Dark/Light Mode

Tol Sepanjang 60 KM Dibangun

Proyek Ibu Kota Baru `Dibunyikan`Fadjroel

Rabu, 24 Juni 2020 06:42 WIB
Ilustrasi Ibu Kota Baru di Kalimantan Selatan. (Foto: Istimewa)
Ilustrasi Ibu Kota Baru di Kalimantan Selatan. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - PandemI virus corona tak menghentikan proyek pembangunan ibu kota baru. Secara bertahap pengerjaan proyek itu terus berlanjut. Teranyar di kawasan itu akan dibangun jalan tol sepanjang 60 kilometer (km).

Kabar pembangunan tol ini dibunyikan oleh Jubir Presiden Fadjroel Rachman di akun Twitter miliknya, @fadjroeL, kemarin. “Jalan Tol Sepanjang 60 Kilometer akan Dibangun Lagi Terhubung ke Ibu Kota negara Baru di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur,” tulis Fadjroel, kemarin.

Dalam cuitan itu, Fadjroel menautkan link berita online soal proyek tersebut. Dalam berita itu ditulis jalan tol baru itu akan menghubungkan ibu kota baru di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara. Tol ini juga akan terintegrasi dengan tol Balikpapan Samarinda.

Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi mengatakan, peletakan batu pertama akan digelar pada akhir tahun ini. “Semoga saat groundbreaking nanti tidak ada kendala, dan akan berjalan lancar sesuai jadwal,” kata Hadi, seperti dikutip dari Tribun Kaltim, kemarin.

Baca juga : BI Perpanjang Kebijakan Penyesuaian Operasional

Investasi pembangun tol tersebut mencapai Rp 150-200 miliar per km. Hadi menambahkan, tol menuju Ibu Kota Negara ini diperkirakan akan lebih cepat proses pembangunannya.

Sampai berita ini ditulis tadi malam, kicauan Fadjroel tersebut mendapat 164 tanda suka dan sebanyak 22 pengguna menuliskan komentar. Sebagian berharap pemerintah menimbang ulang rencana pembangunan tersebut karena sedang terjadi pandemi corona.

“Wah... bagus sekali? Uangnya dari mana? Ngutang lagi ya?,” kicau @Nufel. Akun @zaen911 merasa proyek pembangunan itu tak mendesak. Pasalnya saat ini keuangan negara sedang defisit besar. “Apa mungkin 2024 sdh terwujud.. bukannya pesimis tapi kok imposible ya,” ujarnya.

Senada, akun @Marwinto4 menilai pembangunan ibu kota baru belum urgen. Soalnya di saat yang sama masih banyak rakyat yang menderita. “Saat ini bukan jalan tol yang dibutuhkan, Bro,” kicau @Tpalimo.

Baca juga : Ibu Kota Baru Roboh Sebelum Dibangun

Ekonom Indef, Enny Sri Hartati mengatakan, setiap pembangunan itu harus ada kalkulasinya. Harus dihitung betul berapa investasinya lalu apa keuntungan yang diperoleh. Dia bilang, dalam kajian yang dilakukannya, pembangunan Ibu Kota Negara lebih besar biayanya dari pada keuntungannya.

Uang yang digunakan untuk membangun ibu kota kalau dialokasikan untuk yang lain akan lebih banyak menggerakkan ekonomi, membuka lapangan kerja yang lebih besar dan memutarkan perekonomian. Karena itu, ia menyarankan, sebaiknya ditunda dulu.

“Kecuali memang fiskal kita berlebihan. Pembiayaan tak dari utang. Itu lain ceritanya. Tapi sekarang fiskal kita terbatas,” kata Enny, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Hal lain yang harus diingat, kata dia, saat ini kita sedang menghadapi pandemi. Pandemi ini sudah menyebabkan krisis yang lebih besar dari krisis 97 dan 98. Lebih besar karena saat itu, UMKM masih bisa bertahan. Krisis sekarang tak hanya perusahaan besar yang tumbang, UMKM ikutan terdampak.

Baca juga : Konflik Memanas, Enam Direktur Barca Mundur

Dari krisis 97-98 bisa diketahui waktu yang dibutuhkan untuk recovery ekonomi bukan hanya 12 tahun. Tapi lebih dari 5 tahun. Apalagi krisis saat ini. Artinya fokus anggaran untuk pemulihan ekonomi tak hanya 2020. Tapi sampai 5 tahun ke depan atau bahkan mungkin sampai 10 tahun ke depan. Apalagi belum bisa dipastikan pandemi berakhir. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.