh, miskin, sehingga tidak menarik bagi generasi muda. 

Sistem pertanian masih mengandalkan konvensional mengakibatkan biaya produksi pertanian mahal sehingga tentu berdampak pada keuntungan yang diterima petani. 

“Karena itu mekanisasi menjadi sangat penting untuk menarik minat generasi muda ke sektor pertanian, menurunkan biaya produksi, meningkatkan produktivitas serta efisiensi tenaga kerja dan waktu," kata Direktur Alat Mesin Pertanian (Alsintan) Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Andi Nur Alam Syah dalam diskusi webinar berjudul "Korporasi Pertanian Maju, Modern dan Mandiri" via aplikasi Zoom, Rabu (20/5). 

Adapun diskusi ini terselenggara atas kerja sama Ditjen PSP Kementan dan Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA). 

Kementan, jelas Andi, sejak 2015 telah melakukan perubahan kebijakan dalam alokasi belanja pertanian dengan mendistribusikan ribuan alsintan ke petani. Hingga 2019, Kementan telah menginvestasikan sebanyak Rp 12,5 triliun untuk pengadaan alsintan. Total yang telah terdistribusi ke petani sebanyak 463.009 unit alsintan pra panen. Dengan rincian traktor roda dua (TR2) 140.308 unit, traktor roda empat (TR4) 11.118 unit, pompa air 107.633 unit, rice transplater atau alat tanam 19.966 unit, cultivator 13.735 unit, excavator mini 453 unit, excavator standar 416 unit, handsprayer 154.166 unit, implement alat tanam jagung 1.940 unit, combine harvester dan beberapa unit alsintan lainnya.

Baca juga : Kemendikbud Masih Nunggu Hasil Pemeriksaan Polisi

“Penggunaan alsintan ini menjadikan pertanian kita lebih menarik. Banyak generasi muda sudah mulai beralih ke sektor pertanian karena bertani sekarang sudah menguntungkan. Ini karena penggunaan alsintan bisa memberikan keuntungan berupa kenaikan produktifitas, penurunan biaya produksi, penurunan hasil susut pasca panen, efisiensi tenaga kerja dan juga waktu. Petani biasanya tanam sekali setahun dengan alsintan bisa menjadi dua sampai tiga kali setahun. Sudah banyak petani kita dengan bantuan alsintan ini terangkat statusnya dari petani miskin menjadi petani  sejahtera," jelas Andi.

Bukti mekanisasi memberikan keuntungan besar bagi petani, jelas Andi, adalah penggunaan TR2 untuk pengolahan tanah. Untuk pengerjaan konvensional atau manual, dibutuhkan setidaknya 320 hingga 400 jam atau sekitar 2 minggu untuk mengerjakan lahan seluas 1 hektar dengan estimasi biaya sekitar Rp 2 juta per hektar. Sebaliknya dengan TR2 bisa digarap hanya dalam tempo 4 hingga 16 jam saja dengan biaya Rp 1,2 juta. Begitu juga dengan penanaman padi menggunakan rice transplanter, per hektar  hanya memerlukan waktu menjadi 3-6 jam saja dengan biaya Rp 600 ribu. Bandingkan dengan sistem tanam manual yang membutuhkan waktu sampai 200 jam atau seminggu. 

“Panen padinya dengan menggunakan combine harvester kini menjadi 2-5 jam per hektar. Jadi yang biasa dikerjakan petani kita mingguan, dengan mekanisasi bisa jadi sehari. Dengan mesin pengering gabah, rendemannya juga lebih baik, gabah utuhnya juga lebih besar dibandingkan gabah rusaknya. Jadi efisiensinya bisa 40 persen. Bahkan hitungan kami, dengan bantuan combine harvester dapat mengurangi tingkat kehilangan gabah sehingga terjadi peningkatan nilai tambah sekitar Rp 14 triliun yang diterima petani," jelasnya.

Dengan tambahan penghematan biaya dan kenaikan produksi akibat penggunaan alsintan tersebut, sebut Andi, telah mampu mengkompensasi turunnya harga yang diterima petani sehingga Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) tetap naik. Di sisi lain berkontribusi menekan inflasi bahan makanan yang pada 2014 lalu sebesar 10,57 persen menjadi 4,93 persen di 2015, 5,69 persen di 2016, 1,26 persen di 2017, dan  3,41 persen di 2019.  Atau terjadi penurunan inflasi sebesar 67,74 persen dari 2014 ke 2018. 

“Penggunaan alsintan ini secara signifikan berdampak pada kenaikan harga yang diterima petani sehingga bisa mengangkat status petani dari semula miskin menjadi petani sejahtera. Jadi pemberian bantuan ini terkompensasi ke manfaat yang diterima petani kita," katanya.

Sayangnya, tak sedikit pihak yang terkesan menganggap remeh bantuan alsintan yang diberikan pemerintah kepada petani. Padahal, bantuan mekanisasi pertanian ini sebenarnya masih belum seberapa. Andi menjelaskan, level mekanisasi pertanian di tahap awal Pemerintahan Jokowi di 2014 itu baru 0,22 Horse Power (HP) per hektar. 

Baca juga : Ini Protokol Kesehatan di Pintu Masuk Negara dan Kawasan PSBB

“Namun dalam tempo lima tahun kita mampu menaikkan menjadi sekitar 1,68 HP per hektar tapi disaat yang sama Amerika Serikat itu sudah 17 HP per hektar. Jadi masih kecil sebenarnya. Nah kalau ada yang katakan Kementan terlalu jor-joran tidak juga karena kita baru 5 tahun mendorong ini. Bandingkan dengan negara tetangga kita Malaysia yang level mekanisasinya sudah 2,4 HP per hektar, Thailand 2,5 HP per hektar dan Vietnam 1,5 HP per hektar," tegasnya.

Andi menegaskan, kunci kemajuan pertanian salah satunya adalah mekanisasi. Amerika Serikat dan Jepang saja sebagai negara yang terbilang maju di sektor pertaniannya sudah mencapai level mekanisasi 17 HP per hektar dan 16 HP per hektar. Namun untuk mengejar peningkatan level mekanisasi ini, pihaknya tetap hati-hati. Sebab tidak bisa dipungkiri, beberapa bantuan alsintan yang diberikan pada 2015-2017, bagaimana pun sudah mulai mengalami penurunan performa. 

“Nilai ekonomisnya sudah turun sebab untuk alsintan seperti TR2 saja, paling 2 tahun umur ekonomisnya. TR4 ya 4 tahun. Kita kan besar-besaran di 2015-2017, nah itu mungkin pada hari ini sudah mulai menurun.  Nah ini yang harus dijaga, tetap kita optimalkan supaya produktifitas itu tetap bisa kita pertahankan," jelas dia.

Sebenarnya, sambung dia, untuk bisa meningkatkan level mekanisasi ini, Kementan hanya cukup mempertahankan anggaran untuk alsintan di angka Rp 1,5 triliun - 2 triliun per tahun. Sayangnya, karena Covid-19, Kementan mengalami pemangkasan anggaran yang salah satunya berdampak ke Direktorat Alsintan. Namun dia memastikan, pihaknya tidak patah arang. Pihaknya akan terus melakukan optimalisasi terhadap bantuan yang telah diterima untuk memastikan level mekanisasi pertanian bisa naik  atau minimal tetap bertahan dari yang ada saat ini sebesar 1,68 HP per hektar.

“Jadi sekarang bagaimana kita mengoptimalkan bantuan yang sudah ada. Nah, Presiden dalam rapat terbatas (ratas) telah mengamanahkan hal tersebut kepada Mentan (Syahrul Yasin Limpo)," jelasnya.

Untuk pastikan bantuan alsintan tetap beroperasi, Direktorat Alsintan akan memaksimalkan kerja Unit Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA) dan penyuluh pertanian. Pihaknya juga tengah menyiapkan peta struktur‎ tanah untuk memastikan bantuan tersebut tepat lokasi dan tepat guna. Tak bisa dipungkiri, kata bekas Kepala Balai Besar Mekanisasi Pertanian (BB Mektan), Serpong ini, masih ada bantuan alsintan di 2015 hingga 2017 yang salah lokasi dimana daerah tersebut mestinya hanya butuh TR2, tapi yang mereka terima TR4.

Baca juga : Pendapatan Negara Tergerus, Dirjen Anggaran Sakit Kepala

“Nah ini coba kita petakan sekarang. Kalau dia berlumpur, ya tidak cocok masuk TR4 ataukah ada modifikasi TR4 disitu. Atau dia berpetak-petak, luas hamparannya yang tidak efisien untuk TR4 masuk, cukup TR2. Kita ingin pengadaan kita semakin berkualitas, bermutu. Kami lagi menyiapkan peta ini bersama BB Mektan dengan Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP). Mudah-mudahan dalam waktu dekat tuntas," jelasnya.

Selain itu, pihaknya juga memaksimalkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada petani untuk  pembelian alsintan ini. Tak bisa dipungkiri, kata Andi, belanja alsintan selama lima tahun belakangan ini, sudah mulai membuat banyak petani di beberapa daerah tertarik untuk mengadakan sendiri. Tidak lagi tergantung pada bantuan pemerintah pusat. Kementan sendiri telah membuat peta sebaran alsintan ini berdasarkan kuadran menacu pada berbagai faktor mulai dari kepemilikan lahan, sumberdaya manusia, minat generasi muda, kemampuan pengembalian modal bisnis, pendampingan bisnis, dan populasi alsintan untuk bisnis.

“Bagi kami perencanaan harus lebih tepat, makanya kebutuhan petani terus kami update jangan sampai salah kirim. Pengadaan alsintan kami juga kini sudah jauh lebih berkualitas. Kami harus menjamin itu dan Alhamdulillah sejak 2018 saya memimpin disini, sudah sangat jarang keluhan petani terkait kerusakan dan lain sebagainya. Sebab pengadaan kami itu semua kualitas garansi, ada jaminan suku cadang dan sparepart di pasaran," tambah dia. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.